Monday 25 November 2019

Hotel di Ramkhamhaeng Bangkok Bernama Thomson Huamark Hotel


Hello Wanderlust...
Kali ini saya ingin cerita tentang akomodasi yang saya inapi saat saya dan Jeng Erny berada di Bangkok Thailand. Hotel ini saya dapatkan dari travel agent yang kantor operasionalnya di daerah Duren Sawit Jakarta Timur. Kami membeli paket Bangkok – Hua Hin dengan beberapa pilihan akomodasi dengan harga yang berbeda pula. Kami pilih paket “Super Hemat”. Hemat dengan kualitas hotel berbintang 3 , walaupun sebenarnya selisih harganya tidak tinggi dengan yang kelas diatasnya. Jeng Erny bilang,”Khan kita di hotel tinggal tidur aja, jadi nggak perlu yang harganya tinggi-tinggi deh!” Sedangkan saya justru berpendapat, karena seharian kita berjalan-jalan dan banyak beraktifitas di luar maka saya akan memilih tempat istirahat malamnya yang aman dan nyaman agar istirahat kita berkualitas dan keesokan harinya kita bisa beraktivitas dengan segar, sehat dan nyaman. 

Di Depan Hotel
Saya percaya pihak travel agent memberikan akomodasi yang baik. Walaupun nama paket-nya “Super Hemat” tetapi itu super hemat bagi pangsa pasarnya yang tingkat sosial ekonominya menengah deh. Thomson Hotel Huamark  memang berada tidak di pusat kota dan tidak dekat dengan stasiun BTS tetapi selama di Bangkok kami memang rencananya tidak menggunakan transportasi umum. Kami akan selalu diantar jemput oleh van dari travel agent saat melakukan perjalanan sesuai jadwal. Di sela waktu bebas, kami akan gunakan transportasi mobil online karena saya yakin transportasi online di Bangkok Thailand memiliki tariff  hampir sama dengan tariff  transportasi online di Jakarta. Nggak setinggi di Singapore! 

Lobby Hotel

Monday 4 November 2019

“All You Can Eat” di 3 Hotel Thailand dalam 1 Hari

Saya ingin cerita saat berwisata di Thailand. Kalian pernah nonton film “Eat, Pray, Love” yang diperankan oleh Julia Robert? Atau barangkali pernah membaca novelnya yang memang diangkat dari kisah nyata penulisnya? Secara singkat seakan saya berperan seperti tokoh film atau novel tersebut. Tetapi ketika di Thailand, saya terkesan lebih banyak makannya! Berdoa sih saya diam-diam saja ya, walaupun singgah dan bertemu dengan banyak orang berdoa – sekalipun di tempat umum, seperti di space antara Siam dan MBK. Mereka berdoa di depan foto atau lukisan Raja Thailand yang terpampang nyata. Alhamdulillah, saya masih bisa mampir shalat Dhuha dan Hajat di Masjid Islamic Centre of Thailand Foundation. Kalau “love” justru terasa banget saat sudah kembali ke Jakarta...duuh, Gusti...daku jatuh cinta dengan Thailand. Nggak ada perbedaan waktu antara Thailand dan Indonesia, tetapi saya berasa “jetlag”...hahaha. Nah, sekarang akan saya ceritakan tentang gaya makan saat di negeri Gajah Putih ini, tetapi hanya saya ceritakan 1 hari saja ya di postingan ini, karena saat tanggal 6 Oktober 2019 berasa banget kenyang sampai mau pingsan (lebay!) makan 3x sehari di hotel berbintang di 2 kota dengan hidangan prasmanan atau buffet (baca : ALL YOU CAN EAT!)


Breakfast at Lai Kram Restaurant – City Beach Resort Hua Hin
Pukul 7 saya dan Erny menuju restaurant hotel di lantai 2. Seperti biasa jika akan breakfast di hotel, saya menyisir aneka makanan dan minuman di atas meja. Ternyata menu di hotel ini menyediakan makanan non-halal! Terpisah dan ditandai secara nyata. Saya langsung menyingkir! Masih percaya jika di hotel, maka secara profesional mereka memisahkan peralatan makan/masak halal dan non halal. Apalagi ini di Thailand yang “kesadaran” terhadap standard makanan minumannya tinggi, dan di area international yang full turis beragam negeri. Dibagian makanan yang non pork dan lard saya membelalakkan mata kegirangan melihat salah satu menu Thailand favorit saya tersaji disitu.Pad Kraprao Gai alias Hot Basil Chicken berhasil saya santap pagi itu. Plus Soup Ayam Bening Thailand...yang saya gak inget nama Thailandnya. Saya juga mengambil telor diacak-acak (omellet or scramble egg), makanan kebangsaan breakfast hotel berbintang diseluruh dunia sepertinya!
“Waaaw...di resto Thailand Jakarta, setidaknya saya harus membayar lebih dari Rp 80.000 untuk beberapa gram makanan ini! Kini makanan ini tersedia berkilo-kilo gram dan dapat daku makan semua....” Yang pasti sih nggak bakal sanggup saya menghabiskan 1 panci menu tersebut. Seandainya sanggup juga saya masih punya malu kok, nggak sudi bikin malu nusa dan bangsa kalau sampai celamitan di negeri orang...hahaha... Sorry yeee, daku mah turis berharga diri tinggi...hihihi...
Saat breakfast di resto hotel ini sepertinya turis dari Indonesianya hanya kami deh. Lirik kanan kiri sepertinya mereka dari Philipina, Jepang dan beberapa negara Asia lainnya. Restaurant di lantai 2 bernama Lai Kram Restaurant yang satu lantai dengan kolam renang. Kemarin sore Jeng Erny sukses berenang di sini. Di lantai bawah dekat lobby juga terdapat restaurant merangkap coffee shop.