Showing posts with label Jakarta Selatan. Show all posts
Showing posts with label Jakarta Selatan. Show all posts

Sunday, 31 July 2016

Makan Siang di One Cafe at The Park Lane Jakarta

Saya kepincut dengan One  Cafe – Asian Fusion, All Day Dinning yang merupakan salah satu tempat F & B di The Park Lane Jakarta. Hal ‘ketidak sengajaan’ saya berkesempatan makan siang di cafe ini.


The Park Lane Jakarta adalah hotel berbintang 5 yang nyaris setiap hari saya lewati jika saya ke/dari kantor di Jln Prof Satrio atau Kota Kasablanka. Cowok teman kerja   ada yang bekerja di hotel ini. tetapi saya baru 2 kali masuk ke sini. Pertama kali saat saya akan melakukan body treatment di spa-nya yang terletak di dekat kolam renang, dan kedua kalinya pada tanggal 29 Juli 2016 untuk hadir dalam Temu Blogger 2016 : Sehatkan Anak Indonesia Dengan Imunisasi. Letak ruangan untuk acara tersebut juga di dekat kolam renang. Acara dimulai jam 9 pagi, dan kami para Blogger yang diundang duduk di kursi dengan round table ala fine dinning. Hanya air mineral, gelas dan pulpen berikut kertas catatan yang ada di hadapan kami. Tak lama tersaji snack pagi, yakni potongan chocolate cake  dan pastel.
Saya pikir makan siang dilakukan di round table ruangan seminar, ternyata kami dipersilakan menuju ‘One Cafe Asian Fusion’ yang terletak di bawah lobby hotel. Yess! Petualang kuliner kembali tercatat dalam catatan saya! Selain One Cafe, ada pula Riva yang menyediakan masakan Perancis . Yang terlihat dari jalan hanya nama Riva. Sedangkan One Cafe merupakan All Day Dinning,juga berarti breakfast tamu hotel yang menginap dilakukan di cafe ini.

Ada kerupuk lengkap dengan kalengnya
Siang itu kami lunch dengan system buffet. Kami menyusur melihat-lihat aneka makanan yang di sediakan. Selera makan saya langsung bangkit, di sudut saya melihat beraneka makanan Indonesia. Seru-nya ada pete, jengkol sambal, cumi goreng, ikan teri goreng dan aneka pepes. Hal yang jarang saya temukan di hotel berbintang 4-5. Tanpa ragu saya mengambil makanan tersebut. *Halah, di hotel berbintang 5 kok ngambilnya lauk pasar sih?* Eh, jangan salah loh, justru disini saya ingin menikmati makanan khas Indonesia dengan kondisi tempat yang bersih serta memasaknya pasti berdasarkan standar operasional prosedur. Kebersihan dan kesehatannya pasti terpantau dong. Terbukti, ketika saya makan 3-4 keping jengkol ternyata tidak meninggalkan aroma yang tidak enak. Ini sempat saya katakan kepada seorang blogger yang mengatakan doyan jengkol tetapi khawatir akan aroma-nya, saya katakan,”Pastinya sudah diolah dengan cara tersendiri versi memasak hotel berbintang dong supaya nggak nimbulin aroma yang tidak enak. Mosoq hotel sama dengan warteg sih? Kayaknya nggak deh...hehehe”

Ada lalapan plus pete bakarnya
Setelah saya mengambil lauk ala pasar, saya mengambil Mie Ayam secara prasmanan. Biasanya khan Mie Ayam  di stall/gubug ya? Tetapi di Cafe One kita meracik sendiri sesuai selera. Pertama kita mengambil mie telur dengan menambahkan topping sesuai keinginan kita. Saya memilih white fish ball, salmon ball , jamur putih berikut cabe ijo iris kecap. Tersedia juga beef ball, berbagai jenis jamur dan sayur beserta beberapa jenis sambal. Kesan awalnya seperti menu Shabu Shabu atau Baso Singapore, sehingga ketika akan diberi kuah saya sempat minta kuah Tom Yam dan Chef-nya langsung mengatakan,”Ini Mie Ayam.” Ooo...oke! Memang setelah di beri kuah kaldu mereka menaburi dengan irisan ayam seperti layaknya mie ayam pada umumnya. Setelah saya coba menu tersebut saya merasa cocok, namun tidak berniat nambah karena ingin mencicipi menu lain yang dihidangkan.
Saya menikmati makanan semeja dengan Mbak Yayat,  Mbak Waya, Mbak Gita dan Kak Resi. Melihat Mbak Gita dan Mbak Waya menikmati Sop Buntut dari salah satu stall maka saya jadi penasaran. Sop Buntutnya terlihat mengundang selera, dan akhirnya saya mengambilnya. Ternyata memang terasa sedap dan bersih , porsi-nya juga pas! Kenapa saya katakan bersih? Karena saya tidak merasakan sop yang terlalu gurih dengan MSG bubuk dan seperti tidak berlemak. Kuahnya cenderung bening namun tetap terasa gurih dengan kaldu asli, daging-nya juga termakan semua . Tomat, wortel ,kentang dan daun bawang bertaburan melengkapi kelezatan sop tersebut. Oh ya, sebelum mengambil Sop Buntut saya juga mencicipi Fish Soup yang tersedia di meja prasmanan dekat nasi, tidak banyak yang Fish Soup yang saya ambil. Sekedar penyegar mulut dengan kehangatan, namun Fish Sop-nya terasa asin di lidah.
Berikutnya saya ingin mengambil Sushi, makanan Jepang. Yang tersaji sejenis Sushi Sashimi Tuna. Karena tidak melihat Sushi Gunkan Tobiko/Ebiko atau telor ikan lainnya maka saya mengurungkan niat ini. Kemudian saya mengambil es krim 2 scoop, 1 coffee cream dan 1 green tea yang di tabur sedikit toping dari berbagai topping yang ada, dan di tambah 1 butir buah zaitun yang diambil dari meja salad. Sebagai penutup saya menikmati asinan buah yang terdiri dari potongan buah belimbing, kedondong dan...apalagi ya? Yang jelas saya memesan tidak pakai bengkoang. Kedondongnya memang kecut, tapi saya justru sukak! 
Yang saya rasakan kurang adalah air putih dan juice buah! Air putih hanya diberikan secangkir dan petugasnya tidak berkala berkeliling refill jika sudah habis. Kami juga tidak menemukan juice buah. Kalau dessert banyak, jenisnya bermacam-macam. Es Buah memang tersedia, tetapi saya lagi mau juice buah tanpa gula.

Harga pastinya saya tidak menanyakannya, tapi melihat harga promo yang tercantum di FB-nya saya kira harga tidak jauh dari harga ini deh :)
Ketika blogger yang shalat Jumat telah berada di Cafe One dan waktu istirahat tersisa 30 menit lagi, saya langsung menuju mushala di lantai 7. Nampaknya mushala ini sebelumnya adalah kamar hotel, tapi salut juga sama The Park Lane Hotel yang menyediakan mushala dengan kondisi yang layak. Bersih, rapi dan mengambil air wudhu-nya juga tanpa harus keluar dari ruangan mushala karena ruang wudhu sepertinya bekas bathroom kamar tersebut.
Semoga di lain kesempatan saya bisa menginap di kamarnya dan menikmati layanan spa-nya. Wifi lobby hotel juga lancar tanpa harus memasukkan password.


Bagaimana cara menuju ke sana?

Kalau saya berangkat dari Pulo Mas Jakarta Timur  jam 7 pagi dengan memesan ojeg online Uber Motor, dikenakan tarif Rp 18.500,- sampai depan gerbang The Park Lane. Sodorin deh Rp 20.000,- tanpa meminta kembalian, walaupun sopir-nya jujur mengingatkan kembalian. Rp 1,500 ,- sebagai pengganti pulsa tadi dia mencari jalanlah.
Pulangnya saya dan Kak Resi jalan-jalan dulu di Kota Kasablanka sampai ba’da Maghrib, karena hujan – jalanan becek dan saya takut naik ojek (dalam kondisi seperti ini) akhirnya saya menyetop Taksi Bluebird di depan Kokas. Sampai depan gerbang rumah Pulo Mas argo yang tertera Rp 49rb-an, saya sodorin deh voucher senilai Rp 50.000,- hadiah menang cerita #SekotakPenuhKesan.

The Park Lane Jakarta
Jln Casablanca Kav 18
Jakarta 12870
Phone : +6221 8282000
 

Monday, 28 March 2016

Little Chef Cooking Class at Swiss - Belresidences Kalibata

Salah satu meeting room di Swiss-Belresidences Kalibata (Dok.Pribadi)

Beberapa bulan lalu saya dan kakak  mengusulkan kepada Bude Dani agar pertemuan eks veteran orang tua kami berlangsung di Kalibata. Ketika itu kamu sedang bersilaturahim di rumah beliau di Hang Tuah Kebayoran. Tetapi dikarenakan beliau mengatakan bahwa rekan-rekan seperjuangannya memilih di Hang Tuah saja jika mengadakan acara, maka kami manggut-manggut pasrah. Saya pikir mungkin beliau mengira kami mengajukan usul mengadakan acara di Taman Makam Kalibata. Hingga  selisih 2-3 bulan kemudian keluarga saya mendapat undangan untuk bersilaturahim di Swiss - Belresidences Kalibata. Sayangnya saya berhalangan hadir,  hanya Ibu diantar 2 kakak saya yang menghadiri acara tersebut. Malam harinya saya Cuma bisa pasrah mendengar tentang cerita acara di Swiss -Belresidences Kalibata. Keluarga kami memang Horeca Adict alias sangat senang mengamati dan menikmati berbagai service HoReCa (Hotel Restaurant and Cafe).
Sayang banget yach saya nggak berkesempatan berkunjung ke hotel baru tersebut. Eh, sore 19 Maret 2016 saat saya baru tiba di Jakarta setelah refreshing salah satu resort di Cisarua, saya mendapat tawaran untuk berkunjung ke Swiss - Belresidence Kalibata. Weeey, pas ada event “Little Chef Cooking Class” pula. So terbayang wajah anak-anak tanpa dosa akan mengikuti kelas memasak di sana. Yeaaay,finally saya mendapat kesempatan juga hadir ke sini dan bertepatan hotel ini mengadakan acara!


Tiba di Pitt Tree peserta Little Chef Cooking Classsedang di data satu persatu. Setelah itu dengan teratur mereka berdiri di sisi meja yang sudah tersedia berbagai peralatan meracik makanan Italia, Pizza. Ukuran dough-nya lumayan besar loh buat ukuran mereka! Kemudian berbagai toping seperti paprika, smoke beef,union, chesse telah pula disediakan di dekat dough pizza tersebut. Pizza yang akan mereka buat adalah pizza Italia yang dough-nya lebih tipis dibandingkan pizza ala Amerika yang biasa dijual oleh resto pizza yang sudah bertebaran di berbagai kota di Indonesia. 
Peserta Chef Cooking Class Bersama Ortu (Dok.Pribadi)

Lucu melihat 28 anak dengan tertib menata pizza mereka. Mereka anak-anak manis yang mendengarkan instruksi dari Chef Swiss-Belresidences Kalibata, Mr Novan Novian. Untuk menambah kesan, mereka menggunakan topi dan celemek ala koki profesional. 
Ketika pizza telah di desain oleh mereka, pizza diberi nama agar tidak tertukar antara satu dengan yang lainnya, kemudian pizza tersebut dibawa ke kitchen untuk dipanggang/dipanasi. Sambil menanti pizza matang, peserta Little Chef Cooking Class mewarnai gambar yang telah disediakan oleh panitia. Lagi – lagi mereka dengan tertib dan tenang mewarnai gambar yang dibagikan.
Setelah menyaksikan keriaan anak-anak belajar membuat pizza dan mewarnai saya minum sambil duduk-duduk di kursi besar yang tersedia di luar ruangan cafe, sederetan dengan penyelenggaraan acara cooking class. Kemudian kami diajak oleh management hotel untuk berkeliling melihat berbagai fasilitas yang ada disana...yeeeaaay!

Minuman yang saya pesan dari Jade Lounge and Bar

Yuuk, ikutan melihat beberapa fasilitas di Swiss - Belresidences Kalibata yang dari depannya saja sudah saya taksir karena teduh dengan pepohonan !!

Swiss-Belresidences Kalibata memiliki 212 kamar yang terdiri dari kamar Deluxe, Grand Deluxe dan Executive Suite. Setiap kamar dilengkapi dengan fasilitas LCD cable television dengan chaneels satelit, IDD telephone, high speed Internet access, safety deposit box, AC, Mini bar, cofee and tea making fasilities. Fasilitas hotel banyak digunakan untuk pemerintahan dan coorporate. Masih belum banyak traveler atau family yang bermalam atau memanfaatkan fasilitas disini, padahal letaknya yang strategis asyik banget loh untuk mengadakan berbagai event di segala usia, contohnya Little Chef Cooking Class yang saya saksikan – ini event yang ditujukan untuk anak-anak hingga usia 12 tahun. Juga event silaturahim para pejuang bangsa yang dihadiri oleh Ibu dan kakak saya, event tersebut pastinya ditujukan untuk pejuang berusia lebih dari 70 tahun yang salah satunya adalah Bude Dani Bustanil Arifin. Ruangan yang tersedia untuk meeting atau event ada 8 ruangan dan 1 ballroom berkapasitas 400 tamu. Oke banget untuk mengadakan kegiatan pameran, seminar, pernikahan, ulang tahun, pertunangan, gathering, workshop, dll.
Fasilitas spa menggunakan service dari Javana Spa Management yang sudah kondang dengan dunia per-spa-an di Indonesia. Tetapi untuk ruangan gym tidak besar ya karena biasanya tamu di sini adalah orang-orang sibuk yang memang tidak banyak waktu untuk melakukan gym. Kalau mau berenang, kolang renangnya semi outdoor dan view-nya Kalibata Plaza dan Kalibata City.  


Swiss-Belresidences Kalibata
Sumber foto : Swiss-Belresidences Kalibata site

Setelah saya berkunjung ke restaurant yang terdapat di sana, ternyata restaurantnya oke banget untuk kongkow atau mengadakan reuni/ulang tahun/gathering/arisan di sana. Khusus mengenai restaurantnya saya tulis di Berita Kuliner ya. Silakan dibaca di : SWISS CAFEat Swiss Belresidence Kalibata, Resto Hotel Konsep Bistro.

Satu sisi kamar di Swiss-Belresidences Kalibata (Doc.Pribadi)
Sebelum lebaran tahun ini saya akan review service hotel-nya ya, karena untuk review layanan kita harus menginap dulu agar mengetahui dari sisi konsumen :)

Swimming Pool (Dok.Pribadi)
Bagi pengendara pribadi/taksi/mobil sewaan/motor akses ke hotel ini sangat strategis. Akses bisa melalui Jln Raya Pasar Minggu Jakarta Selatan atau dari Cawang dan Cililitan Jakarta Timur. Bagi pengguna jasa commuter line (yang semoga dalam beberapa tahun lagi terintegrasi ke bandara Soekarno Hatta) , letak stasiun Kalibata hanya berada beberapa meter dari lobby hotel. Cukup jalan kaki aja :) .Semua kendaraan umum (kecuali bajaj yang terlihat masih jarang) banyak terdapat di sekitar hotel. Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur-pun relatif dekat dengan Swiss-Belresidences Kalibata. Mall ramai dan hipermarket? Nyebrang saja sudah sampai kok :)


Swiss-Belresidences Kalibata
Jalan Kalibata Raya No 22 Jakarta 12740
Tel : (62-21) 29771 771 Fax : (62-21) 29771 777
Email : jakarta-sakj@swiss-belhotel.com 

Thursday, 10 December 2015

Merasakan Kelezatan F & B Best Western Premier The Bellevue

Batik dan Hospitality Industry merupakan bagian dari peminatan yang besar dalam diri saya. Karena itulah saat Kompasiana mengadakan acara di Best Western Premier The Bellevue Jakarta Selatan dengan pembahasan “Pameran Batik Betawi” saya segera mendaftar, sekalipun terlihat terlambat dan kuota seperti sudah terpenuhi oleh Kompasianers. Beruntung pagi pada hari H – Kamis, 7 Oktober 2015 saya mendapatkan telepon dari Kompasiana dan menanyakan apakah saya masih berminat dan bisa hadir dalam acara tersebut. Wooow, tentuuuuu...bela-belain deh dateng mengingat materi pembahasan dan tempatnya yang bikin saya super penasaran!
Pameran Batik Betawi di Best Western Premier The Bellevue
Batik Betawi adalah batik yang sudah langka, dan Best Western adalah The World’s Largest Hotel Chain yang terdiri atas lebih 4000 hotel di 100 negara dan wilayah di dunia. Saya-pun pernah menginap di salah satu hotel Best Western di New Zealand. Keingetan banget, karena saya menginap sekitar seminggu di hotel tersebut. Ini pula yang menarik bagi saya untuk hotel tour – syukur2 menginap di Best Western di Indonesia.
Karena antusias-nya maka tanpa saya sadari saya terus melakukan tweetlive pada acara berlangsung, dan begitu diumumkan pemenang tweetlive terbanyak, saya menjadi pemenangnya! Mendapatkan hadiah voucher F & B pada hotel tersebut....yeaaay!

Diserahkan hadiah sbg Livetwit Terbanyak oleh MS.Eleine Koesyono,Marketing Communication Manager
Hari Minggu, 6 December 2015 saya berdua dengan Mama Dion memanfaatkan voucher senilai Rp 250.000 tersebut. Parkir motor di lantai B2 kemudian kami menuju lantai 1 melalui lift ke Kedaton Coffee Shop.

Hadiah Voucher F & B dan hadiah boneka Best Western Premier The Bellevue yang kini berada di tempat tidur saya :)
Kami datang di luar jam makan siang, sekitar jam 4-an sore sehingga Kedaton Coffee Shop hanya 1 – 2 meja yang terisi tamu. Assesoris natal sudah terlihat menghiasi ruangan. Waitress langsung menyodorkan saya map menu makanan dan minuman. Tidak terlalu banyak pilihan menu makanan yang bisa kami pilih, sepertinya yang banyak tersedia justru minuman beralkohol. Ketentuan voucher adalah tidak berlaku untuk minuman alkohol. Ya, kami juga nggak bakalan memesan minuman beralkohol sih...hehehe...

Mie Goreng Special

Mie Goreng  Special Tanpa Sayur


Kung Pao + Steam Rice
Sore itu saya memilih 1 porsi Mie Goreng Spesial (harga Rp 60,000) dan Mama Dion yang semula ikut-ikutan memesan dengan menu yang sama buru-buru saya arahkan untuk memesan Kung Pao Chicken (Rp 75,000) . Pakek acara nggak ngerti lagi menu macam apa, langsung saya jawab dengan nada terselubung “norak loe” ,”Masakan Thailaaand. Gue mah doyan banget!” Lah, terus kenapa nggak loe aja yang mesen,An? ;p Minumnya baru deh kita sama-an yang Es Teh Tawar seharga Rp 30.000 pergelas-nya belum termasuk 21% dan nggak bisa di-refill. Hiks! *Halah, makan pakek voucher hadiah aja pakek baper banget pas lihat harga Es Teh Tawar seharga itu :p


Menu makanan yang tersedia lainnya di Kedaton Coffee Shop dan sepertinya dari sini pelayanan Room Service jika tamu kamar hotel memesan, diantaranya :
Soup : Creama Di Funghi (Mushroom Cream Soup) dan Oriental Wonton Soup yang harganya masing-masing Rp 50,000. Ada juga Tom Yam Talay seharga Rp 60.000.
Sedangkan “Grilled Di Carne” terdapat : Grilled Sirloin (Rp 220.000) hingga termurah Grilled Chicken Breast (Rp 135,000). 
Pesanan kami di deretan Asian Delight bersamaan dengan : Oxtail Soup (Rp 120,000), Nasi Goreng Special (Rp 75,000), Tongseng Kambing (Rp 85,000) dan Rawon Jawa Timur (Rp 85,000).
Semua harga disini belum termasuk tax yang 21  % itu loh yaa. Biasa deh, government tax and service charge. Nah kalau sudah termasuk service charge sebenarnya kita tidak perlu memberi tips lagi.
Kedaton Coffee Shop masih menggunakan sebagian ballroom hotel, dikarenakan permanen-nya masih dalam tahap pembangunan. Nantinya sih akan berada di rooftop hotel, bakal keren nih! 
Ada 1 tempat lagi yang melayani F & B di hotel ini, yakni : Angsana Lounge & Wine Bar, tempat saya dan Kompasianers berkumpul saat acara Kompasiana pada talkshow bersama Sanggar Batik Betawi Terogong. Best Western Premier The Bellevue memang mendukung pelestarian warisan budaya batik Indonesia – dari berbagai daerah,khususnya daerah sekelilingnya. Oleh karena itu hal yang patut diacungkan jempol melihat berbagai ornamen interior hotel ini, dari dinding hingga karpet bermotif batik.
Berhubung hari sudah mulai gelap karena mendung dan kami berdua bermotor ria maka kami segera beranjak dari resto. Listrik mengalami kepadaman, lift juga otomastis tidak beroperasi. Dengan ramah Pak Security hotel menunjukkan jalan ke parkiran tanpa menggunakan lift.

Thursday, 5 March 2015

Semalam di The Falatehan Hotel by Safin

Nggak ada prediksi bahwa suatu saat saya bermalam di hotel berbintang 3 yang terletak di kawasan Blok M Jakarta Selatan. Bermula dari My Lovely  yang datang dari negeri seberang ingin menikmati waktu-nya di salah satu hotel. Saya mempertimbangkan hotel di Kemang dan Menteng, hotel berbintang 3, dia memberi alternatif hotel di Puri Indah Jakarta Barat, Tendean dan The Falatehan Hotel by Safin. Karena Puri Indah sulit saya akses jika tidak membawa kendaraan pribadi dan saya pernah menginap di hotel yang terletak di Tendean – itupun belum sampai 2 bulan yang lalu. Akhirnya saya menuruti-nya untuk booking di The Falatehan Hotel by Safin, walaupun saya agak jiper melihat lokasi lingkungannya. Hihihi, bisa juga ya saya jiper? Ya bisa-lah, karena ada pengalaman yang tidak diharapkan terjadi di area itu beberapa tahun yang lalu. Karena My Lovely  merasa lebih minat di hotel tersebut, maka saya booking melalui internet, survey antara Agoda dan booking.com – jadilah tanggal 18 February 2015 saya booking untuk tanggal 20-21 February 2015.
Tumben ya saya “ngalah” dengan kemauan seseorang? Yap, karena soal waktu, waktu saya bersama My Lovely terasa sangat mahal. Kedua dia yang bayar...hehehe, bukan karena saya nggak mampu loh ya, saya bertekad kok akan membayar-nya suatu saat nanti di suatu tempat yang pastinya pernah saya impikan. Ketiga, warna biru yang menjadi ornamen tempat tidur-nya terlihat fresh.
Jumat, 20 February 2015 – setelah saya menyelesaikan berbagai amanah, saya menuju ke hotel. Hanya menyebut nama-tanpa memperlihatkan voucher hotel. Saat diminta KTP saya kelimpungan karena sepertinya KTP tertinggal di tas kerja. Membayar deposit Rp 100.000 ,- yang saya bayarkan menggunakan debet card, kemudian diberikanlah key card kamar 336 dengan catatan saat My Lovely sampai hotel harus registrasi menyerahkan KTP-nya. Saya wanti-wanti agar memberikan KTP Indonesia-nya agar tidak dikenakan tariff turis asing...hehe, tadinya dia berniat memakai driver license dari negeri tempat tinggalnya sekarang.

Kamar Tanpa Jendela
Ingat cerita saya tentang KamarTanpa Jendela? Kali ini terjadi kembali. Front Officer sudah mengatakan bahwa kamar yang kami tempati di lantai 2 tidak memiliki akses lift. Saya harus bisa melalui tangga, melewati rest room dan pintu kitchen resto hotel. Dikatakan juga bahwa kamar tidak memiliki jendela. Hadeuh, di internet memang tertulis di keterangannya “no view”, saya pikir sekedar view mentok tembok, jadi gak kebayang deh tuh kalau tanpa jendela. Kalau mau jendela saya bisa up grade ke kamar deluxe dengan menambah Rp 100.000,-. Ah, sudahlah...malam ini justru kami tidak memerlukan jendela bukan? ;D
Akses ke kamar memang “nggak banget” seperti yang saya tulis di atas. Ada 8 kamar yang kondisi-nya seperti itu. Kami mendapat kamar di pojok.
Bersyukur begitu membuka kamar saya melihat kamar-nya bersih dan rapih. Nggak terlalu “melenceng” dengan yang ada di foto website promo-nya. Luas kamar-nya pas. Terdapat lemari berpintu lengkap dengan gantungan baju dan safe deposit box, coffee/tea maker dilengkapi 2 air mineral ukuran kecil merk Oasis (Disediakan juga air mineral ukuran 1.5 liter yang jika kita membuka-nya dikenakan biaya Rp 20.000,-), cermin ukuran seluruh badan tergantung di dinding dengan desk untuk sepatu atau koper, tv flat dan cermin dinding yang lebih sebagi hiasan. Ada sofa baca di sisi tempat tidur, selain desk untuk menulis/makan.
Bathroom-nya nggak ada bathub ya J . Tidak ada tube di shower, hanya ada tirai. Relatif bersih dan walaupun bukan dari material yang nomor 1 tapi kondisi dan model-nya baru.



Dinner & Breakfast @ Hotel
Awalnya saya berniat membelikan My Lovely makanan “Ceker Ayam” di resto China Muslim yang terletak di Pasaraya. Melihat lingkungan kehidupan malam di sekitar hotel membuat saya mengurungkan niat tersebut. Sebenarnya saya sudah lapar, demikian pula dengan My Lovely  yang masih dalam perjalanan. Akhirnya dia menyarankan saya memesan di “Room Service” 5 menit menjelang dia datang. Tapi jadi-nya pesan justru saat dia sudah sampai di kamar....
My Lovely  memesan Rawon dan untuk saya Nasi Goreng Seafood. Yang menerima pesanan dia, ternyata sekalian bayar. Rasa makanannya termasuk lezat untuk ukuran hotel. Atau memang karena saya lapar ya? Hehehe...
Untuk makanan Room Service tidak sempat diambil foto-nya, keburu di makan dalam sekejab habis :D
Pagi jam 7-an kami menuju resto hotel untuk breakfast. Baru 1 meja yang terisi. Sebelumnya kami berputar  melihat makanan yang tersedia. Saya hanya mengambil Bubur Ayam, Cereal dan secangkir kopi. Sedangkan dia sudah memenuhi piring-nya dengan Nasi Kebuli, Sosis...entah apa lagi! Kenapa jadi terbalik gini sih “sistem” makanannya?! Dia yang sudah lebih dari 20 tahun di negeri bulek justru sarapan yang bikin para bulek mendelik, sedangkan saya yang sudah lama meninggalkan negeri itu justru pilih yang ringan.
Usai sarapan kami kembali ke kamar. Pukul setengah 12-an kami check out, saya mengambil uang deposit, sementara dia ke lounge khusus. 

Wednesday, 15 October 2014

Nonton Bareng : 3 Nafas Likas

Selamat!
Anda memenangkan Sayembara Femina Nonton Bareng 3 Nafas Likas.
Untuk itu Anda berhak mendapatkan 2 (dua) tiket nonton, dengan waktu pertunjukan:
Hari/Tanggal :
Sabtu, 11 Oktober 2014
Waktu             :
Pukul 09.30 WIB (mohon hadir 30 menit sebelum waktu nonton dimulai)
Tempat           : Hollywood XXI
                         Jl. Gatot Subroto Kav. 19 Jakarta Selatan
 Dress Code: Touch of Green
Bawa lembar atau tunjukan email ini, fotokopi kartu identitas (KTP/SIM) pada saat registrasi.
Demikian kami sampaikan, Mohon kehadiran Anda tepat pada waktunya.

Wah, di email saya ada pemberitahuan ini. Baru deh teringat bahwa saya mengirimkan sms untuk Nobar saat di perpustakaan. 
Mengapa pengalaman nobar dari Femina saya posting di 'Cinta Wisata Kita'? Karena nonton di bioskop termasuk berwisata, wisata di Indonesia (Walaupun nonton-nya di Planet Hollywoood yang nama-nya gak ada Indonesia2nya :D). Selain itu film yang saya tonton-pun shooting di beberapa daerah di Indonesia dengan latar alam dan budaya bagian Sumatera Utara. Setting waktu adalah sejak tahun 1930-an sampai 2000-an.
Beberapa lokasi syuting di Sumatera Utara, antara lain ; Bakkara (Kabupaten Humbang Hasundutan), Dolok Sanggul (Kab. Humbang Hasundutan), Berastagi, Kabanjahe, Tebing Tinggi, Pamah Semilir, dan Kota Medan. Tuh, oleh karenanya cocok khan kalau saya posting di blog saya yang ini, bukan di 'Never Ending Journey' .Lokasi syuting lainnya adalah Jakarta dan Ottawa, Kanada.

Film segera ditayangkan untuk publik tanggal 16 Oktober 2014. Nonton deh, aku pribadi sih termasuk suka dengan film ini. Natural! Kisah kehidupan Likas, istri Djamin Ginting yang bervisi walaupun masih anak-anak. Visi menjadi Pengajar, dan akhirnya menjadi istri yang sangat mendukung karier tinggi suami - baik di militer maupun sebagai duta besar. Bahkan kemudian menjadi janda yang bermanfaat bagi banyak umat manusia lainnya. Dari masa belia hingga masa lansia beliau masih terus berprestasi dan berguna bagi nusa dan bangsa. Beliau saat ini masih bernafas di dunia ini, di usia-nya yang sudah menginjak 90-an tahun. Salut untuk Ibunda Likas, Lansia berprestasi :)