Monday, 13 July 2009

PT DI & Savoy Homan Hotel Bandung [Jabar 2006]

Subuh, 26 Agustus 2006
Depart to Bandung.
Vehicle : PKWTO’s Car
Captain : Wijayanto
Flight Officer : Anna R.Nawaning S
Pax : Maherda, Yongis and Endi.



Baru saja mobil meluncur di tol arah Bekasi, Haryo dan Edo menelpon protes karena kami tinggal. Kami jalan santai kok, kecepatan hanya 80 km/jam. Tak lama mobil kami bertemu.

Anna langsung sms Mas Dani :
PKWTO’s Flight and Edo’s Flight depart from Jatiwaringin, Destination Bandung. Posisi saat ini Bekasi Timur.
Dibalas Dani :
Roger.Adrenalin flight preparation for departing.

Meluncurlah mobil kami di tol menuju Cikampek.
Tak lama Om Dani menghubungi handphone-ku. Menawarkan jalan bareng. Konvoy gituh…tapi flight-nya masih di Cilangkap.
“Oke…maintain 80 ya kendaraan lo! Supaya kita bisa nyusul.” Om Dani memberi instruksi laksana ATC yang ditinggal kabur pesawat terbang yang sudah take off saat petugas tower ketiduran.

Tak sampai 3 jam kendaraan yang kami tumpangi tiba di pekarangan Masjid Habiburrahman PT Dirgantara Indonesia Bandung. Mas Subuh (shp) menyambut kami. Disusul rekan – rekan Bandung lainnya. Mas Wijayanto mengeluarkan radio receiver-nya, “nguping” ke ATC supaya memantau lalu lintas udara Indonesia. Langsung kami berkerumun. Satu hal yang tidak biasa bagi manusia yang tidak tergila – gila pada dunia penerbangan.

Setelah kendaraan dari Jakarta dan Bandung tiba, rekan – rekan Bandung memberikan tanda panitia ke beberapa orang, termasuk aku. Sebenarnya aku nggak ngerti soal job desc panitia kali ini. Duuuhhh…harus ngapa’in nih? Tetapi begitu melihat nama Anna di cetak di name tag panitia Tri Dasa Warsa PT Dirgantara Indonesia aku langsung manggut – manggut. Lumayan,,,name tag-nya bisa nambahin koleksi pribadi. Hehehe…apalagi keluaran PT DI. Cita – cita lama tuh….bisa bekerja menjadi ahli pesawat terbang. Waktu aku ngerja’in project-nya BJ Habibie khan gak sempat ke IPTN. Beberapa tahun kerjanya justru ngatur tamu – tamunya BJ Habibie ke IPTN tapi aku hanya “mupeng” karena tamu lainnya banyak yang minta diurus

Kendaraan rombongan kami masuk ke area PT DI. Barang bawa-an diperiksa satu persatu dengan ketat. Kami langsung berfoto ria. Saat kita pasang ancang – ancang difoto, tiba – tiba pesawat dengan livery Citilink rotate, sangat dekat. Langsung gaya kita bubar histeris…hahaha….
Dua fotografer (kalau gak salah Hendra en Viqie) langsung lompat membalik bermaksud memotret Citylink tersebut, tapi….keburu jauh-lah! Langsung deh pada mengeluh,”Aduuh, kecolongan nih!” Hihihi …dari tadi nguping ATC dapet apa, Om???

Setelah pemeriksaan selesai, beberapa diantara kami langsung memasuki ruang mock up N 250, salah satu jenis pesawat terbang bikinan Indonesia. Wuiiihh…keren deh! Etis gak kalau daku bandingin N 250 dengan Fokker 27 – Fokker 28 ?
Masih dengan gaya histeris kami “membongkar” mock up N 250. Puaaasss…seperti bermain sinetron. Music dan lampu – lampu di “N 250” tidak lepas dari keisengan kami. Eitsss…keisengan kami bermanfaat loh. Karena kecintaan kami dengan pesawat terbang maka kami benar – benar menjaga walaupun kita pakai.
“Jumpseat di N 250??? Kapan lageeee???!!!”
Pokoknya lengkap deh (kecuali jadi barang cargo yaaa ;-p)….jadi pax, pramugari/a, co-pilot dan captain N 250 kami coba satu persatu. Ayo adakah cockpit dan cabin crew yang memiliki rating N 250 tahun ini??? Cuma kami yang bisaaaa…hehehe…

Puas bermesraan dengan mock up N 250 aku bergabung dengan rekan – rekan yang tengah demonstrasi. Demontrasi flight simulator yang disambut sangat antusias oleh pelajar – pelajar Bandung. Ramaaaaaiiii….kira’in demo menuntut penurunan harga BBM doang yang ramai.
“Hayoooo….hayooo…siapa diantara kalian yang ingin menjadi pilot?!” Mas Wijayanto demikian komunikatif menjadi narrator.

Malam hari kami berkunjung ke rumah keluarganya Om Rian dan Om Arianda (yang malam itu merupakan malam midadoreni-nya) di Jalan Dipati Ukur. Rumahnya asyiiiik deh, bergaya zaman dahulu…daaaan aku berhasil memotret piano di salah satu sudut rumahnya. Entah kenapa ada chemistry tersendiri saat aku melihat foto piano tersebut di handphone-nya Rian bulan January 2006. Kali ini aku dapat memotret-nya langsung! Pengennya sih memencet – mencet sekalian, tapi lagi banyak tamu euy!

Hari ini aku sukses berat mendapatkan 2 benda yang menurutku terindah di dunia, yaitu : PESAWAT TERBANG dan PIANO.
Cinta tidak harus memiliki namun Cinta pasti dapat dinikmati oleh hati.

Ahad, 27 Agustus 2006

Semalam aku tidur pukul 22.00 karena malam sebelumnya tidak tidur. Thanks a lot untuk Inu yang sudah meminjamkan kamar kost-nya untukku. Sebenarnya aku bisa saja tidur di hotel dengan beberapa rekan lainnya, tetapi nggak enak hati-lah. Lah Mas Wijay yang mobilnya Anna tumpangin saja bermalam di rumahnya Mas Andon.Kebetulan kost Inu yang dilingkungan ITB (Inu kuliah di ITB Teknik Penerbangan) nggak menentukan jenis kelamin penghuninya, so asyik – asyik aja tuh! Inu pindah ke kamarnya Fajri bersama Endi.

Pukul 8-an Inu menghampiri kamarnya.”Che, bangun!”Sejak pagi aku memang sudah bangun dan shubuhan tetapi berhubung udara membuat aku ingin terus meresapi kedamaian, jadilah aku malas keluar kamar.

Jam 10 lewat kami sampai di PT Dirgantara Indonesia. Demonstrasi Flight Simulator telah berlangsung. Pengunjung membludak dengan antusias. Kali ini open house PT DI terbuka untuk umum (family). Kemarin hanya untuk undangan dan sekolah – sekolah di daerah Jawa Barat.


Jam 12 aku ikut Kia Matrix-nya Haryo ke resepsi pernikahannya Arianda dan Farina di Hotel Savoy Homann. Kami berangkat berlima : Haryo, Edo, Yongis dan Rizuki (member IF yang kuliah di ITB Teknik Elektro 2004) dengan mobilnya Haryo. Sementara Inu dan Fajri berboncengan naik motor. Tak lama kami telah sampai di Jalan Asia Afrika Bandung. Parkir di pelataran parkir Hotel Savoy Homann Bidakara (ternyata manajemen-nya sekarang dikelola Bidakara toh??!). Memasuki area resepsi kami harus melewati lorong penuh dengan kain dan pepohonan setelah mengisi buku tamu. Ruang resepsi sengaja ditutup rapat hingga pesta terkesan di malam hari. Tampak Arianda dan Farina menggunakan pakaian daerah masing – masing, Ari memakai pakaian Tapanuli Selatan dan Farina memakai pakaian Sunda. Lah kok yang mendampingi ibunya Arianda Om Rian sih?!


Setelah bersalaman Edo dan Yongis yang siap dengan camera-nya memotret Om Rian. Yang dipotret kok malah Om Rian? Bukannya pengantinnya? Hahaha....Sebelum ‘buffet session’ aku ke ‘makanan gubug’ yang menyediakan ‘Nasi Chicken Hainan’. Catering hotel tersebut lumayan enak buat ukuran catering hotel lain yang biasanya rasanya agak ajaib untuk resepsi.Setelah foto bersama kami kembali ke PT Dirgantara Indonesia.


Jam 16 acara kami di PT DI usai. Mama-nya Adnan mengajak kami menyaksikan Aeromodelling di Bandara Husen Sastranegara. Maaauuuu....Kendaraan kami (ada 6 – 7 mobil) berjalan beriringan. Tiba – tiba mobil yang ditumpangi rekan – rekan Bandung berhenti di sisi runway.

“Sepuluh menit lagi Citilink landing!” Mereka memberi informasi kepada kita. Pasti mereka mencuri dengar komunikasi ATC dari radio receiver. Kompak kami turun dari mobil dan menenteng camera. Mirip pejuang yang turun dari kendaraannya, bersiaga dengan senjata karena mendengar musuh siap menyerang. Hahaha....

“Yang membawa camera DSLR dan camera besarnya tolong diumpetin dong! Bisa dilihat provost dan ditegor loh!” Rekan – rekan dari Bandung mengingatkan. Aku yang hanya membawa camera digital Exlim tenang – tenang saja. Mata dan leher kami menengadah ke langit, berputar – putar mencari pesawat yang akan landing. Belum terlihat.

Melihat beberapa rekan memanjat – manjat tembok, aku ikutan memanjat di bantu Azmi. Tak lama dari balik awan muncul pesawat terbang yang seperti berbalik arah menjauh dari runway dihadapan kami.

“Itu diaaaaa....lagi downwind!” teriak seorang rekan.

“Iyaaa....downwind! Siap – siap, sebentar lagi landing!”

Pesawat downwind, justru menghilang dari penglihatan kami. Kalau orang awam pasti sudah meninggalkan lokasi dan mengira bahwa pesawat terbang telah pergi, tetapi buat kami yang sangat mengerti...tentu saja mengerti arti apa yang terjadi jika pesawat downwind.

Tak lama....aku terpaku dan terlena...melongo tak percaya. Pesawat dengan livery Citilink itu dengan gerakan “seksi”-nya mengeluarkan landing gear...menyentuh lembut aspal runway. Aku terpaku, tidak mau melewatkan ‘golden moment’ ini. Pesawat landing, aku langsung memencet tombol camera. Aaaaarrggghhh....pesawat terbang landing hanya berjarak beberapa meter dari tempat kami berdiri. Aku benar – benar takjub. Setiap gerakannya demikian indah...uuuh,,begitu pesawat parkir aku tersadar. Barangkali seperti orang yang orgasme. Lega,,puas...nikmat! hehehe...

Kami segera kembali masuk mobil dan melanjutkan perjalanan ke bandara. Masuk ke “daerah terlarang” TNI AU dengan “menjual” nama mama-nya Adnan yang WARA (Wanita Angkatan Udara).

Waaaawww...mobil – mobil yang kami tumbangi parkir di dalam airport. Dengan leluasa kami menikmati udara sore di taxiway bandara Husen Sastranegara. Mengamati Adnan dan komunitas Aeromodelling menerbangkan pesawat terbang mungilnya. Pesawat terbang mini itu benar – benar takeoff dan landing di taxiway pesawat – pesawat commercial. Tentu saja kami sambil memantau traffic airport melalui radio receiver. Jangan sampai deh kami masuk media massa dan terkenal karena kesamber pesawat terbang disaat kita bermain di landasan pacu pesawat terbang. Ih, kalau dipikir – pikir kami tuh benar - benar nggak waras deh...hehehe....Jadi ingat Hari yang pernah menabrak kambing di airport Adi Sucipto Jogjakarta dengan pesawat Fokker 28 Merpati-nya.

Aku sempat tandem Aeromodelling. Lumayan bermanfaat untuk melatih feeling terbang. Apalagi di real airport. Maherda dan mama-nya Adnan memotret aku yang sedang terbang tandem Aeromodelling,”Nanti kita kirim ke majalah yah!” ujar Mamanya Adnan.Oke deh, Tante,tapi majalah Angkasa dong.Jangan majalah Bobo

Oh iya, pesawat Citilink yang tadi kami tunggu – tunggu saat landing kembali takeoff. Taxi –nya di tempat kami Aeromodelling. Captainnya melambaikan tangan, dadahdadahan kepada kami yang bersorak – sorak melihat pesawat terbang berjalan sangat dekat dengan kami. Pesawat Citilink takeoff menuju Batam. “Have a nice flight, Captaint!!!” teriak kami melambaikan tangan dibalas cockpit crew didalamnya ketika pesawat bersiap rotate.

Memasuki waktu Maghrib kami meninggalkan lokasi airport. Pintu hanggar di hadapan kami terbuka.

“Wah, itu ada Colibri yah!?” Mas Wijay tiba – tiba menunjuk pintu hanggar. Setelah berteriak ke Adnan yang sudah duduk di mobilnya dan Adnan menjelaskan secara detail pesawat dan helicopter apa saja yang ada di hanggar tersebut, mobil kami melaju ke rumah Adnan yang tak jauh dari bandara di PT DI.

Makan malam di rumah Adnan bersama – sama. Pukul 20 lewat pasukan Jakarta kembali ke Jakarta. “Kalau kalian ke Bandung jangan lupa mampir kemari lagi yah!” pesan mama-nya Adnan yang tadi juga menawarkan kami untuk berkunjung ke Lanud Iswahyudi Madiun.

“Terima kasih, Tante ....” Ucap kami, “teman-teman” Adnan yang usianya lebih cocok sebagai Om dan Tante Adnan.

No comments:

Post a Comment