Showing posts with label Family. Show all posts
Showing posts with label Family. Show all posts

Wednesday, 8 March 2017

Hidup Sehat dan Segar di Kota Jakarta, Tepatnya di Klub Kelapa Gading

Klub Kelapa Gading Summarecon pada hari Minggu (26/02/2017) mengadakan acara Blogger Day. Waaaaw...asyiiik dekat rumah. Karena itulah jam 09.30 saya masih bobo leyehan di kamar....So jam setengah 11an saya baru tiba di Nirwana Room yang terletak di depan kolam renang-nya. Ini bukan pertama kali saya berkunjung ke sini. Ibu saya mengadakan resepsi pernikahan kakak ke-5 di Klub Kelapa Gading  pada tahun 90-an. Alhamdulillah pernikahan itu langgeng 20 tahun-an, dan kematian memisahkan mereka 3 tahun lalu. Anaknya saat lulus dari SMA Lab School Rawamangun Jakarta Timur, juga merayakan wisuda-nya di Klub Kelapa Gading. 3 bulan lalu saya juga masih sempat hadir ke resepsi pernikahan di Grand Ballroom. Jadi sebenarnya bukan suatu yang asing bagi keluarga besar kami. Klub Kelapa Gading dibangun sejak tahun 1984. Saat saya masih super imut almarhum Ayah sering mengajak kami  ke daerah ini *Ketahuan deh umur! Hihihi...👧👶


Yaaa, tetapi baru minggu lalu loh saya tersadar *Lah?, bahwa di dalam keramaian kota Jakarta ini ada sebuah tempat yang membuat kita sehat dan segar. Asli loh, berada di dalamnya kita seperti sedang berlibur di Bali atau Lombok. Pada kenyataannya memang Klub Kelapa Gading ini merupakan klub keluarga terlengkap dan ternyaman di kota mandiri Summarecon Kelapa Gading Jakarta Utara.

Kolam air hangat...whirpool
Berbagai fasilitas tersedia disini , yaitu : Kolam Renang (Olympic Size) , Kolam Renang Anak, Whirlpool, Lapangan Tennis, Lapangan Badminton Indoor, Lapangan Squash, Lapangan Basket, Tenis Meja, Karaoke, Jogging Track, Fitness Center, Sauna, Kid's Club, Taman Bermain.

Friday, 15 July 2016

Ketika Aku Mengelilingi Bumi Pertiwi (4)

Sudah lama saya nggak update mengenai perjalanan saya berkeliling Indonesia. Jabodetabek saja banyak daerah baru yang harus saya sambangi. Ingat ya, bahwa saya berniat jalan-jalan ke Indonesia benar-benar menelusuri setiap kelurahannya. Bukan sekedar berwisata yang mainstream :) Tetap, saya selama berwisata juga mengutamakan kebersihan - misalnya wisata kulinernya dan lingkungannya harus bersih. Demikian pula orang-orang disekitarnya. Dengan kebersihan hal yang sederhana juga bisa menjadi nyaman. Ingat saja bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman! Hayo apakah kamu sudah bersih-bersih? Hahaha....

 Lebaran tahun ini saya nggak mudik. Secara gitu Ibu saya orang yang dituakan yang masih ada di dunia, sehingga hari pertama lebaran rumah saya rame banget dengan tamu-tamu yang berdatangan. Bahkan lebaran tahun ini saya tidak ziarah ke makam Ayah di TMP Kalibata karena menerima banyak tamu sampai sore. Baru di hari ke-2 saya ziarah ke Kalibata.
Tahun 2008 kami "mudik" ke Jogjakarta. Saya bersama beberapa kakak dan keponakan 2 hari sebelum lebaran dengan kendaraan pribadi melalui jalur Selatan berangkat dengan santai ke Jogjakarta. Alhamdulillah, perjalanan lancar,santai dan sekaligus berwisata. Kami mampir ke Raja Polah Tasikmalaya yang banyak menjual produk kerajinan daerah. Saya membeli beberapa diantaranya. Kemudian kami berbuka puasa di Sate Ambal Kebumen - Jawa Tengah. Malam hari sampailah kami di Jogjakarta, di tempat tinggal Galuh yang saat itu kuliah di FE UGM. Disana sudah ada orang tua Galuh. Keesokan harinya kami shalat Ied di halaman kantor post dekat perumahan tempat tinggal Galuh. Siangnya diantara kami menjemput Ibu dan Kakak pertama  ke Adi Soecipto Airport. Mereka berdua ke DIY seusai shalat Ied di Jakarta.

Mengambil air wudhu juga merupakan cara utama kita membersihkan diri. Sayangnya banyak orang yang sekedar mengambil air wudhu untuk sekedar basah! Berwudhu tetapi membuat sekelilingnya menjadi kotor. Pasti ini bukan kamu! :) Kamu pasti orang yang mencintai kebersihan yang membuat sampah pada tempatnya, rajin memotong kuku, tidak meludah sembarangan, menyiram toilet setelah buang air dan tidak meletakkan/membuang tissue bekas pakai sembarangan. Iiih, bersih deh kamu!
Mari kita jaga rumah ibadah ini (foto saya di Masjid Agung Jawa Tengah - Semarang) sebaik-baiknya. Belum pernah ke Masjid Agung Jawa Tengah? Mushola di sekitarmu sekarang saja kita ikut jaga kebersihannya :) 

Di desa wisata di Lombok Nusa Tenggara Barat tahun 2012. Ini kedua kalinya saya berkunjung ke desa ini. Pertama kalinya di tahun 1999. Memang di beberapa rumah lantainya dilapisi dengan kotoran sapi, sesuai dengan adat istiadat mereka. Tetapi 'penampakan' di jalanan dan lingkungannya bersih dan terawat. So soal kebersihan? Hihihihi....silakan menilai sendiri yach :)

Tuesday, 16 June 2015

Mendadak Anyer Banten

Ceritanya saat liburan , Kamis – 14 May 2015, 9 anggota keluarga besar saya berkumpul. Makan siang, belanja cantik dan ngerumpi di Loka Cibubur. Kami menggunakan 2 mobil (New Xenia-nya Seno dan Mazda 2-nya Mbak Wien yang kedua-nya baru dibeli beberapa hari yang lalu). Setelah meninggalkan Loka Cibubur saya yang berada di Mazda 2 di telpon oleh Sekar di Xenia. Dia menawarkan apakah saya ingin ikut ke Anyer Banten. Hadeuuuh, kenapa nggak bilang dari tadi supaya saya ikut mobil Xenia? Karena sudah berada di tol Cijago, maka saya turun di ujung jalan toll dan menanti mobil Xenia muncul. Hehehe, sempet diklaksonin mobil dibelakangnya tuh. Duh, maap.

Seno and his family beserta saya kembali memasuki jalan toll dan kami menuju toll Tangerang. Rencana mau ngejar sunset, sekalian ngabisin kilometer mobil baru gitu. Sempat berhenti di rest area, saya dan Seno’s Mom melaksanakan shalat di masjid. Sedangkan Seno dan Sekar membeli beberapa minuman di Starbucks. Perjalanan di lanjutkan. Kami mengambil jalan yang berbeda ketika saya terakhir kali menuju Carita yang ceritanya DISINI.

Pukul 5 sore kami tiba di Anyer Area. Ramai...walaupun nggak sampai macet. Mobil kami memasuki “Pantai Pasir Putih SIRIH Tanpa Karang Anyer”. Membayar tiket masuk sebesar Rp 50,000/mobil. Untuk parkir di pantai ini dikenakan tiket masuk, yaitu : Rp 15,000/orang bagi pejalan kaki, Rp 20,000/motor (Berarti kalau kamu jalan kaki ke pantai ini, mendingan masuknya numpang motor orang supaya lebih hemat :D), mobil kecil/minibus Rp 50,000 hingga bis besar Rp 600,000.


Untuk fasilitas rekreasi dikenakan biaya :
Lesehan Besar Rp 350,000 – Lesehan Kecil Rp 50,000 (Harga antara yang besar dan kecil tidak “proposional” yach?) – Banana Boat Rp 150,000/4 putaran - Parasailing Rp 200,000 – Donat Boat Rp 150,000/4 putaran – Perahu wisata Rp 10,000/orang – Motor ATV Rp 50,000 /15 menit – Jetsky Rp 150,000/15 menit – Selancar Rp 20,000/buah (Hah? Maksudnya buah apa sih?!)

Biaya Wisata Per-Paket Menuju Ke : Pulau Sangiang Rp 2,500,000 – Pulau Krakatau Rp 3,500,000 – Pulau Panaitan Rp 5,000,000 dan keliling tepi pantai Rp 150,000. Sungguh saya nggak mengerti apa yang dimaksud dengan “paket” di selebaran ini, dan rasanya kalau tidak dijelaskan bikin orang melongo gitu. Lah secara nominal kenapa sangat jauh lebih sedikit apabila kita plesiran di Singapore atau Vietnam yak?
Sedangkan roomrate losmen-nya berkisar dari harga Rp 150,000 (TV, Kipas angin) sampai Rp 1,200,000. Jiaah, namanya losmen kenapa sampai ada tariff Rp 1 juta? Hihihi, biar jelasnya silakan hubungi “sales” yang namanya tercantum di selebaran foto copy-an yang saya terima ketika membayar tiket masuk deh.
Di Pantai Pasir Putih Sirih ini kami hanya memarkir mobil sekitar 10 menit, saya hanya berfoto sejenak. Sedang ramai dan kami merasa kurang nyaman di sini. Dengan tagline “Keselamatan, Kenyamanan dan Ketertiban” kami sempat cekikikan melihat ada pengunjung parasailing dengan parasut yang bolong/sobek, kemudian saya hanya bisa nyengir bebek begitu melihat jetsky meluncur diantara pengunjung yang berenang. Meleng dikit yang renang bakalan kepentok jetsky dah!

Makan Malam di Club Bali Resort

Sementara hanya foto ini yang bisa saya pajang :D

Akhirnya kami menikmati sunset dari resto yang berada di Hawaii Club Bali Resort. Sekalian makan malam gaya barbeque. Gak usah cerita yak, soalnya foto-fotonya di tab yang lagi ngadat :D Doa'in aja supaya saya bisa memperoleh tablet dan camera yang oke supaya motret-motretnya asyik saat traveling. Sekalipun traveling dadakan :)

Saturday, 29 November 2014

Rezeki Wanita Sholeha, Stay at Amaroossa Grande Hotel

Gimana lagi ya daku harus bersyukur? Malam sebelumnya saya browsing hotel dan membaca review di blog tentang Amaroossa Grande Hotel di Bekasi. Jadi kepengen stay di hotel tersebut! Subhanallah, hanya dalam tempo 12 jam, saat lagi di kantor saya mendapat telpon dari Mama Hana menanyakan keberadaan saya. “Lagi kerja dong?” Aku jawab,”Iya, kenapa?”...ternyata oh ternyata Mama Hana menawarkan kamar di hotel yang baru semalam saya masukkan ke dreams box milik saya! Secepat ini impian-ku terwujud!???
Saya-pun cepat-cepat pulang dari kantor,untung banget deh nggak lagi pegang project, jadi ke kantor sekedar laporan beberapa project yang saya melaksanakan di-lapangan. Oh, my GOD, baru kemarin saya ber-spa ria di spa kelas hotel berbintang, sekarang “harus” menginap di hotel berbintang lagi?? Alhamdulillah, barangkali ini rezeki wanita sholeha seperti saya yaaa *huuuuuu....


Kesan mewah terlihat jelas ketika saya memasuki lobby hotel yang ternyata bernaung dalam Kagum Hotel. Jadi-lah saya kagum juga dengan hotel ini...hihihi...lobby dan front office yang juga luas. Btw sebelumnya saya pernah menginap di Grand Serella Hotel Bandung yang ternyata bernaung di grup Kagum. Memang sih, kamar yang kami tempati ketika itu berbeda dengan hotel berbintang kebanyakan.
Saya mencari-cari pesawat telepon di lobby, untuk menelpon ke kamar Mama Hana en family.Petugas resepsionis menunjukkan pesawat telepon yang terletak di meja, seperti meja Guest Relation Officer-nya. Nggak nyambung ke kamar, dan kemudian petugas FO memanggil saya dan mempersilakan saya menggunakan telepon yang ada di desk.

Dinner Time
Saya menuju lantai 9. Untuk menuju lantai atas tidak diperlukan keycard pada lift. Ngerti gitu sih tadi saya langsung naik ke atas aja! Kok nggak pakek keycard ya, padahal sini termasuk hotel baru? Di dalam lift terdapat sofa berwarna ungu yang terkesan elegant. Setelah ngerumpi kecil dengan Hana , her Grandma  and her parents kami menuju resto untuk makan malam. Dari kamar 902 bergabung dengan kami kakak pertama saya dengan suami-nya plus Fajar. Berdelapan kami turun ke Ground Floor.

Dinner and Breakfast at Coffee Shop
Makanan dominan makanan Indonesia. Dinner kali ini saya menikmati nasi putih dengan lauk Semur Daging, Tempe Bumbu Merah, Ikan Dabu Dabu, Mie Goreng serta Soto Ayam. Selanjutnya menikmati Cake, Salad (Jamur Merang Mentah dibubuhi mayones dan permesan...yummmiiih!).
Breakfast dilakukan di tempat yang sama. Makanan masih di dominan masakan Indonesia. “Clean Vegetable Soup”-nya saya suka...smooth di mulut :D

Kondisi Kamar Hotel
Saya mendapat kamar 820, di lantai 8. Letak kamar-nya dipojokan. Lorong kamar agak remang-remang yah, walaupun jejeran lampu bermodel elegant ala victoria ada di setiap jeda kamar. Untungnya sih hotel baru dan bersih, sehingga tidak menyeramkan.
Kamar terasa luas, sekitar 2.5 kali lebih besar dari budget hotel. Twin Bed. Kesan pertama masuk adalah mewah, bersih, luas and berasa jadi princess Inggris gitu kalau saya tidur di kamar ini. Meja kerja bisa sekaligus sebagai meja rias karena terdapat cermin lebar. Di dekatnya terdapat sofa baca atau pijat plus bantal2nya.
Bathroom-nya tanpa bathub, tetapi tetap berkesan mewah karena dinding dan lantai-nya marmer, shower-nya “3 in 1”. Oh ya, dinding di sisi shower tube adalah kaca transparan – tembus pandang ke bedroom. Ada tirai-nya sih, jadi bisa ditutup kalau nggak mau “ditonton” orang yang ada di bedroom...hehehe.Ini nih yang bikin Nenek Hana ngomong,”Harus bener-bener yakin nutup, loh ada menantu lanang-ku di kamar tidur gitu.”


Perabotan Kamar
Remote TV, ATK dan map roomservice terbungkus folder ekslusif berinisial huruf “A”....weeei nama gue en pasangan banget nih!Hihihi...untungnya gak punya bakat klepto, jadi gak ada niat sedikit-pun untuk memasukkan ke tas pribadi.
Begitu membuka lemari besar di samping pintu bathroom, terdapat 2 “kimono handuk”, meja setrikaan lengkap dengan alat setrika-nya. Keren nih! Saya jadi ingat beberapa tahun yang lalu liburan ke Bali dan menginap di hotel berbintang 5. Saat itu saya membawa alat setrika dan langsung diketawain oleh kakak-kakak saya...hehehe, mau ngirit laundry ceritanya, tapi disuruh buru-buru ngumpetin setrikaan supaya gak kena teguran pihak hotel di daerah Nusa Dua. Demikian pula saat saya di Singapore, kejebak di hotel “gak jelas”, tapi seru-nya saudara saya bisa pinjam setrikaan ke resepsionis hotel. Begitu kakak saya menyusul ke Singapore dan ngomel-ngomel karena anak batita-nya menginap di hotel “gak jelas” kakak ipar saya “membela diri”,”Eh, walaupun hotel gak berbintang tapi kita bisa pinjem setrikaan loh...”
Wow, banget khan, sekarang ada hotel berbintang dan pastinya “jelas” menyediakan alat setrikaan – tanpa mengenakan charge tambahan. Selain setrikaan, ternyata ada timbangan badan! *Eh, timbangan koper juga kali yak? Good idea nih, karena kita khan kalau mau terbang sering mengira-ngira bawaan kita overweight atau tidak.
Tombol pengatur AC ada di dinding, berapa derajatnya tertera jelas disana.

Sayangnya saya tidak sempat memanjakan diri di Odyseus Spa. Padahal ada menu “Swedish Spa”-nya loh. Mudah-mudahan suatu saat dapat kesempatan melakukan pemanjaan diri “Swedish Massage” di hotel ini atau di tempat lain :D

Monday, 20 October 2014

Ceria di Pantai Carita Bersama Lansia

Setelah beberapa bulan lalu saya ikutan ke Bandung dengan para veteran, kali ini bertiga dengan kakak saya berwisata ke Pantai Carita Banten bersama dengan para lansia terhormat...hehehe. Inget kartun kocak yang cerita tentang manula berwisata dan banyak "kenorak"-an yang terjadi. Kali ini beda! Para sesepuh yang wisata bersama saya adalah para pensiunan pejabat tinggi yang sering wara wiri keluar negeri. Salut dengan semangat mereka!



Senin, 13 Oktober 2014 Bis Big Bird mereka sewa untuk mengantar kami. Kami yang masih muda aja udah ngedrop karena bis terlambat datang, tapi mereka usia 70-an, ada yang 80-an (bahkan ada yang memasuki usia 90!) tetap semangat. Bis melaju di jalan tol, saya tertidur dan terbangun di pintu tol Cilegon. Melewati kawasan industri Krakatau Steel Chandra Asri Semen Padang. Kawasan wisata Anyer, kemudian Karang Bolong. Setelah itu memasuki wilayah Pandeglang Kecamatan Carita. Setelah sempat sedikit bablas akhirnya rombongan kami (total 36 peserta) tiba di villa milik keluarga menteri di era Presiden Soeharto, Presiden RI 2. Villa ini akan menjadi penginapan kami sebagian di hotel di dekat Villa yang terletak pas di pinggir pantai Carita.

Hohoho....lucky me saya beserta 2 kakak, Mbak Yayuk dan Bude Dhani mendapat kamar besar di lantai 2 villa tersebut. Kamar yang luas dan memiliki teras yang menghadap ke lautan dan kolam renang! Mantap! Bude Dhani yang telah menginjak usia 73 tahun tampak duduk di teras memandangi lautan dengan sorot mata penuh arti sambil menghembuskan rokok-nya. Hhhmmm, maklum, suami beliau seorang penerbang tewas ketika tugas dan jenazah serta pesawat terbangnya di temukan di laut. Ketika itu usia beliau 31 tahun dan suaminya 38 tahun. Sampai usia 73 tahun beliau tidak menikah kembali, membesarkan ke-2 anaknya yang kini telah sukses.

Baru ngerti kalau cowok yang berdiri paling kanan adalah Drummer profesional yang dulu sempat sering saya dengar namanya

Selama berada di villa kami makan besar. Berasa pesta deh, semua unsur makanan ada - ayam, daging sapi dan pastinya hampir semua seafood dengan berbagai menu disajikan kepada kami. Dessert dan kue-nya juga buaaanyaaak! Alhamdulillah...puuuaaas, menu restaurant kalah *Restaurant mana ;p
Keesokan hari setelah mandi dan sarapan saya ke pantai. Sekedar main air. Ditawarin berperahu dan banana boat tetapi Mbak Yayuk khawatir dengan ombak yang besaaar. Duh sebenarnya saya sih kepengen berperahu ria ke pulang seberang mengarungi lautan, sekalian berbagi dengan tukang perahu di sana khan. Apalagi mereka mematok harga yang reasonable ) Semoga mereka mendapat keberkahan rezeki selain dari kami deh yaa. Amin.

Seusai makan siang kami berkemas untuk kembali ke Jakarta, karena pemilik villa - istri mentri era Presiden Soeharto dan anaknya pengusaha property besar ada meeting ba'da Maghrib. Hebat ya, 86 tahun masih energik dan produktif. Beliau menggunakan mobil pribadi dikawal dengan 2 - 3 mobil yang diisi oleh pengawal dan para assisten-nya. Terima kasih, Bu untuk suguhan-nya, Ibu benar-benar memuliakan tamu :)

Monday, 29 September 2014

Tangerang "Aroma" Amsterdam



Awalnya saya dan beberapa handai tolan berencana untuk piknik ke situs petualang ala Indiana Jones di wilayah Jawa Barat, namun apa daya, kakak saya mewanti-wanti dengan isi SMS,"An,pikirin lg klo mau jln2.(Cuaca gak nentu)..now aku lg terjebak.Dr jam 5 pg dr rmh nuju daan mogot,jam 9 baru smp cililitan tol.Ini msh stuck..*gila gak tuh,dah 4jam..." (29/01/2014 09:08:31)
Jleb dah nerima nih sms! Tapi kami bertekad harus tetap jalan-jalan, yang pasti bukan jalan-jalan di mall Jakarta. Kalau jalan di mall Jakarta mah setiap hari kaliii....
Baiklah, setelah kasak kusuk kami-pun menentukan tempat petualang yang bukan ala Indiana Jones. Beli 6 tiket ke Amsterdam Waterpark di Tangerang. Lumayaaaan, keluar juga khan dari Jakarta...hehehe...

Mirip di Volendam gak? ;-p

Pasar Minggu - Amsterdam Waterpark
Perjalanan susah-susah gampang deh. Ariel yang berulangkali ke Tangerang ikut bapaknya yang praktek di rumah sakit Tangerang ternyata nggak hafal jalan. GPS lagi nggak bisa beroperasi...hadeuuuh padahal gadget pada canggih semua! Pakek nyasar ke kuburan China dan rumah duka pulak. Untungnya siang hari. Tetapi syukur deh kami tiba di Amsterdam Waterpark waktunya tepat. Yak, tepat mau tutup! Hihihi...
Memang kami sengaja datang sore karena pada ogah kepanasan (Duh, saya pedagang Sunblock kok ya "takut" panas sih :p). 

Nyebur dan Foto
Niat kami kesini memang untuk berfoto ria. Bagi saya syukur-syukur bisa nostalgia saat saya belajar di negeri kincir ini. Tapi jangan berharap bisa bernostalgia di negeri yang perdana mentrinya yang sekarang jomblo ganteng, karena ...ya bedalah yaaaa. Untuk berfoto ria oke deh, pinter-pinternya nangkep background bagus aja, khususnya jangan dilewatkan berfoto di tulisan "I Amsterdam" ...walaupun ketahuan bohongnya sih karena di belakang kita pohon kelapa ikutan mejeng di lensa :D
Kami-pun hanya nyebur sebentar, kebetulan area berenangnya tidak sebesar waterpark lainnya. Beberapa permainan hanya dapat dilakukan untuk yang memiliki berat badan tertentu.Kakak saya ditolak waktu ingin mencoba trampoline karena berat badan.
Ya Amsterdam Waterpark memang lebih cocok untuk anak-anak. Kebersihannya oke, walaupun risih ngelihat banyak bapak-bapak yang nyebur ala kuda nil tanpa mengenakan pakaian renang. Harga makanan termasuk murah meriah untuk ukuran harga di tempat rekreasi.

Friday, 21 February 2014

Sunday, 6 January 2013

Gili Trawangan,I'm Fallin' in Love With Yuuhh

Perjalanan dimulai dari Lombok Plaza Hotel di pusat kota Mataram seusai breakfast. Pak Mukhlis bersama dengan Toyota Avanza-nya menjemput kami, dan sebelum menuju ke Pelabuhan Bangsal kami mampir ke toko garment yang...oke-oke deh pakaian pantainya. Kakak saya membeli berbagai kaos untuk dipakai selama di Lombok (keponakan saya kehabisan pakaian bersih cuy!) , sedangkan saya hanya sempat menyambar 2 dress pantai berwarna cihuy ceria. Kalau nggak segera diingatkan barangkali saya masih menyambar berbagai dress pantai dan kaos untuk si Mr.Mistery.

Menuju Pelabuhan Bangsal di Kecamatan Pemenang kami melalui daerah Senggigi. Melewati Hotel Bintang Senggigi, tempat saya bermalam ketika pertama kali berlibur di Lombok bersama Mr.Past. Kakak saya berkomentar - tepatnya meledek,"Mau mampir di Senggigi, An? Barangkali mau bernostalgia di hotel tempat kamu menginap dulu....". Pyuuuh, justru berharap amnesia untuk peristiwa yang menurut orang kebanyakan adalah pengalaman yang membahagiakan ;p Beberapa poin wisata kami lewati, bahkan singgahi, seperti Pantai ...... yang dapat melempar pandangan ke 3 Gili dan Teluk Nare. Pak Mukhlis-pun dengan fasih memberikan informasi mengenai hotel yang kami lewati ber level premium, rate permalam-nya lebih dari 1 juta rupiah sampai 8.5 juta.
Oh ya, soal penginapan di Gili Trawangan kami "terpaksa" bermalam di cottage yang tidak terletak di pinggir pantai dikarenakan Villa Ombak, penginapan berbintang 4 di Gili Trawangan sudah penuh. Rate-nya juga lagi tinggi, yakni (Termurah) Rp 1.9juta/night. Sedangkan kami harus memakai 2 kamar,berarti khan mengeluarkan nyaris Rp 4 juta/night. Mendingan untuk jalan ke Labuhan Bajo deeeh...hehe. 8 bulan lalu keluarga kakak saya menginap di Villa Ombak, dan rate-nya belum setinggi itu. Menurut info penginapan ini adalah satu-satunya penginapan yang menyediakan air segar - bukan air payau. Sebenarnya kami ingin menginap di Villa Ombak di hari kedua karena keponakan saya agak rewel gitu kalau kami menginap di penginapan "standard" (Gaya banget deh nih anak, tapi gak apa-apa sih secara khan saya jadi kecipratan enaknya...hehe), namun karena masih juga fullbooking jadinya kami  berwisata di Gili Trawangan hanya semalam.



GILI TRAWANGAN, Yeaaah....!
Sebelumnya Kakak Ipar saya menceritakan tentang pengalamannya menyebrang ke Gili Trawangan dengan menggunakan public boat. Agak tidak mengenakkan walaupun jika diingat-ingat hal tersebut membuat kami tertawa. 8 bulan lalu kakak ipar dan beberapa turis asing harus menahan lemari kaca milik pedagang pulsa yang juga ingin menyeberang ke Gili Trawangan. Turis asing-nya sempat marah-marah, sedangkan si pedagang pulsa malah asyik tidur di public boat tersebut. Hahaha...sukses juga tuh pedagang pulsa bikin kerjaan turis asing and kakak ipar saya yang memiliki jabatan tinggi di salah 1 company besar en ternama. Kali ini kakak ipar saya juga sempat keqi dikarenakan koper besarnya ditumpuk-tumpuk sembarangan oleh porter yang membawanya ke boat. Saya jadi ingat film Arisan 2 deh, "kelakuan" kami yang membawa berbagai koper dan travelbag kok jadi mirip mereka di film itu ya? Waktu nonton film itu sih saya ketawa ngakak melihat kelakuan Aida Nurmala yang membawa aneka koper (bukan carrier) ,lah ternyata sekarang giliran kami. Namun tetap aja tuh saya nggak minat membeli carrier (lagi) untuk traveling....hehehe...*Waktu jadi Ketua Pecinta Alam sih saya sempat punya 2 carrier.
Public boat merapat di pantai Gili Trawangan, semua penumpang menyemplung ke pinggir pantai sambil menenteng bawaan masing-masing. Nggak ada dermaga-nya yaaa...siap berbasah ria :)

Kakak saya minta penjemput (petugas cottage) untuk memanggil Cidomo untuk mengangkut barang bawaan. Yang penting barang bawaan kami deh, kalau kami sih jalan kaki juga oke. Eh kok ya malah koper kakak ipar saya diangkut dan langsung dibawa dengan sepeda. Berjalan sekitar 100meter-an akhirnya sampai juga di Lumbung Cottage. Waw, semakin ingat dengan film Arisan 2 deh!  Di kamar nggak tersedia TV, WiFi bagus kalau kita berada di pinggir kolam renang. Hal ini membuat 2 keponakan saya lebih betah berinternet di bale bengong alias gazebo pinggir kolam renang.



Di dalam kamar ber-AC saya merasa "mati gaya", siang cuaca terik dan jalanan becek! Nggak ada TV ,dan sinyal internetpun ogah-ogahan membaik.Mendadak kepengen manggil guru yoga privat seperti tokoh MeiMei di film Arisan 2 jadinya...hehe. Sekar asyik ber-WiFi ria di gazebo, kakak ipar saya sepertinya masih "sibuk" dengan kopernya yang "dizholimi" dan ternyata Seno bersama ayahnya menyewa sepeda berkeliling pulau. Saya-pun leyeh-leyeh ngadem di kamar sambil membaca novel yang dibeli Sekar di Mataram Mal. Saya juga sms dan menelpon Fajar di Jakarta untuk dikirimi pulsa....*Gak jelaslah saya ini sebenarnya "mati gaya" atau "males gerak"....hahaha. Akhirnya malah siang itu saya manfaatkan sekalian untuk nyuci pakaian dalam en celana panjang!  Menjelang sore hujan tercurah di Gili Trawangan....Alhamdulillah "mati gaya" jadi ada hikmahnya juga :)


28.12.2012 Saya menyempatkan diri berenang. Cuma saya dan kakak ipar yang berenang setelah sarapan.Air kolamnya payau.

Karena air payau maka sikat gigi-pun saya harus menggunakan air mineral kemasan,plus pasta gigi-nya Optifresh Oriflame :D

GILI TRAWANGAN, Nightlive...
Semula kami ingin bersepeda menuju tempat makan malam, tetapi sepeda yang kami sewa khan hanya 2 (kami makan malam bertiga) apalagi saya tersadar bahwa saya mengenakan rok panjang, jadinya kami berjalan kaki ke Night Food Market. Rameeee bangeeetzz, dan sumpe dah, susah ndapetin turis domestik disini. Berbagai petugas resto/bar/cafe menawarkan kami bertiga untuk singgah di tempatnya, bahkan ada yang menyodorkan menu dengan penawaran,"Disini murah-murah,Pak...Nasi Goreng cuma Rp 15.000.". Kami tersenyum dan mengucapkan terimakasih atas penawaran mereka.
Lah, pandangan saya kok lebih interest ke bulek-bulek handsome yang malam itu bertebaran di cafe-cafe  ya? Hahaha...parah! Emang ciyus nih, enelan deh cowok-cowok bulek disini tuh emang terlihat rapi,bersih dan mirip para aktor Holywood.Eaaalaaah, malah saya merasa melihat Chris Pine sedang menikmati hidangan malamnya. Beda deh sama bulek yang berseliweran di Kuta Bali yang menurut pandangan saya udah agak bluwek...hahaha...* Oh Gili Trawangan, I'm fallin love with yuuuuh!


Berbagai cafe/resto ada di Gili Trawangan, salah 1-nya Tir Na Nog, konon The Irish Bar yang terdapat di pulau terkecil paling jauh dari negeri asalnya. *Ngebayangin U2 show di bar tersebut :D


Yang membuat saya jatuh cinta dengan kehidupan malam Gili Trawangan , diantaranya :

Nggak ada yang protes atas nama ini, padahal di Jakarta ada yang protes kalau dijadikan bar/cafe. Ya iyaaalaaah...nama sesuatu yang mulia kok dijadikan tempat "mabok2an" :D Kalau untuk nama Diving Course gak apa2 kali yak?

  • Turis international yang makan malam terkesan rapih dan bukan bulek yang ngumbar-ngumbar aurat disini. Mereka bisa menempatkan diri , barangkali mereka akan berbikini ria jika di siang hari - itupun di pantai.
  • Mereka banyak yang membawa anak-anak. Kesan 'family tour', bukan solo traveler. Pada sempat lari-larian di dekat saya, tetapi saya kok merasa oke-oke aja yah nyaris ditubruk oleh mereka. Orang tua mereka sih sempat mengingatkan agar mereka tidak berlarian di dalam resto.
  • Saat menyusuri jalanan, seringkali pengendara Cidomo dan sepeda berkata,"Excus me...Excusme...". Pejalan kaki menepi dan jalanan dilalui oleh mereka. Tenang bangeet deh, gak ada polusi BBM atau suara. Bahkan polisi juga tidak ada, tetap amaaaan.
  • Suara pengajian terdengar jelas dari mesjid yang terdapat di pulau tersebut. Suaranya terkesan selaras dengan suara musik yang saya dengar dari cafe/bar di sekitar. Rasanya nggak akan bisa kita dapati hal ini di Kuta Bali, Legian, Seminyak atau Ubud.
  • Dan seperti yang saya katakan sebelumnya....cowok-cowok bulek-nya ganteng ganteeeeng .....
Duuh, dari tadi ngomongin si bulek melulu.Trus kami bertiga makan malam dimana???

Scallywags Organic Seafood Bar


Dari awal datang ke gili ini Sekar udah ngoceh-ngoceh mengenai es krim yang terdapat disini. Jadilah kami bertiga menuju ke Scallywags Organic Seafood Bar.
Si Mas yang melayani sampai ngerti banget,"Sebelumnya pernah kesini ya?".
My Bro and Sekar manggut-manggut.
Tanya si Mas lagi : "Nginep di Villa Ombak?"
My Bro,"Nggak kedapetan tuh,full. Waktu liburan lalu nginep disana..."
Dan seterusnya ......
Saya memesan ice cream rasa coklat yang emang asyik banget. Langsung ngebayain jadi ibu kucing yang mandiin anak-nya. Nikmat euy! Jadi termotivasi masuk sorga deh aaah....*Sampai Jakarta harus sedekah ke kucing2 di rumah nih en cari ice cream merk ini...hihihi

Food Market Gili Trawangan

Kami memesan beberapa Sate Seafood disini, sedangkan My Bro membelikan keponakan saya Nasi Goreng seharga @ Rp 15.000. Kalau Sate Udang Pedas yang saya pesan harga peporsi (3 tusuk) Rp 25.000. Sate Cumi Rp 30.000/tusuk.Di kasih bonus nasi plus Bakwan Jagung. Menikmati makanan tersebut di cottage. Pedas-nya mantap! Kebayang banget kalau bulek yang makan....apa gak kejang-kejang ya mereka??? *Ngebayangin Chris Pine kepedesan....

Sunday, 15 April 2012

Imlek @ Ancol Superblock


Longweekend coming! (Yang sebenarnya gak terlalu berpengaruh untuk kehidupan saya sejak Oktober 2011 sih :D). Kakak saya no-3 sudah "memesan" beberapa hari sebelumnya (tgl 17 January 2012 saat Bimo birthday) agar saya ikut bermalam di Mercure Hotel Ancol pada longweekend kali ini. Nemenin ibu di kamar! Hhhmmmm,berarti stay overnigth at hotel kali ini bukan dengan maksud "me time" ya. Jadilah saya bersiap-siap untuk ber-longweekend Imlek tahun ini di Mercure Hotel. Baru 20 hari yang lalu saya menginap di chain hotel yang sama untuk merayakan tahun baru Masehi. 20 hari lalu kami menginap di Mercure Hotel yang di Hayam Wuruk.
Berangkat naik Innova dijemput My Sist en her husband and her son. Jam 3 check ini 3 kamar, saya and my mom menempati kamar bernomer 638, Galuh en Arif di 637 en My Sist en husband di 636. Dari jam 3 hingga menjelang Maghrib saya berinternet ria di kamar sambil nonton TV. Sekedar twitteran, FB en nulis berbagai artikel mini. Dari situ saya berkomunikasi dengan keponakan, dari yang berada di Magelang – Jogjakarta – Senayan City sampai ada yang di dekat lokasi Ancol. Maghrib-nya Sekar, Seno and their parents mampir ke hotel. Nostalgia keluarga nih, karena saat ayah saya masih bersama kami, keluarga kami seringkali menginap atau berpesta tahun baru-an di hotel yang dahulu bernama Hotel Horison Ancol.Jam 7 rombongan keluarga makan malam , masih di dalam area Ancol – yakni Bandar Jakarta.

Yang namanya Bandar Jakarta Resto pengunjungnya ampun-ampunan rame-nya. Kita harus mendaftar terlebih dahulu untuk mendapatkan tempat. Setelah mengajukan nama untuk waiting list, kami berkeliling Ancol. Ancol dahulu berbeda dengan saat ini. Beberapa tahun lalu Ancol di waktu malam, dipinggir pantainya banyak “mobil goyang”, “tenda goyang” dan wanita-wanita penjaja seks! (Huh deh, seks yang merupakan salah satu ibadah kenapa harus dijajakan sih?Please deh…), atau hal menyeramkan seperti hantu wanita legendaries yang sampai pernah disinetronkan. Tapi kini (semoga) semua-nya sirna. Sekarang berdiri gagah apartmen Ancol Mansion, perumahan mewah dan di bagian yang dulu di anggap jin buang tuyul disana aja takut, kini berdiri stage konser music plus Ancol Bay City Lifestyle Mall. Weees, Mal di dekat pantai , cuy! Jadi Ancol sekarang udah benar-benar mirip superblock. Oke banget sih, apalagi ada Dufan, Sea World ditambah Eco Park yang baru. Jarak ke area wisata shopping di Mangga 2, Cempaka Mas dan Kelapa Gading sangat mudah dijangkau. Station kereta api dan pelabuhan laut-pun dekat. Bandara mudah terjangkau (Apalagi kalau bandara masih di Kemayoran seperti di komik Tin Tin yak?hehehe).Malam imlek saya dan keluarga makan malam di Planet Bakso, disamping hotel. Siangnya area tersebut dipakai untuk acara Hip Hip Hura – nya SCTV tuh.

Oleh karena-nya selama 3 hari di Ancol kami tidak keluar dari area tersebut. Selain makan malam di Bandar Jakarta bersama (Saya, My Mom, My Sist and her Husband, Galuh en Arif, Pandu, Sekar, Seno and 2 S’s parents) , keesokan harinya kami juga makan siang di Jimbaran Resto.



Makan siang di Jimbaran Resto tanpa Sekar ,Seno and her parents, namun kali ini kami kedatangan Owin en her Mom. Kami juga member makan kepada ratusan atau bahkan ribuan ekor ikan di Eco Park dengan makanan yang dapat dibeli disana seharga @ Rp 5000,-. Sedekah untuk ikan – makhluk hidup ciptaan-NYA merupakan salah satu kegiatan yang mengasyikkan. Kami juga jalan-jalan ke Pasar Seni. Saya pribadi berharap agar Ancol tetap mempertahankan bahkan menambah seni khas budaya Indonesia – khususnya Jakarta. Emaknya Sekar berarti mengatakan bahwa Ancol sebenarnya lebih oke disbanding Sentosa Singapore! Yang langsung disanggah oleh Sekar, anaknya….hahaha. Sekar mengatakan bahwa untuk urusan perawatan dan kebersihan sangat jauh lebih baik Sentosa Singapore. Weeei, dari sini seharusnya sebagai warga Jakarta kita bantu Ancol agar tetap asri dan terawatt. Prospek bisa mengalahkan “kehebatan” tempat wisata di Singapore khan tuh ;-D Gak perlu jor-joran ngebangun seperti Esplanade or Kincir Raksasa,tapi cukup warnai Ancol dengan kekayaan budaya (petugasnya mengenakan busana Abang None, misalnya) , keramahan  dan kedisiplinan (missal : menjaga kebersihan laut dan pantainya – ayo pengelola,Ancol ,tolong beri tong sampah berbentuk khas seperti ondel-ondel,misalnya.). Lebih asoy lagi kalau Ancol membuka akademi pariwisata di area Ancol…keren dah tuh!

My Sist and her husband malah sempat bersepeda ria di sekitar Ancol. Pagi hari berjalan kaki dari hotel ke pinggir kali Jln Lodan dan Eco Park, keesokan harinya bersepeda dari samping hotel ke dekat makam pahlawan Belanda. Waduh, kok saya baru ingat bahwa saya dulu pernah ikutan Rally Sepeda dan menjadi Juara 2 se-Jakarta ya.Rally sepeda itu berlangsung di Ancol juga!

Ketika check-out, pukul 11.30 kami sempat menyaksikan Barongsai di lobby hotel. Perjalanan pulang hanya memakan waktu 17 – 18 menit dari Ancol sampai depan rumah saya, padahal gak ngebut dan gak lewat toll loh.Sehingga siangnya saya masih janjian dengan Yuli di Mal Kelapa Gading.Sempat menyaksikan boy band Max 5 yang awalnya kami kira rombongan barongsai…hahaha.

BREAKFAST @ Mercure Ancol Hotel 

Oh ya, dari di Ancol sampai MKG semuanya bagai lautan manusia. Tapi justru saya jadi jarang melihat etnis China tuh. Justru etnis Melayu yang ramai. Atau barangkali etnis China justru makan-makan saja di rumah???
Tahun baru China kali ini saya merasakan penuh keramaian bersama keluarga dan rekan. Sedangkan tahun lalu saya berada di Surabaya, berkunjung ke Pecinan Surabaya yang juga justru sepi :D Baca kisahnya DISINI

Monday, 13 July 2009

Bumi Khatulistiwa : Pontianak




Bukan karena pas film ‘Kuntilanak Beranak’ tayang di bioskop di Jabodetabek saya pergi ke Pontianak ;-p. Sebagai warganegara Indonesia rasanya masih nelangsa kalau sudah berkunjung ke aneka tempat/negara di dunia ini tetapi belum berkunjung ke Pontianak. Kenapa? Karena waktu SD dulu saya selalu digembar – gemborkan bahwa kita harus bangga dengan negeri tercinta, Negeri Khatulistiwa – Zambrud Khatulistiwa. Satu negara yang ‘beruntung’ dilintasi oleh titik equator. Karena terlalu luasnya, saya yang di Jawa masih belum melihat dengan mata kepala sendiri ‘titik tepat’ garis khatulistiwa kebanggaan guru IPS zaman SD.

Hiks...nelangsa khan kalau udah berkunjung dan melihat dengan mata kepala sendiri aneka landmark di dunia, namun belum melihat landmark Khatulistiwa secara langsung? Lah...daku khan orang Indonesia, negeri yang dikaruniakan oleh-Nya permata Khatulistiwa yang tidak semua negara memiliki karunia ini.

So begitu dapat info kakak en ibu ingin berkunjung ke kota salah satu pulau terbesar di dunia ini, saya langsung samber koper. Anggaran untuk jadi turis koper (bukan backpacker) memang nggak ada...hehehe...justru itu mumpung ada yang mau kesana saya ikutan dengan modal dengkul. Tiket Garuda nomer penerbangan GA504 baru didapatkan beberapa jam di bandara. Kakak dan ibu saya yang sudah memegang tiket terlebih dahulu terbang, sedangkan saya melintasi selat Karimata tanpa didampingi oleh keluarga.


Yes, This Is Capital City of West Borneo
Sampai airport Supadio sempat melongo nggak ngerti mau ngapa’in karena nggak ngerti tempat menginap dan kakak saya belum menjemput. Hape kakak saya tidak aktif. Baru deh setengah jam kemudian kakak saya kelihatan, dan kami langsung menuju Hotel Kini (*3) di Jln Nusa Indah Pontianak. Hanya berdiam sejenak di hotel, saya dan Mbak Lien (kakak saya) langsung keluar hotel untuk menelusuri daerah sekitar hotel sambil mencari makan malam. Ibu sih nyantai aja di kamar hotel sambil menikmati sinetron kesayangannya.

Menelusuri jalan Patimura terdapat deretan kios penjual cinderamata/souvenir, makanan, kaos dan semua khas Kalimantan Barat – Jalan Patimura ini memang merupakan pusat penjualan oleh – oleh di Pontianak. Hanya menyeberang jalan hotel yang kami tinggali malam itu.

Makan malam di Cafetaria Segar Ria yang terletak beberapa meter dari pusat penjualan souvenir. Disana memang berderet tenda – tenda dan rumah makan permanen. Yang banyak dan khas di deretan penjual makanan tersebut adalah Mie Tiaw dari yang disiram sampai di goreng. Saya sih pesan Mie Atom Rebus alias mie kuning yang direbus dengan daging sapi dari beberapa jenis. Sebelum balik ke hotel kami berdua membeli roti di Kaisar Bakery yang sepertinya terkenal di Kalimantan Barat. “Bread Talk” lokal-nya Pontianak kaliiii....

Kalau mau makan biasanya memang di sekitar Jln Patimura, Jln Gajah Mada dan Jalan Diponegoro. Di hari kedua daku makan disekitar Jln Diponegoro, seberang Hotel Santika.


Hotel *3 to Hotel*3- Kriteria *3 yang Tak Standard

Karena satu sebab kami pindah ke Hotel Kapuas di Jln Gajah Mada. Dari luar hotel ini tampak lebih mewah dibandingkan hotel sebelumnya, apalagi hotel ini memang seringkali digunakan oleh para pejabat en katanya sih Presiden SBY pernah menginap di hotel ini ketika berkunjung ke Pontianak. Bahkan ketika saya menginap disini berbarengan dengan para gubernur se-Kalimantan yang akan mengadakan acara. Mobil dinas para gubernur terparkir di tempat parkir yang sebelumnya diparkiri oleh mobil full dempul yang mengantar kami...hahaha...soalnya sebelumnya Mbak Lien memang belum menghubungi pejabat setempat, jadi kami charter kendaraan se-adanya Nggak ngerti deh ada acara apa, saya sih sempat dijelaskan oleh pejabat PU dan pejabat Pemda yang mengantar dan menjemput kami, tetapi saya nggak terlalu menyimak. Urusan pemerintahan yang singkatannya bikin orang gak napsu ngapalinnya kalau gak ada urusannya langsung...hehehe....

Selama menginap di hotel tersebut ada 2 acara resepsi pernikahan, pertama pernikahan adat Jawa dan dihari berikutnya resepsi “adat” China International di pinggir kolam renangnya. Saat persiapan acara resepsi pernikahan di kolam renang tersebut, daku sempat melongok en poto2an di lokasi acara. En yang nggak saya kira adalah....siangnya di Function Hall 2 ada BOP Synergy! Hahaha...nggak ngira banget deh, dunia kecil....apalagi saat breakfast bareng dokter Hardjanto dari Solo. Padahal biasanya kami ketemuan di Jakarta.

Terus terang ajah, untuk aneka fasilitas dan service saya lebih nyaman di hotel sebelumnya walaupun secara kasat mata hotel yang pertama lingkungannya seperti pasar. Di hotel yang langganannya para pejabat pusat ini justru sempat membuat saya 3 kali terkurung di dalam lift. Sudah pencet alarm ‘call’ dalam lift...tetap aja nggak ada respon. Alhamdulillah hape masih aktif, jadi saya langsung menghubungi resepsionis yang justru akan menghubungkan ke bagian teknisi dan meminta agar saya menceritakan keberadaan kami yang terkurung di dalam lift. Haaalllaaahhh....orang lagi terkurung di lift diminta cerita! Telmi banget sih, Mas! Walaupun udah ada korban, tetap aja lift dioperasionalkan tanpa ditulisi bahwa lift rusak, karena sore-nya ada lagi 2 anak kecil dan polisi yang terjebak di lift tersebut. Anak2 kecilnya sampai teriak-teriak dan terdengar sampai luar lift, ketika lift terbuka kami langsung menyarankan mereka pindah ke lift lain. Hehehe..polisinya sampai pucat tuh....mungkin dia sedang diminta menjaga 2 anak atasannya. Selain itu, saya dibuat mangkel benggel dugel saat battery hape mati! Saat ingin nge-charge....saklar kontak listriknya berlobang pipih 3....aammmppuuuunnn, ini di NZ or Pontianak seh?! Padahal di hotel sebelumnya saya leluasa mengisi battery. Pokoknya selama di hotel pertama kami tidak pernah menelpon resepsionist atau roomservice karena semua kebutuhan kami terpenuhi, sedangkan di hotel kedua dalam sehari kami bisa beberapa kali menelpon resepsionist, roomservice atau housekeeping. Menyalakan telivisi aja harus manggil teknisi, trus kami dijelaskan cara menyalakan tv tersebut. Berasa gaptek dah gue! Sandal kamar dan penyumbat bathup aja harus diminta terlebih dahulu!!! Mbak Lien sampai menunda niatnya untuk berendam di bath-up, sedangkan saya menggunakan bath up sebagai KBU wartel! Hehehe...Mr.D nelpon dari Jakarta minta cerita aktifitas saya seharian ini, en kalau nelpon di kamar khan ada nyokap en Mbak Lien...jadinya saya masuk kamar mandi en nangkring di bath up sambil telpon-telponan deh. Please, walaupun nangkring di bath up daku sungguh berbeda dengan bintang iklan kartu GSM yang saat itu kami pakai, yang nangkring di pohon tuh...;-p

Menu breakfastnya juga lebih mantap di hotel pertama. Aaaah...untungnya sih gak ada angket or quis’ner penilaian hotel tersebut. Kalau ada bisa ancur dah tuh nilai yang daku kasih! Hhhmmm...kalau secara pribadi sih sebenarnya staff hotel-nya sama seperti masyarakat Pontianak kebanyakan, helping ...namun sebaiknya level kecepatan kerja-nya harus pada di tingkatkan deh! Salutnya sih selama di Pontianak saya nggak pernah lihat orang bersikap kasar.



Ibu Kota namun Bukan Pusat Wisata

Secara umum sebenarnya ibu kota di Indonesia merupakan sarana pariwisata. Makanya saya menyayangkan banget melihat kondisi Kraton Kadariah Kasultanan Pontianak dan Tugu Khatulistiwa yang potensi-nya tidak didongkrak secara maksimal.

Di Kraton Kadariah, kami ditemani oleh pengurus kraton yang menyambut kami dengan ramah, seorang ibu yang merupakan salah satu cucu dari Sultan ke-VI. Disalah satu kamar terdengar jeritan tangis bayi, cicit dari Sultan – menurut ibu tersebut yang mendampingi kami selama di kraton. Dari sini saya jadi “mengenal” desainer lambang negara kita, Garuda Pancasila yang sering nampang di kantor pemerintahan didampingi oleh RI1 dan RI2. Yang merancang adalah Sultan Hamid II, keluarga Kraton Kasultanan Pontianak...hhmmm,lumayan ganteng loh-pantes jadi aktor...hehehe...

Sama hal-nya seperti ketika saya bepergian ke suatu tempat, saya pasti meniatkan untuk kembali lagi suatu saat nanti. Insya Allah suatu saat saya kembali ke Pontianak – sekaligus laju ke Kuching – Malaysia plus Brunei Darusalam melalui jalur darat. Selama di Pontianak kami berpapasan dengan kendaraan pribadi registrasi Malaysia, bahkan ketika keluar dari Kraton. Sempat juga berpapasan dengan bus umum Pontianak – Kuching yang nomer registrasi-nya luar negeri. Saya pikir ini merupakan hal langka, selain di Pontianak dan beberapa wilayah Kalimantan serta (mungkin) di Papua. Selama di Batam sih saya nggak pernah lihat kendaraan pribadi beregistrasi Singapore/luar negeri, kalau kendaraan pribadi build up sih beberapa kali lihat deh di Batam.

Sekarang saya siap – siap untuk packing lagi....Kemana???? Hhmmm...nyoba kereta eksekutif baru...heheheh...nggak ngerti deh sampainya kemana ;-p