Showing posts with label bandung. Show all posts
Showing posts with label bandung. Show all posts

Thursday, 7 July 2011

Trans Studio Bandung - Kedua Setelah Makassar


Mengakhiri bulan Juny 2011 kami (Saya, Bimo, Abi, Amel,Tyas dan Dilla) berlibur ke Bandung. Beeuuuh,bahasa awal saya udah seperti di pelajaran mengarang SD ;-D Sebenarnya bukan kota Bandung-nya yang kami tuju, tetapi kami fokus untuk bermain di 'TransStudio Bandung' yang baru saja dibuka, setelah yang di Makassar. Tentunya Trans Studio yang di Makassar sudah saya kunjungi juga doooong....*norak!



Memasuki kota Bandung, pukul 17:27 GPS langsung diaktifkan untuk menunjukkan arah ke Bandung Supermall. Tapi yang nyetir mobil dari Jakarta Bimo loh,bukan saya - saya lagi iseng aja sambil nunggu yang lainnya ke toilet di pom bensin dekat Pasteur.

Amel, saya dan Tyas beraksi sejenak begitu memasuki Bandung Super Mall,dimana TransStudio Bandung berada.


Tanpa membayar tiket masuk kamu-pun dapat bergaya di depan TransStudio Bandung.

Usai menjajal wahana 'Jelajah'. Antri lebih dari 1 jam, naik kereta gak sampai 10 menit dan rok+sandal basah! *kucrit tuh petugas2...saya khan niat ngelepas sandal,kok dilarang sih???!!

Wahana untuk anak TK, membuat saya ingin kembali mengajar mereka ;-)

Yamaha Racing Coaster yang tidak sempat kami naiki karena hujan. Menurut saya inilah wahana paling keren yang ada di Trans Studio baik yang di Bandung maupun di Makassar. Setelah memandanginya saya jadi berpikir..."Wih,bakal megap-megap gak nih gue melihat rel-nya yang sadis-kayak lagunya Afgan-?" Apalagi berdasarkan info dari official web-nya : roaller coaster ini merupakan tercepat di dunia, hanya ada 3 di dunia (2 di USA dan 1 di Trans Studio Bandung. HIDUP INDONESIA!!! MERDEKA BANDUNG LAUTAN WAHANA!!!). Tuh roaler coaster tetap meluncur di ketinggian 50 meter, dengan kecepatan 120 km/jam dalam 3,5 detik kemudian mundur dengan kecepatan yang sama. Wuuuuiii, emang sih kenyataannya waktu di sana kami akan menjajal wahana ini kemudian dilanjutkan ke wahana 'Dunia Lain'. Saya-pun nyelutuk,"Kalau tadi kita jadi naik ini kita bakal beneran ke dunia lain nih setelahnya...." hihihi....
Tapi tadi Bimo ketemua seorang ibu yang sudah sempat menjajal wahana Yamaha Racing Coaster.Huks,pasti itu ibu seharian di Trans Studio. Mungkin yaaa,si Bimo aja sampai bilang,"Iya tuh, sampai suaminya gak di masakin en dicuekin aja di rumah.Si Ibu asyik aja nyoba semua wahana yang ada disini." Good ;-D

Sunday, 16 May 2010

Parahyangan, Riwayatmu Duluuu....



Anna memang bukan orang yang rutin ke Bandung, dan juga bukanlah orang yang gemar dengan kota Bandung. Memang sih di tahun 1999 Anna sempat laju Jakarta - Bandung bersama Titis, Dian dan Erni karena kami sempat menjadi salah satu suplier bed cover di depstore terkenal di kota tersebut, dan kendaraan yang kami pakai adalah Kereta Api Parahyangan yang tanggal 27 April 2010 menghentikan operasionalnya. Banyak orang yang sedih, khususnya yang menyimpan kenangan dalam kereta tersebut. Saya memang tidak memiliki banyak kenangan di kereta tersebut, namun Anna memiliki beberapa kesan kenangan terhadap kereta Parahyangan ini.
Terakhir kali Anna menggunakan jasa transportasi Parahyangan adalah 5 tahun lalu, dibulan Mei 2005, Jakarta - Bandung - Jakarta bersama Wawan, pengurus FLP. Ketika itu kami ke Bandung dalam rangka Musyawarah Kerja FLP Pusat.
Alhamdulillah, ternyata kenangan tersebut masih tersimpan dalam tiket kereta api 'Parahyangan'. Foto ini adalah tiket kami berdua.....
Parahyangan,,,,riwayatmu duluuu....

Saturday, 26 September 2009

Bandung,I'm Coming...(Jabar 2009)

5 Syawal 1430
Setelah melakukan wisata modern di metropolitan, 24 September 2009 saya berencana ikutan Mas Tunggal dan keluarga ke Pengalengan Bandung Selatan, menikmati suasana perkebunan teh masa lalu,niaaaattnyaaa…
Untuk mempermudah dan menghemat waktu malam sebelumnya saya dan Owien menginap di rumah Amelia, menjajal kamar yang serba baru….hhmmm setara dengan kamar hotel berbintang-lah. Hahaha…dalam beberapa bulan lagi kwalitas kerapihannya diragukan…maklumlah Bimo yang baru saja diwisuda jadi sarjana teknik, kemampuannya di dunia hospitality belum teruji…xixixix…
’20 Menit lagi tiba di Antam.’ : SMS dari nomer 0888xxxxx Mas Tunggal sampai di nomer 08888xxxx di kantong jeans saya pada pukul 10:56. Sebelum berangkat saya dan Owien menyantap Mie instant gelas dan susu cair kaleng dari kulkas Amel dan keluarga…wuikikikik…mumpung penghuninya masih pada menikmati keindahan dreamland. Sementara Mbak Lien, sang nyonya rumah sudah mulai berangkat bekerja.
Saya dan Owien menunggu Tavera tepat di depan pintu masuk gedung Antam TB Simatupang. Lebih dari waktu yang ditentukan, tetapi Tavera belum juga muncul. Saya langsung menghubungi Sekar, dan ternyata mereka masih di Radar Auri Cimanggis !
Mobil datang, kami langsung masuk – travel bag kami masukkan ke dalam bagasi. Langsung masuk ke jalan tol, melaju dan sempat mampir di Km.57. Saya, Owien dan Sekar membeli beberapa makanan dan minuman di KFC yang ada di area tersebut.
Perjalanan lancar, hingga akhirnya…..tidak sesuai rencana kami ke Pengalengan, mobil keluar di Padalarang Kab.Bandung Barat dikarenakan kondisi mobil yang tiba-tiba drop. Kami berhenti di salah satu deretan ruko di Padalarang. Ada tukang bakso tahu dan es cendol+cincau. Mas Tunggal dan Seno mencari tukang oli, sedangkan 4 cewek (plus Mbak Rita) memesan bakso tahu seharga Rp 3000,- s/d Rp 5000,- (pakai telor rebus utuh) serta memesan es cendol dan cincau yang satu gelasnya Rp 2000,-. Tukang cincau-nya bangga banget cincau-nya gak pakai pengawet, saya mah percaya-percaya ajah, tetapi kebersihan dan kehalalan sebenarnya masalah yang utama. Selezatnya makanan kalau gak bersih en gak halal mah sama aja bohong! Kalau makanan “gak sehat” masih bisa saya lawan dengan liquid chlorophyll deh….Tapi kalau gak bersih??! Huh, ngelihatnya aja dah gak selera. Lagipula kebersihan sebagian dari iman.Soal kehalalan?? Haruskah hal ini saya jabarkan? ;-)
Untuk memperkecil resiko terjadinya sesuatu , siang itu kami membatalkan rencana ke Pengalengan. Kami berbelok ke Bandung City. Di toll menjelang Bandung kami memperhatikan billboard2 hotel, langsung memencet nomer hotel – jika sudah nyambung bertanya roomrate dan ketersediaan kamar yang bisa kami pakai malam ini.


Sore ini, kami check-in di Garden Permata Hotel. Memasuki lobby masih terasa nuansa Ramadhan dan Lebaran, serta nuansa Indonesia juga terasa kental. Terdapat mini gamelan dan furniture yang juga menampakkan kekhasan Nusantara. Masuk ke kamar 320, connection door-nya unik. Hamparan kolam renang terpampang di jendela kamar yang saya tiduri bersama Owien, dan kamar tersebut terhubung di living room alias ruang tv dan meja kerja tanpa dibatasi oleh daun pintu! So, begitu Om Fakih beserta keluarga visit ke kamar, kami tidak bisa bersembunyi deh…hahahaha…Yup Om Fakih yang baru saja mendarat di Indonesia dari Jeddah menyusul kami ke Bandung. Cepat banget euy! Padahal saat anaknya, Raihan d isms oleh Sekar dan kami memberitakan bahwa kami dalam perjalana ke Bandung anaknya memberitahukan bahwa Om Fakih baru akan landing di Bandara Soekarno Hatta. Dari luar negeri coy!Loh kok tiba-tiba jam 5-an sudah ada di hotel Bandung.
Kedatangan Om Fakih dan keluarga berkah juga seh, karena mobil Tavera masih belum diperbaiki, jadi saat makan malam kami menumpang mobil yang dibawa Om Fakih. Untungnya lagi yang dibawa Om Fakih mobil Xenia, bukan Timor seperti biasanya. Jadilah kami ber-sepuluh berjejalan di Xenia tersebut. Berasa deh lebarannya…hahahaha..
Dinner ayam goreng serta gurame di belakan Gedung Sate yang ramai oleh banyak rombongan keluarga. Tempat makannya model warung berderet seperti di Blok S Jakarta, dan yang datang-pun bermobil pribadi (Halah kalau nyewa kita juga gak ngerti?! :-D). Di warung sebelahnya saya, Owien, Mas Tunggal dan Om Fakih sempat minum Badsus. Badsus = Bandrek Susu. Yang biasanya disajikan panas, kali ini saya minta ke pedagangnya untuk menyajikan dengan es.
Sebelum balik ke hotel kami mampir ke Rumah Makan TenToTen, beli Cap Cay dan Nasi Goreng untuk “mengemil” di kamar hotel. Melewati Grand Serela Hotel yang 2 tahun lalu tempat saya menginap bersama ibu dan Mas Tunggal keluarga. 2 tahun yang lalu itu kami ke Bandung di bulan September juga, sambil mengambil buku ‘I Love Cooking’-nya Sekar di Penerbit Mizan.
Malam sebelum tidur Seno sempat mencoba wifi dari kamar. Hiks…belum bisa tuh. Sebenarnya asyik juga nih hotel full-WIFI sampai kamar, tetapi kenapa gak connect giniii seeeh…

*poto diambil dari website Garden Permata Hotel.

Monday, 13 July 2009

PT DI & Savoy Homan Hotel Bandung [Jabar 2006]

Subuh, 26 Agustus 2006
Depart to Bandung.
Vehicle : PKWTO’s Car
Captain : Wijayanto
Flight Officer : Anna R.Nawaning S
Pax : Maherda, Yongis and Endi.



Baru saja mobil meluncur di tol arah Bekasi, Haryo dan Edo menelpon protes karena kami tinggal. Kami jalan santai kok, kecepatan hanya 80 km/jam. Tak lama mobil kami bertemu.

Anna langsung sms Mas Dani :
PKWTO’s Flight and Edo’s Flight depart from Jatiwaringin, Destination Bandung. Posisi saat ini Bekasi Timur.
Dibalas Dani :
Roger.Adrenalin flight preparation for departing.

Meluncurlah mobil kami di tol menuju Cikampek.
Tak lama Om Dani menghubungi handphone-ku. Menawarkan jalan bareng. Konvoy gituh…tapi flight-nya masih di Cilangkap.
“Oke…maintain 80 ya kendaraan lo! Supaya kita bisa nyusul.” Om Dani memberi instruksi laksana ATC yang ditinggal kabur pesawat terbang yang sudah take off saat petugas tower ketiduran.

Tak sampai 3 jam kendaraan yang kami tumpangi tiba di pekarangan Masjid Habiburrahman PT Dirgantara Indonesia Bandung. Mas Subuh (shp) menyambut kami. Disusul rekan – rekan Bandung lainnya. Mas Wijayanto mengeluarkan radio receiver-nya, “nguping” ke ATC supaya memantau lalu lintas udara Indonesia. Langsung kami berkerumun. Satu hal yang tidak biasa bagi manusia yang tidak tergila – gila pada dunia penerbangan.

Setelah kendaraan dari Jakarta dan Bandung tiba, rekan – rekan Bandung memberikan tanda panitia ke beberapa orang, termasuk aku. Sebenarnya aku nggak ngerti soal job desc panitia kali ini. Duuuhhh…harus ngapa’in nih? Tetapi begitu melihat nama Anna di cetak di name tag panitia Tri Dasa Warsa PT Dirgantara Indonesia aku langsung manggut – manggut. Lumayan,,,name tag-nya bisa nambahin koleksi pribadi. Hehehe…apalagi keluaran PT DI. Cita – cita lama tuh….bisa bekerja menjadi ahli pesawat terbang. Waktu aku ngerja’in project-nya BJ Habibie khan gak sempat ke IPTN. Beberapa tahun kerjanya justru ngatur tamu – tamunya BJ Habibie ke IPTN tapi aku hanya “mupeng” karena tamu lainnya banyak yang minta diurus

Kendaraan rombongan kami masuk ke area PT DI. Barang bawa-an diperiksa satu persatu dengan ketat. Kami langsung berfoto ria. Saat kita pasang ancang – ancang difoto, tiba – tiba pesawat dengan livery Citilink rotate, sangat dekat. Langsung gaya kita bubar histeris…hahaha….
Dua fotografer (kalau gak salah Hendra en Viqie) langsung lompat membalik bermaksud memotret Citylink tersebut, tapi….keburu jauh-lah! Langsung deh pada mengeluh,”Aduuh, kecolongan nih!” Hihihi …dari tadi nguping ATC dapet apa, Om???

Setelah pemeriksaan selesai, beberapa diantara kami langsung memasuki ruang mock up N 250, salah satu jenis pesawat terbang bikinan Indonesia. Wuiiihh…keren deh! Etis gak kalau daku bandingin N 250 dengan Fokker 27 – Fokker 28 ?
Masih dengan gaya histeris kami “membongkar” mock up N 250. Puaaasss…seperti bermain sinetron. Music dan lampu – lampu di “N 250” tidak lepas dari keisengan kami. Eitsss…keisengan kami bermanfaat loh. Karena kecintaan kami dengan pesawat terbang maka kami benar – benar menjaga walaupun kita pakai.
“Jumpseat di N 250??? Kapan lageeee???!!!”
Pokoknya lengkap deh (kecuali jadi barang cargo yaaa ;-p)….jadi pax, pramugari/a, co-pilot dan captain N 250 kami coba satu persatu. Ayo adakah cockpit dan cabin crew yang memiliki rating N 250 tahun ini??? Cuma kami yang bisaaaa…hehehe…

Puas bermesraan dengan mock up N 250 aku bergabung dengan rekan – rekan yang tengah demonstrasi. Demontrasi flight simulator yang disambut sangat antusias oleh pelajar – pelajar Bandung. Ramaaaaaiiii….kira’in demo menuntut penurunan harga BBM doang yang ramai.
“Hayoooo….hayooo…siapa diantara kalian yang ingin menjadi pilot?!” Mas Wijayanto demikian komunikatif menjadi narrator.

Malam hari kami berkunjung ke rumah keluarganya Om Rian dan Om Arianda (yang malam itu merupakan malam midadoreni-nya) di Jalan Dipati Ukur. Rumahnya asyiiiik deh, bergaya zaman dahulu…daaaan aku berhasil memotret piano di salah satu sudut rumahnya. Entah kenapa ada chemistry tersendiri saat aku melihat foto piano tersebut di handphone-nya Rian bulan January 2006. Kali ini aku dapat memotret-nya langsung! Pengennya sih memencet – mencet sekalian, tapi lagi banyak tamu euy!

Hari ini aku sukses berat mendapatkan 2 benda yang menurutku terindah di dunia, yaitu : PESAWAT TERBANG dan PIANO.
Cinta tidak harus memiliki namun Cinta pasti dapat dinikmati oleh hati.

Ahad, 27 Agustus 2006

Semalam aku tidur pukul 22.00 karena malam sebelumnya tidak tidur. Thanks a lot untuk Inu yang sudah meminjamkan kamar kost-nya untukku. Sebenarnya aku bisa saja tidur di hotel dengan beberapa rekan lainnya, tetapi nggak enak hati-lah. Lah Mas Wijay yang mobilnya Anna tumpangin saja bermalam di rumahnya Mas Andon.Kebetulan kost Inu yang dilingkungan ITB (Inu kuliah di ITB Teknik Penerbangan) nggak menentukan jenis kelamin penghuninya, so asyik – asyik aja tuh! Inu pindah ke kamarnya Fajri bersama Endi.

Pukul 8-an Inu menghampiri kamarnya.”Che, bangun!”Sejak pagi aku memang sudah bangun dan shubuhan tetapi berhubung udara membuat aku ingin terus meresapi kedamaian, jadilah aku malas keluar kamar.

Jam 10 lewat kami sampai di PT Dirgantara Indonesia. Demonstrasi Flight Simulator telah berlangsung. Pengunjung membludak dengan antusias. Kali ini open house PT DI terbuka untuk umum (family). Kemarin hanya untuk undangan dan sekolah – sekolah di daerah Jawa Barat.


Jam 12 aku ikut Kia Matrix-nya Haryo ke resepsi pernikahannya Arianda dan Farina di Hotel Savoy Homann. Kami berangkat berlima : Haryo, Edo, Yongis dan Rizuki (member IF yang kuliah di ITB Teknik Elektro 2004) dengan mobilnya Haryo. Sementara Inu dan Fajri berboncengan naik motor. Tak lama kami telah sampai di Jalan Asia Afrika Bandung. Parkir di pelataran parkir Hotel Savoy Homann Bidakara (ternyata manajemen-nya sekarang dikelola Bidakara toh??!). Memasuki area resepsi kami harus melewati lorong penuh dengan kain dan pepohonan setelah mengisi buku tamu. Ruang resepsi sengaja ditutup rapat hingga pesta terkesan di malam hari. Tampak Arianda dan Farina menggunakan pakaian daerah masing – masing, Ari memakai pakaian Tapanuli Selatan dan Farina memakai pakaian Sunda. Lah kok yang mendampingi ibunya Arianda Om Rian sih?!


Setelah bersalaman Edo dan Yongis yang siap dengan camera-nya memotret Om Rian. Yang dipotret kok malah Om Rian? Bukannya pengantinnya? Hahaha....Sebelum ‘buffet session’ aku ke ‘makanan gubug’ yang menyediakan ‘Nasi Chicken Hainan’. Catering hotel tersebut lumayan enak buat ukuran catering hotel lain yang biasanya rasanya agak ajaib untuk resepsi.Setelah foto bersama kami kembali ke PT Dirgantara Indonesia.


Jam 16 acara kami di PT DI usai. Mama-nya Adnan mengajak kami menyaksikan Aeromodelling di Bandara Husen Sastranegara. Maaauuuu....Kendaraan kami (ada 6 – 7 mobil) berjalan beriringan. Tiba – tiba mobil yang ditumpangi rekan – rekan Bandung berhenti di sisi runway.

“Sepuluh menit lagi Citilink landing!” Mereka memberi informasi kepada kita. Pasti mereka mencuri dengar komunikasi ATC dari radio receiver. Kompak kami turun dari mobil dan menenteng camera. Mirip pejuang yang turun dari kendaraannya, bersiaga dengan senjata karena mendengar musuh siap menyerang. Hahaha....

“Yang membawa camera DSLR dan camera besarnya tolong diumpetin dong! Bisa dilihat provost dan ditegor loh!” Rekan – rekan dari Bandung mengingatkan. Aku yang hanya membawa camera digital Exlim tenang – tenang saja. Mata dan leher kami menengadah ke langit, berputar – putar mencari pesawat yang akan landing. Belum terlihat.

Melihat beberapa rekan memanjat – manjat tembok, aku ikutan memanjat di bantu Azmi. Tak lama dari balik awan muncul pesawat terbang yang seperti berbalik arah menjauh dari runway dihadapan kami.

“Itu diaaaaa....lagi downwind!” teriak seorang rekan.

“Iyaaa....downwind! Siap – siap, sebentar lagi landing!”

Pesawat downwind, justru menghilang dari penglihatan kami. Kalau orang awam pasti sudah meninggalkan lokasi dan mengira bahwa pesawat terbang telah pergi, tetapi buat kami yang sangat mengerti...tentu saja mengerti arti apa yang terjadi jika pesawat downwind.

Tak lama....aku terpaku dan terlena...melongo tak percaya. Pesawat dengan livery Citilink itu dengan gerakan “seksi”-nya mengeluarkan landing gear...menyentuh lembut aspal runway. Aku terpaku, tidak mau melewatkan ‘golden moment’ ini. Pesawat landing, aku langsung memencet tombol camera. Aaaaarrggghhh....pesawat terbang landing hanya berjarak beberapa meter dari tempat kami berdiri. Aku benar – benar takjub. Setiap gerakannya demikian indah...uuuh,,begitu pesawat parkir aku tersadar. Barangkali seperti orang yang orgasme. Lega,,puas...nikmat! hehehe...

Kami segera kembali masuk mobil dan melanjutkan perjalanan ke bandara. Masuk ke “daerah terlarang” TNI AU dengan “menjual” nama mama-nya Adnan yang WARA (Wanita Angkatan Udara).

Waaaawww...mobil – mobil yang kami tumbangi parkir di dalam airport. Dengan leluasa kami menikmati udara sore di taxiway bandara Husen Sastranegara. Mengamati Adnan dan komunitas Aeromodelling menerbangkan pesawat terbang mungilnya. Pesawat terbang mini itu benar – benar takeoff dan landing di taxiway pesawat – pesawat commercial. Tentu saja kami sambil memantau traffic airport melalui radio receiver. Jangan sampai deh kami masuk media massa dan terkenal karena kesamber pesawat terbang disaat kita bermain di landasan pacu pesawat terbang. Ih, kalau dipikir – pikir kami tuh benar - benar nggak waras deh...hehehe....Jadi ingat Hari yang pernah menabrak kambing di airport Adi Sucipto Jogjakarta dengan pesawat Fokker 28 Merpati-nya.

Aku sempat tandem Aeromodelling. Lumayan bermanfaat untuk melatih feeling terbang. Apalagi di real airport. Maherda dan mama-nya Adnan memotret aku yang sedang terbang tandem Aeromodelling,”Nanti kita kirim ke majalah yah!” ujar Mamanya Adnan.Oke deh, Tante,tapi majalah Angkasa dong.Jangan majalah Bobo

Oh iya, pesawat Citilink yang tadi kami tunggu – tunggu saat landing kembali takeoff. Taxi –nya di tempat kami Aeromodelling. Captainnya melambaikan tangan, dadahdadahan kepada kami yang bersorak – sorak melihat pesawat terbang berjalan sangat dekat dengan kami. Pesawat Citilink takeoff menuju Batam. “Have a nice flight, Captaint!!!” teriak kami melambaikan tangan dibalas cockpit crew didalamnya ketika pesawat bersiap rotate.

Memasuki waktu Maghrib kami meninggalkan lokasi airport. Pintu hanggar di hadapan kami terbuka.

“Wah, itu ada Colibri yah!?” Mas Wijay tiba – tiba menunjuk pintu hanggar. Setelah berteriak ke Adnan yang sudah duduk di mobilnya dan Adnan menjelaskan secara detail pesawat dan helicopter apa saja yang ada di hanggar tersebut, mobil kami melaju ke rumah Adnan yang tak jauh dari bandara di PT DI.

Makan malam di rumah Adnan bersama – sama. Pukul 20 lewat pasukan Jakarta kembali ke Jakarta. “Kalau kalian ke Bandung jangan lupa mampir kemari lagi yah!” pesan mama-nya Adnan yang tadi juga menawarkan kami untuk berkunjung ke Lanud Iswahyudi Madiun.

“Terima kasih, Tante ....” Ucap kami, “teman-teman” Adnan yang usianya lebih cocok sebagai Om dan Tante Adnan.