Monday, 20 April 2020

Palembang : Dari Al Qur'an Al-Akbar ke Pasar Durian Kuto

Palembang merupakan kota yang cukup akrab untuk saya, karena Almarhum Ayah pernah ditugaskan beberapa tahun di ibu kota Sumatera Selatan. Saat itu saya masih balita, tidak banyak yang saya ingat mengenai kota ini selain bayang-bayang Jembatan Ampera dan Sungai Musi.
Bersyukur di pertengahan bulan Februari 2020 saya mendapatkan kesempatan kembali ke kota berlangsungnya Asian Games 2018. Ya, tentunya kita masih ingat bahwa pesta olah raga terbesar di Asia itu terselenggara di 2 kota negeri tercinta, yakni : DKI Jakarta dan Palembang.
Saya tiba di Bandara Sultan Sultan Mahmud Badaruddin II pada pukul 13.00. Ada seseorang yang berbaik hati akan menemani hari-hari saya di Palembang. Maulana, yang entah berapa ratus purnama kami tidak bercengkerama hari ini menjemput di bandara dengan mobil dinasnya.


Al-Qur’an Al-Akbar Palembang
“Kita langsung ke Al-Qur’an Al Akbar terlebih dahulu ya, An,” Kata Maulana dibalik kemudi. Saya setuju.
Maulana baru sebulan bertugas di Palembang, ia belum mengenal jalan kota ini. Kami berjalan dengan mengikuti arahan Google Maps. Tak sampai 1 jam kami sudah tiba di parkiran Pondok Pesantren Al Ihsaniyah Gandus Palembang. Disinilah terdapat Al-Qur’an terbesar dan pertama di dunia. Terbuat dari kayu jenis tembesu. Terdapat 30 jus ayat suci Al-Quran yang terpahat khas Palembang di lembaran kayu. Masing-masing lembaran tersebut berukuran 177 x140 x 2,5 sentimeter dan tebalnya mencapai 9 meter.
Al-Qur’an diresmikan pada hari Senin, 30 Januari 2011 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono bersama delegasi konferensi parlemen Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Memasuki bagian Al-Qur’an raksasa ini kami diharuskan membuka alas kaki dan mengisi buku tamu yang telah disediakan. Kemudian seorang pria menyambut dan menjelaskan mengenai area wisata religi ini. Setelah kami berbincang-bincang dengan pria yang merupakan salah satu pengurus dari Al-Qur’an Al Akbar, kami pamitan untuk berkeliling dan berfoto di area sana.
Menjelang petang kami berdua baru sempat makan siang di Rumah Makan Pagi Sore yang terletak di Jln Jend. Sudirman No 3008, 20 Ilir Palembang. Seusai makan siang (yang kesorean) saya check in di Fave Hotel Palembang. Beberes dan istirahat sejenak, kemudian kami ke daerah Banyuasin. Maulana harus kembali ke kantor, dan saya menunggu di rumah dinasnya.

 Menikmati Malam di Kota Palembang
Ba’da Maghrib kami berdua menuju ke Pasar Durian Kuto. Horeee....ditraktir durian sama Maulana! Hahaha...biasanya saya tuh kalau valentinan (walaupun “officially” nggak ngeraya’in) selalu dikasihnya coklat, bunga, cake atau apapun yang lucu dan imut. Tetapi di Palembang ini seseorang mentraktir saya durian! Masih untung loh dikasihnya nggak dilempar dan diminta menangkap. Kalau sampai begitu sih, pastinya akan jadi adegan romantis sadis ....hahaha...
Duriannya mantap! Manis dan asyik banget...dengan harga yang sangat terjangkau! Puas makan durian, kami menuju area parkir di dekat dermaga kota Palembang. Wah, nama tempatnya apa ya? Nanti jika kembali ke Palembang akan saya lihat nama tempatnya deh! Yang pasti disana banyak orang yang menikmati malam. Banyak pedagang dan seperti suasana pasar malam. Kami berfoto-foto dengan latar Jembatan Ampera di waktu malam.
Jam 9an malam ada keinginan saya untuk ngemil makanan khas Palembang yang terkenal. Apalagi kalau bukan Pempek Palembang. Saya utarakan dong keinginan ini ke Maulana yang baik budi...hihihi. Yeaaay...Alhamdulillah, akhirnya saya dihantar ke Pempek Candy. Saya justru memesan Mie Celor. Mau ngerasa’in banget nih makan Mie Celor di daerah asalnya. Maulana memesan paket Pempek Palembang dari berbagai jenis, dan daku ikutan nyicip dong...hehehe...
Malam melarut kami kembali ke Fave Hotel Palembang. Acara Valentine di hotel sudah usai, dan daku-pun tidur dengan nyenyak...ZzzzZzzz....

No comments:

Post a Comment