Saya memimpikan berwisata ke
Kepulauan Karimunjawa sejak belasan tahun lalu. Berulangkali saya berkunjung ke
Jepara, bahkan Semarang merupakan kota 5 dari 7 kakak saya dilahirkan. Kedua
kota ini merupakan 2 kota titik keberangkatan wisatawan umum apabila ingin berkunjung ke Kepulauan
Karimunjawa.
Penundaan berwisata ke Kepulauan
Karimunjawa dikarenakan kondisi alam yang tidak mengizinkan beroperasinya
kapal-kapal air dari Jepara dan Semarang berangkat ke sana. Impian ke
Karimunjawa saya ikhlaskan, apalagi di bulan Agustus 2018 impian berwisata
kembali ke Kepulauan Seribu terwujud diluar perkiraan saya. Saya sudah merasa
bahagia dapat kembali piknik di 7 pulau (Onrust, Kelor, Ayer, Untung Jawa, Tidung, Putri dan Karya) di Kepulauan Seribu Jakarta yang wisata
bahari-nya kini terkelola dengan baik, so “lupakan” deh piknik ke Kepulauan
Karimun Jawa yang sungguh hanya dapat saya nikmati “kerumun2” dari pulau Jawa.
Sesuai namanya...hahaha...
Hingga akhirnya salah seorang
kakak menanyakan rencana saya mengisi liburan hari raya Nyepi yang tepat
berlangsung pada hari Kamis (07 Maret 2019). Di hari itu saya memang berencana
ketemuan bernostalgia dengan teman-teman
semasa belajar di New Zealand di mall yang berada di Senayan. Selain itu di
hari raya Nyepi itu saya juga dinyatakan menang kuis nobar oleh komunitas
pecinta film . Ternyata kakak menawarkan untuk bergabung ke Karimunjawa. Wow,
pilihan yang sebenarnya sulit, karena saya juga sangat ingin berjumpa dengan
teman-teman semasa kami tinggal di New Zealand . Bertahun-tahun kami tidak
berjumpa di alam nyata. Tetapi impian ke Karimunjawa juga sudah tertunda
belasan tahun. Akhirnya saya memilih turut ke Karimunjawa dengan pesan ke
teman-teman alumni NZ agar kami mengadakan pertemuan rutin. Menyambung
silaturahim dan mentertawakan kelakuan kami yang "ajaib" ketika kami
tinggal di sana . (So sad beberapa hari sepulang dari Jawa Tengah kami justru
mendapat kabar tak nyaman di WAG dari seorang kawan yang masih tinggal di
negeri Kiwi ini.)
Begitu saya meng-oke-kan ajakan
itu Kakak langsung membelikan tiket pesawat melalui online. Yess, kami akan ke
Karimunjawa melalui New Jenderal Ahmad
Yani International Airport di Semarang. Kami berencana mencoba toll baru Trans
Jawa hingga Semarang.
Kamis (07 Maret 2019) dinihari
(pukul 1 malam) berlima berangkat dari Cimanggis dengan Honda BRV yang 2
tahun lalu kami gunakan di toll Trans Jawa yang masih dibangun. Pyuh, walaupun
berangkat pukul 1 malam kami masih harus menempuh waktu lebih dari 8 jam sampai
di tujuan. Cikarang - Cikampek tetap saja merampas waktu di perjalanan! Hingga tidak sempat beristirahat dan mandi terlebih dahulu di kota Lumpia ini.
Khawatir ketinggalan penerbangan. Mobil diambil di airport oleh sepupu yang
tinggal di Semarang dan dibawa parkir di Hotel Raden Patah Semarang selama kami
berada 3 hari 2 malam di Karimunjawa.
PENERBANGAN SEMARANG - KARIMUNJAWA ISLAND - SEMARANG
Jarak tempuh penerbangan dari New
Ahmad Yani International Airport Semarang
menuju Dewadaru Airport Kepulauan Karimun Jawa hanya memerlukan waktu 25
menit. Baru juga saya ingin menanyakan asal negara cewek bulek yang duduk di
sebelah saya...eh suara Captain Adam Soeharto terdengar,"Crew, prepare for
arrival..." Waaaw, biasanya khan hanya instruksi,"Cabin crew, landing position please..."
Penerbangan sangat tepat waktu,
bahkan saat kembali ke Semarang, waktu penerbangan dipercepat karena jumlah
penumpang yang hanya 13 orang sudah tiba di Dewadaru Airport.
Aircraft yang digunakan sebagai
penerbangan WI 1915 adalah ATR 72 – 500 dengan konfigurasi 2 - 2. Namun
sepertinya aircraft keberangkatan dan kembalinya berbeda pesawat. Hal ini saya
amati dari seat yang berbeda warna dan bentuknya. Selain itu saya merasa bahwa
jarak seat lebih lega pada aircraft yang kami tumpangi saat kembali kd Semarang.
Saat berangkat saya duduk di 12 A, bersisian dengan sayap yang
berbaling-baling, saat pulang saya duduk di 18 A (Penumpang yang duduk paling
belakang)....berasa naik pesawat pribadi deh...hahahaha.
Sampai di Dewadaru Airport, kami
sangat “terkesan” dengan kondisi bandara tersebut. Seno sampai berkomentar,”Ini
airport atau kantor Samsat sih?” ...hihihihi, saya juga sempat berkata dalam
hati,”Bagage claim-nya kayak lagi antri di warung nih!” Oh ya, payung panjang
yang saya bawa dari Jakarta dan peralatan menicure-pedicure yang dibawa kakak
ipar harus diletakkan di bagasi dan dikenakan biaya Rp 25.000 ,- Tetapi sekembalinya ke Semarang kami tidak
dikenakan biaya bagasi untuk payung dan nail kit tersebut karena kebaikan si
Mbak groundfloor. Kedua barang sih tetap tidak boleh dibawa ke cabin!
Kami dijemput oleh mobil APV
dengan sopir bernama Yanto yang sudah dipesan oleh kakak. Kami menyewa mobil
untuk penjemputan dari Dewadaru Airport hingga pukul 6 sore hari yang sama.
Jadi kami tidak langsung ke hotel. Karena waktu makan siang telah tiba, maka
kami makan siang terlebih dahulu. Pak Yanto mengantar kami ke tempat makan di
pinggir pantai, tetapi makanan yang ditawarkan tidak cocok. Seafood yang
disediakan tidak fresh menurut Mbak Rita, akhirnya kami justru berhenti makan
di Planet Cafe dan Resto. Menu makanan disini sangat beragam, harganya juga
sangat terjangkau! Makanannya sih ala anak nongkrong gitu deh...tetapi kami
mendapat WIFI...hihihi....
D'SEASON HOTEL , HOTEL BERBINTANG DI KARIMUNJAWA
Di hotel saya nyemplung ....eh berenang dong :D |
Seusai makan siang kami
berkeliling ke beberapa lokasi wisata. Di taman Manggrove kami tidak berminat
turun dari mobil. Saya pikir nggak beda sama dengan di PIK Jakarta atau di
Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu. Nggak minat deh. Berikutnya Pak Yanto mengantar kami ke Bukit
Love (Disini kami juga nggak turun dari mobil, tetapi saat akan kembali ke
Semarang , saya bertiga dengan Sekar dan Ayahnya menikmati tempat wisata ini )
dan Tanjung Gelam. Di Tanjung Gelam hanya kakak dan Pak Yanto yang turun dari
mobil dan berjalan ke pantainya. Hujan sudah turun, saya enggan untuk beletokan
di jalan setapak menuju ke pantai.
Pukul 2an siang kami tiba di
D’Season Hotel yang telah kami booking untuk 2 malam. Waaaw, hotel yang akan
kami tempati diluar prediksi saya. Sebelum berangkat ke Karimunjawa saya membaca
review beberapa travel blog yang semua mengatakan bahwa di Karimunjawa tidak
ada listrik di siang hari dan kondisi penginapan sangat terbatas. Ternyata saya
mendapatkan unit hotel yang sangat bagus! Dengan rate Rp 1.600.000 ,-/malam
kami mendapatkan family suite (suite nomor 303) dengan 2 bedroom, 2 bathroom
(full shower, bathub yang memiliki jendela dengan view privat pool dan lautan,
lemari besar di dalam bathroom dan masing-masing bathroom memiliki conecting
door ke privat pool!), ruang makan, ruang menonton tv full dengan sofa tidur –
padahal di setiap kamar sudah ada televisi juga. Suite kami menghadap ke lautan
dan dikelilingi oleh privat pool. Dengan kondisi suite seperti itu, kalau di
Maldives atau Bali pasti rate-nya bisa mencapai hampir Rp 5.000.000 ,-/malam!
Di Karimunjawa kami hanya perlu membayar Rp 3.200.000 ,- untuk 2 malam. Dapat
makan pagi untuk 4 orang! Saya hanya menambahkan sekitar Rp 150.000 ,- untuk 2 hari breakfast
karena kami menginap ber-lima.
2 hari berturut-turut kami
berenang di privat pool. Benar-benar merasa di rumah sendiri loh! Hanya tamu
yang menempati “Family Suite” yang boleh berenang di privat pool tersebut.
Sedangkan untuk tamu hotel lainnya disediakan kolam renang besar di depan
restaurant hotel tersebut.
Pantai Bobbi Mendung di Sore Hari |
Hari pertama setelah check in dan
bersih-bersih diri (Ingat ya, kita tadi tidak sempat mandi di
Semarang...hehehe), pukul 4 sore Pak Yanto menjemput kami kembali di hotel. Kali
ini Seno tidak ikut, dia ingin tidur saja di hotel karena semalaman menyetir
Jakarta – Semarang dengan kondisi toll Tans Jawa yang monoton! Kami-pun sore
itu berkeliling Karimunjawa, main pasir dan berfoto ria di Pantai Bobby. Mbak
Rita membeli gorengan tahu isi, waktu saya coba...wah enak loh! Gurih renyah,
isinya semacam aci gitu deh. Anget-anget gitu dimakannya saat hujan
rintik-rintik pula. Dari pantai Bobby, kami menuju Pelabuhan Karimunjawa dan
membeli makanan Mie Goreng di Alun-Alun untuk makan malam. Yang pasti
ngebungkusin makanan untuk Seno makan malam juga. Kami belum tahu ketersediaan
“Room Service” untuk memesan makanan di hotel. Akhirnya sih saya tahu, ternyata
bisa memesan makan hotel “Room Service” hingga pukul 9 malam saja.
Secara keseluruhan kami sangat
puas menginap di D’Season Hotel Karimunjawa, namun saya memiliki kritik dan
saran nih demi peningkatan layanan hotel tersebut, yaitu : para karyawan hotel
agar lebih cekatan/gesit dalam melayani atau membantu tamu. Mereka sudah sangat
ramah, friendly dan full senyum kok. Di restaurant mereka menyambut setiap tamu
yang datang dengan sapaan ramah “selamat pagi” sumringah...eh tetapi saat saya
melihat makanan di meja (saat breakfast di hari ke-2 yang tamunya memang lebih
ramai dari hari pertama) ternyata makanan nyaris kosong, piring kosong hanya
tersedia satu. Setelah kami cingak cinguk beberapa waktu, barulah diantara
mereka mengambil piring dan mengisi ulang tempat-tempat makanan yang nyaris
kosong itu. Padahal khan sebaiknya sesegera mungkin mereka mengecek dan mengisi
kembali makanan dan peralatan makan yang nyaris habis itu. Kemudian saat saya
cingak cinguk mencari susu untuk dicampurkan ke sereal, mereka tidak ada yang
berinisiatif bertanya ke saya,”Ada yang perlu saya bantu?” . Mereka hanya senyum-senyum
ramah melihat saya yang kebingungan mencari susu untuk sereal...hahaha.... SOP hospitality-nya
harus ditingkatkan nih, walaupun sebenarnya nggak terlalu mengganggu untuk saya
sih...
Kritik dan saran lagi terhadap
hotel ini adalah kurang adanya unsur desain lokal di bagian hotel. Memang hotel
ini modern, tetapi alangkah lebih baiknya di beberapa bagian diberi unsur
ukiran atau ciri khas Jepara yang kreatifitas ukirannya sudah mendunia. Unsur
lokalnya memang terdapat di sarapan pagi-nya sih, misalnya gado-gado, pecel dan
jajanan khas daerah Indonesia. Sebaiknya juga tidak memajang rokok di
restaurantnya. Jujur deh, gambar yang terdapat pada bungkus rokok bikin selera
makan banyak orang menjadi drop!
Ada lagi kritik dan saran untuk
D’Season Hotel Karimunjawa? Ada nih, kalau bisa sih ada jemuran kecil di
“Family Suite” supaya kami bisa langsung menjemur pakaian renang dan handuk
basah.
Bagi sebagian orang, banyak yang
tidak menjadikan penginapan sebagai prioritas utama saat traveling. Hal
tersebut tidak berlaku di keluarga kami karena kami juga merasa penting
mendapatkan penginapan yang aman dan nyaman saat traveling. Sudah puas
berwisata siang harinya, maka kami harus beristirahat, mandi, sholat dan tidur
di tempat yang aman dan nyaman. Selain itu jika melakukan traveling, kami juga
bertekad untuk membantu perekonomian masyarakat lokal. Dengan membayar hotel,
membeli makanan, souvenir, menyewa mobil, membayar tiket/perawatan dan
kebersihan, dll di tempat kita traveling khan kita bisa turut membantu perekonomian
daerah yang kita kunjungi.
Bersyukur banget deh saya bisa
traveling di saat yang tepat. Naik pesawat terbang dengan waktu singkat,
menginap di hotel berbintang dengan listrik/wifi/air bersih dan service 24 jam
akhirnya bisa saya dapatkan. Alhamdulillah...
Tingkat kepuasan dari penerbangan
dan hotel di Karimunjawa adalah : 8.5 / 10 .
Wah main sering main ke Jepara ya mbak, btw itu kota tinggal aku wkwkwk. Karimunjawa emang keren banget sik, rasanya pengen kesana lagi dan lagi
ReplyDeleteBeberapa kali ke Jepara yg ukirannya keren2 dan mendunia...hehehe...Ayo warga Jepara turut promo wisata Jepara dskt-nya yuk spy Jepara semakin go international.
DeleteWah... cita-cita saya banget nih untuk ke Karimunjawa. Tapi sampai sekarang kok waktunya nggak pernah cocok.
ReplyDeleteSemoga segera berjodoh dgn kondisi Karimunjawa yg lebih baik ya :)
DeleteWah di Karimunjawa nggak nyobain makan seafood di alun alun, Mbak? Padahal cumi crispy nya enak banget. Kalau di alun alun seafoodnya masih fresh.
ReplyDeleteNyoba kok seafood di Alun2...di hari ke-2 :) Ini aku msh nulis ttg hotel dan penerbangan plus hr pertama :)
Delete