Showing posts with label wisata edukasi. Show all posts
Showing posts with label wisata edukasi. Show all posts

Sunday, 5 February 2017

Social Traveling To Lampung Timur

Bahagia banget deh mendapat undangan menghadiri suatu acara di Lampung. Apalagi kali ini menggunakan transportasi darat + ferry dari Pelabuhan Merak hingga Bakauheni. Yippiiii...mengulang pengalaman beberapa tahun lalu (Nggak perlu dijelasin kapan tepatnya, ntar ketahuan umur deh :p ), yang pasti saat itu sama di bulan January - beberapa hari sebelum keberangkatan ke New Zealand (Karena setelah kembali Ke Jakarta pihak Kedutaan Besar NZ nyari2 saya). Sebelum meninggalkan Indonesia saya khan mau maen dulu ke belahan Indonesia, so saya en Jeng Dion dengan pede-nya menuju Lahat Sumatera Selatan (Sumpe,Jeng, gw kagum sm diri kita yang kok yach tahan amat ke Lahat (Sumsel) naek kendaraan darat non AC. Sumpeee, skrg andai dibayar-pun msh mikir2 dah 😂

Kali ini, 20 January 2017 saya berangkat dari Filantrophy Building dengan mobil milik Dompet Dhuafa. Kami berenam dlm 1 mobil (AC ya,Buuuuk...). Melalui BSD kami menuju Pelabuhan MerakBanten , mampir bertemu dengan rombongan media di RM Berkah Bhayangkara. Makan siang, rombongan pria melakukan shalat Jumat.
Ampun deh, toilet yang hrs bayar Rp 2000 terlihat tidak terawat. Haloooo...Pak, daripada tidur njagain bayaran toilet gitu lebih baik lebih aktif membersihkan semuanya. Percaya deh, kebersihan sebagian dari iman dan bila kita semakin bersih maka rezeki juga semakin banyak berkah. Aamiin...😊🙏

Ferry Keberangkatan : Farina Nusantara
Kami masuk ke dalam kapal. Banyak cowok2 yang menawarkan diri untuk terjun ke laut asalkan di bayar dengan uang kertas. Huh, saya mah nggak peduli yang seperti itu! Lain halnya dengan teman seperjalanan saya yang "meladeni" ocehan orang-orang itu. Saya justru merasa terganggu sebenarnya, tetapi setelah dicuekin orang-orang itupun menyingkir dari hadapan saya.
Ternyata bener khaaaan, teman seperjalanan pada kena tipu. Sudah menyerahkan uang, tapi cowok2 itu malah kabur. Ya iyalah, secara kalau mereka terjun trus sampai nggak muncul lagi ke permukaan air atau kepentok besi kapal ,bisa2 kita loh yang bertanggung jawab. Secara mereka menawarkan dirinya dengan kalimat,"Ayolah Teh/Mbak/Bu Haji, untuk hiburan di kapal bayar pakek uang kertas, nanti saya nyebur." Jiaaah, boro2 kehibur kalau saya mah... mending ke laut sono,Bang!!
Peringatan aja nih buat kamu2 yang naik ferry menyebrangi Selat Sunda. Nggak usah ditanggepin kalau ada tawaran seperti ini. Justru yang harusnya ditanggepin adalah Abang Penjual Empek2 yang menawarkan 1 potongnya Rp 3000. Awalnya saya underestimate terhadap kelezatan Empek2 yang ia jual. Karena mondar-mandir dan nggak ada yang berminat beli, maka saya niatkan sedekah dengan membelinya. Cuma beli 1 potong sih, secara saya masih kenyang. Setelah saya gigit...duh saya kaget!!! Dengan kondisi kenyang, saya masih merasa Empek2 itu enak, ikannya terasa di lidah. Jualannya juga bersih, dengan plastik baru. Huaaa, sayangnya saya mengetahui hal ini terlambat. Kalau sejak awal saya coba,pastinya saya beli lebih banyaklah. Ini faktor selera ya, secara dengan harga Rp 3000 saya pikir cuma terasa kanji. Jadi jangan juga dibandingkan dengan Empek2 yang harga Rp 15.000 -  30.000/potong.
Kalau ferry Farina Nusantara ini ukuran kapalnya tidak terlalu besar, dan sepertinya kapal lama. Di cafetaria dan ruang lesehannya luas dan ada televisi-nya, tetapi...puaaannaaas, jadi mending kami berdua duduk di luar kapal sambil menikmati pandangan ke laut. Untungnya kapal angkutan tersebut tidak terlalu ramai, tetapi tetap aja kami merasa sudah nggak nyaman dan langsung ke ruang VIP yang full AC. Ruangannya biasa saja, di layar televisi tampak film jadul yang nggak ada selera untuk kami tonton. Jeng Yanti sempat tertidur, dan saya membaca surat Kahfi – kebetulan khan hari Jumat.

Welcome to Sumatera
Barangkali sekitar jam setengah 4 sore kami tiba di Pelabuhan Bakauheni - Lampung Selatan. Kemudian mampir sejenak di Indomaret Menara Bakau (Siger) membeli cemilan dan minuman, kemudian melanjutkan perjalanan. Pemukiman warga di sekitar situ banyak berdiri pura di depan rumahnya. Saya malah jadi ngerasa mendarat di Negara Bali...hahaha...Namun traffic-nya berbeda sih. Di Lampung banyak truck dan kendaraan besar yang ngebut, kendaraan pribadi jarang berpapasan dengan kami. Tak tampak pula kendaraan umum sejenis angkot. Wiiih, penduduknya pada kemana yach?
Jam 5an kami tiba di RS AKA Medika Sribhawono Dompet DhuafaLampung Timur yang sedang dipersiapkan untuk diresmikan keesokan harinya. Kami khan diundang ke Sribhawono Lampung Timur memang untuk meliput dan menyebarkan info program ini. So plis yach untuk yang niatnya plesiran gratis....jangan kebangetan deh .

Tuesday, 1 May 2012

Horee...Taman Safari Indonesia

Hanya dalam tempo 2 minggu "simpanan" keinginan pikiran terwujud! Yeaah, Taman Safari Indonesia! Beberapa tahun lalu saya pernah bermalam di Safari Garden Hotel (*4), kali ini Mbak Lien sebagai tuan rumah yang berulang tahun membooking 1 bungalow 3 kamar dengan rate Rp 1.500.000 ,-/night di Taman Safari Lodge (Penginapan di area Taman Safari Indonesia).
Longweekend, 24 Maret 2012 saya berangkat dari Pulomas. Menumpang Innova-nya Mbak Yoen. Kami berangkat di mobil tersebut : Mbak Yoen, Pandu, Ibu, Mbak Nana, Owien dan Mbak Lien. Yang menyetir sopirnya Mbak Yoen. Mereka berniat langsung kembali ke Jakarta.

Makan siang di salah 1 resto dekat TSI


Menanti waktu check in yg jam 2 siang. Maen ayunan duyyuuu...

Menjelang sore saya, Mbak Wien, Asti dan Ariel berenang di kolam renang Taman Safari Bungalow/Caravan di sebelah restaurant yang keesokan paginya dipakai untuk breakfast tamu yang menginap. Kolam renangnya nggak dalam, dan terdapat jacuzi. Kami tidak memanfaatkan jacuzy sore itu, tapi keesokan harinya Gege, Hana, Dian dan Kany yang justru memanfaatkan.

Kecipak Kecipuk....Saya-pun maen aiiiirr....

Keesokan harinya yang breakfast di restaurantnya : Saya, Gege, Dian, Fajar, Hana, Dian's Dad,,,en Kany's Mom yang hanya mengambil setangkup roti dan membawanya ke bungalow. Setelah breakfast dan membeli beberapa pernak-pernik di minimarket beberapa diantara kami berenang hingga waktunya check out, dan siangnya kami masih berjalan-jalan di Taman Safari Indonesia nan ramaiiiiiii...

Check out dari bungalow en menuju TSI


Sebelum kelupaan saya mau mengatakan bahwa Taman Safari Indonesia ini kalau ditata dengan jujur,disiplin, tanggung jawab, adil, peduli dan kerjasama bakal jadi object wisata yang paling cihuy di dunia! Waduw...waktu ke Jurong Bird Singapore saya nih sampai terkaget-kaget waktu naik monorail. Ekeh pikir perjalanannya jauh dan areanya segede gambreng, ternyata duuh masih lebih besar Ragunan deh. Waktu diajak tourguide ke air terjun dan dijelaskan bahwa air terjun tersebut merupakan daya tarik alam Singapore saya melongo dan dalam hati berkata,"Sekampung-kampungnya desa di negara gue, air pancuran di selokannya lebih oke dibanding air terjun ini..."
Pengalaman berkesan dapat kita dapatkan dengan berkeliling mengendarai gajah, Rp 250.000 ,- kita persiapakan untuk pengalaman unik, berkesan dan keren ini!

 Indonesia juga kaya akan satwa...seharusnya kita semua mengerti ini. Sayangilah satwa tersebut, karena satwa tersebut merupakan ciptaan Tuhan dengan tujuan tertentu. Menjaga kelestariannya akan berdampak sangat baik bagi kehidupan kita sebagai penghuni semesta ;-) Sisihkan uang kita untuk satwa ini yuk!

Help Our Wildlife : Masukkan uang kita ke kotak ini atau beli t-shirt di dekat kotak

Ada Onta di Indonesia

Friday, 11 March 2011

Lembah Tidar Suatu Hari di Februari 2011

Selama bertugas di 7 kota besar Indonesia saya sempat memanfaatkan jeda waktu sehari untuk visit ke keponakan saya yang sedang menuntut ilmu di SMA Taruna Nusantara Magelang Jawa Tengah.
Kalau mengikuti itinerary perusahaan yang menugaskan : 7 - 9 February 2011 saya bertugas di Semarang, 10 - 12 February 2011 di Jogjakarta. Malam tanggal 12 February 2011 saya kembali ke Jakarta dan pagi hari tanggal 14 February saya sudah harus berada di Denpasar Bali. Wuuiii...please deh, lebih baik saya langsung ke Denpasar atau Semarang saja!
Ketika saya berada di Jogjakarta saya ditelpon kakak dan mengarahkan saya bagaimana agar saya dapat mencapai ke SMA Taruna Nusantara.

Check out dari Amaris Hotel pukul 11. Dengan menumpang becak saya menuju Malioboro Plaza, membeli paket J.Co dan Hoka Hoka Bento untuk diberikan ke Asti, keponakan saya. Ya, sekolah di Taruna Nusantara makanan sehari-harinya memang selalu tersedia makanan yang memenuhi syarat 4 Sehat 5 Sempurna. Oleh karenanya mereka jarang mengonsumsi jenis fastfood ;-)

Magelang by Rama Travel
Sekitar jam 14 saya berangkat dari markas travel yang terletak hanya beberapa langkah dari Amaris Hotel, Jln Diponegoro. Duduk di seat depan bersama Pak Sopir dan seorang cewek muda keturunan China yang juga dosen di Unika Atmajaya Jogjakarta. Dari obrolan kecil kami saya menjadi tahu bahwa dia tinggal di Magelang dan mengajar seminggu 2x di Jogjakarta. Melepas dari Jln Raya Magelang - Jogjakarta Pak Sopir kasak kusuk menelpon mencari informasi mengenai banjir lahar di jalan yang harusnya kami lintasi.Hhhmmm,sebelumnya gak terbayangkan saya harus dekat dengan lokasi bencana Merapi. Petualangan yang mengasyikkan ;-) Sedangkan Ibu Dosen disebelah saya sibuk juga membantu mencari informasi dari Blackberry-nya. Info Merapi di Twitter.
Hujan nan deras membuat kami akhirnya memotong jalan. Masuk ke pedesaan-pedesaan yang ketika Merapi meletus daerah tersebut salah satu yang terkena bencana, dekat dengan lokasi Mbah Maridjan. Posko bantuan dari perusahaan multinasional dan station TV masih terlihat dan masih terlihat "aktif".

Wednesday, 10 November 2010

Bantimurung : Dimana Kupu Kupu Mengalir Sampai Jauh

Setahun yang lalu, tepatnya 7 November 2009 – saya berkunjung ke Bantimurung yang terkenal dengan air terjun dan pendaran kupu-kupu cantik yang beterbangan. Teringat lagu saat kanak-kanan nan indah...

♪“Kupu Kupu yang lucu...kemana engkau terbang...hilir mudik mencari bunga-bunga yang kembang..........................................Tidakkah sayapmu merasa lelah?”♫

Berlatar Taman Nasional Bantimurung
Dari Jln Sultan Hasanuddin Makassar menuju lokasi Bantimurung buat ukuran orang yang terbiasa tinggal di wilayah Jabotabek tidaklah terlalu jauh. Sekitar 45 kilometer dari pusat kota Makassar. Saya mendapat pinjaman Daihatsu Taruna dari rekan kakak saya, salah seorang Kepala Dinas Daerah Takalar. Kami bertiga, Ardian Y dan Laode dalam satu mobil belum ada yang pernah kesana, sedangkan kami bertiga juga pendatang dari Jakarta, Bekasi dan Surabaya. Tanpa peta pemandu apalagi GPS kami hanya nekad mengikuti petunjuk dari rekan sekerjanya Ardian dan Laode. Sempat juga bertanya ke satu warung sekalian membeli minuman.
Melalui tol dalam waktu yang tidak memakan waktu 1.5 jam kami tiba di lokasi, kecamatan Bantimurung – Kabupaten Maros. Terpampang jelas di dinding bukit nama taman wisata Bantimurung. Wah, nampaknya mau menyamakan dengan tulisan Holywood di Amrik sana nih...hehehe. Dengan mudah pula menemukan tempat parkir di depan pintu gerbang masuk lokasi wisata. Tiket masuk juga relatif murah, @ Rp 5,000 ,- untuk dewasa dan @ Rp 4,000 ,- untuk anak – anak. Begitu melintasi pintu gerbang kami langsung membaca papan pengumuman dan peta lokasi wisata. Wahana utama adalah Air Terjun Bantimurung yang letaknya tidak terlampau jauh dari peta lokasi, kemudian ada beberapa goa – yakni Goa Mimpi dan Goa Batu yang jaraknya hampir 1 kilometer. Tetapi sebelumnya kami mampir ke Museum Kupu Kupu yang terdapat tak jauh dari tempat kami berjalan. Sayang sekali, ruang museum yang hanya seruangan tersebut kurang terawat secara baik. Deretan jenis kupu – kupu cantik tampak dibiarkan begitu saja. Padahal kalau ditata dengan seksama dan didesain dengan benar kupu – kupu tersebut maka ruangan museum tersebut dapat menimbulkan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Ada kupu – kupu yang bermotif aneka batik, biru dan hijau toska...aaaiiih cantik sekali deh!

Didekat pintu masuk terdapat barang dagangan dihamparkan, ada t-shirt, gantungan kunci kupu – kupu dan beberapa benda lagi khas Bantimurung. Ditata ala kadarnya. Padahal kalau di tata secara apik seperti toko souvenir profesional ruangan tersebut dapat memiliki nilai jual juga khan. Jelas, bahwa sesungguhnya Bantimurung memiliki prospek yang bagus dalam bagian pengembangan pariwisata nusantara, diantaranya tercetus oleh Alfred Russel Wallace (1823 – 1931) dalam bukunya ‘The Malay Archipelago” menyebut bahwa Bantimurung adalah “The Kingdom of Butterfly” pada kunjungannya ke sini di tahun 1857. Konon Bantimurung yang terletak 12 kilometer dari ibukota kabupaten Maros ini memiliki kurang lebih 150 species kupu – kupu. Bayangkan....hal yang seharusnya kita jaga kelestariannya. Kekayaan yang mewarnai keindahan nusantara ini terasa kurang disadari oleh kita sehingga berangsur beberapa jenis spesies kupu – kupu itu musnah.
Keluar dari ruangan museum kupu – kupu seorang pedagang gantungan kunci menawarkan barang dagangannya ke kami. Saya memang berminat untuk membelinya tetapi saya pikir lebih baik nanti saja setelah saya menjelajah kawasan wisata Bantimurung ini. Tanpa memaksa membeli dagangannya pedagang tersebut mengikuti kemanapun kami berjalan. Kami sih tidak merasa terganggu, apalagi sekali – sekali kami sempat bertanya beberapa hal kepadanya sesuatu yang kami tidak mengerti, termasuk lokasi pasti dan isi dari goa – goa yang terdapat disana.

Air Terjun Bantimurung. Ngebasahin kaki doang..hehe
Akhirnya pedagang gantungan kunci itu menjadi guide tak resmi. Menjelaskan jalan dan obyek yang terdapat di Bantimurung. Kami memutuskan ke goa Batu. Tentunya sebelum ke sana kami ke Air Terjun Bantimurung terlebih dahulu. Memang rute jalannya harus melewati sih.....
Tampak air terjun pendek menyusun di hamparan kami. Memang sayang sekali jika ke Bantimurung tanpa merasakan berenang atau menikmati derasnya air yang mengalir. Waduh, tetapi hari itu benar – benar wardrobe yang sedang saya gunakan adalah wardrobe untuk para window shopper di mall city ...hahaha....Jadilah saya hanya menciprat – cipratkan air dengan tangan. Itu-pun sudah merasa kesegaran air yang mengalir. Di tepi air terjun terdapat karang – karang , seperti pintu masuk gua memanjang, disana terdapat hamparan tikar. Bagi pengunjung Bantimurung yang tidak berenang maka dapat menikmati hidangan yang mereka bawa disana. Kami berfoto sejenak, kemudian melanjutkan jalan setapak ke Goa Batu.

Tak jauh sebelum memasuki goa Batu kami menyewa senter untuk penerang dalam goa. Terlihat ada sebuah makam di dekat sana, ternyata mereka menyatakan bahwa itu adalah makam Raja Bantimurung. Kalau melihat kondisi makam yang seperti tidak dipedulikan berarti berbeda dengan kondisi di beberapa bagian pulau Jawa, yang makam saja bisa dijadikan “wahana wisata”. Di mulut goa juga ada meja yang menyewakan lampu penerang (senter). Yang bikin saya bengong ada rombongan yang membawa petromax...hahaha...Kondisi goa memang gelap pekat andai kita tidak menyalakan lampu penerang.

Penjual gantungan kunci yang sejak di museum kupu – kupu menjelaskan kepada kami mengenai cerita dan kondidsi goa. Di dinding ada batu yang membentuk monyet khas Bantimurung. Oh ya, ketika memasuki lokasi wisata kita memang akan disambut oleh patung besar monyet Bantimurung. Jadi menurut saya, ciri khas Bantimurung adalah Kupu Kupu dan Monyet. Hhmmm...keindahan yang saling melengkapi.

Di dalam goa juga terdapat batu yang konon jika seseorang memohon sesuatu maka akan dikabulkan. Caranya dengan mengikat seutas tali pada batu tersebut. Saya tidak minat untuk mencoba, termasuk tidak minat membasuhkan air ke wajah yang terdapat di dalam goa tersebut yang konon bisa membuat awet muda. Memohon sesuatu dimanapun pasti akan dikabulkan-Nya, asalkan permohonan kita tulus untuk kebaikan. Soal air awet muda, saya percaya saja asalkan membasuhnya tidak hanya saat itu – harus rutin setiap hari. Air tersebut khan tidak terkena polusi kotoran kimia, secara di dalam gua gituh, jadi kebersihannya pasti menyegarkan dan membuat kulit kita bersih alami. Logis khan kalau dikatakan air tersebut membuat kita awet muda?! Di dalam goa kami juga ditunjukkan sebuah cekungan batu yang biasa digunakan Raja Bantimurung untuk melaksanakan shalat.

Puas menyusuri kami keluar. Di dalam goa cukup licin, jikalau mau berkunjung dan masuk goa sebaiknya memang menggunakan sepatu yang nyaman untuk menyusuri jalan batu/tanah licin yang tidak rata.

Versi majalah KARTIKA - Sahabat Wanita Muda Edisi Juli 2010 : Pegunungan Karst Bantimurung - Sulsel masuk dalam '50 Tempat Liburan Terindah dan Murah : Must Visit Before You Die!'

Sunday, 5 July 2009

Oleh Oleh : Semarang, Pekalongan, Brebes, Kuningan, Sumedang [2007]


Breakfast di Malabar Resto yang terletak di Lt.4 Hotel Horison Semarang. Menunya kaya variasi, karena memang ini keunggulan Horison Semarang dibandingkan Horison di beberapa kota Indonesia. Nasi liwet, Dim Sum, Ayam Panggang, Bubur Ayam, Spaghetty, Sandwich, Sapi Lada Hitam, Ikan Tenggiri Asam Manis....aaaah pokoknya banyak banget deh! Selain prasmanan juga digubug-gubugin seperti kalau datang kondangan gituh deh. Selama daku makan dari hotel ke hotel sepertinya breakfast kali ini termasuk variasi menu-nya oke. Setelah breakfast langsung kita kabur ke kamar 713. Pagi itu Mas Tunggal dan Mbak Rita mau ke Mlati Hardjo dulu untuk ketemu Mas Edy. Ely ikutan pulang. Daku en Sekar nonton Amazing Race Asia di AXN ajah sambil nunggu waktu check out.

Jam ½ 2 kami check out. SMS ke Bang Ronald dulu : “Aku udh check out dan mau keluar dr Smrg.Mlm ini mungkin aku nginep di Cirebon,jd no.esia ini gak tpakai lg ya.Kabaqr2i aku soal Mb Henny ya klau ktemu.Trimaksh.” (Repotnya Pakai esia Mode : ON). Praktis selama di Semarang hanya Bang Ron ngehubungi CDMA-ku.

OLEH – OLEH KHAS SEMARANG
Kami ke Jalan Pemuda, seberang Sri Ratu untuk membeli Lumpia “Mbak Lien”. Harga lumpia-nya @ Rp 7,000 ,- boleh pilih yang basah atau goreng. Rasa rebung-nya bikin daku jadi sering kangen dengan lumpia Semarang. Dari Jln Pemuda kami meluncur ke salah satu jalan (waduh lupa nama jalannya!) untuk membeli Ayam Tulang Lunak yang juga khas Semarang. Tak lupa kami ke Jln Pandanaran yang banyak menjual oleh-oleh khas Semarang. Pedagang kaki lima sampai toko – toko menjual lumpia, wingko babat, Bandeng duri lunak dan aneka makanan lainnya. Lumpia di Jln Pandanaran banyak juga yang harganya lebih murah.
“Urusan” di Semarang beres, kami meninggalkan kota Semarang. Rencananya sih February daku balik ke kota ATLAS ini lagi.

SHOPPING DARI BATIK SAMPAI “EMBER”

Mas Tunggal menyetir mobil dengan santai. Emang sengaja jalan santai. Melihat deretan kios duren di Kabupaten Batang membuat mobil berhenti sejenak. Mau makan duren dulu. Tetapi sayangnya duren yang kami makan tidak semanis duren yang kita lahap di Jepara. Oh iya, waktu di Jepara kami makan duren di Jln Jend.Hoegeng Imam Santoso (Daku baru menemukan nama beliau dijadikan nama jalan. Saat beliau meninggal dunia 3 tahun yang lalu aku sempat melayat di rumah keluarganya di Pesona Khayangan Depok. Kebetulan anak bungsu dan cucu-nya satu sekolah denganku. Saat ayah-ku meninggal dunia beliau juga melayat ke rumahku, dan kami memiliki satu lukisan hadiah dari beliau.). Di Jln Jend.Hoegeng Imam Santoso ini pula terdapat monumen berbentuk duren. Memang Jepara juga kota penghasil duren.

Di Pekalongan kami “tergoda” mampir ke salah satu toko batik yang besar. Daku sempat naksir batik seharga Rp 22.500 ,-. Murah meriah, warnanya juga funky dan yang pasti gak bakal ada saingannya kalau kita jalan2 ke Paris – Milan or New York! Eh tetapi justru Sekar yang beli rok batik berwarna hitam. Sampai di Pasar Batik Setono – Pekalongan daku justru “meringis2” karena batik yang aku taksir di toko tadi tidak ada di pasar ini. Selama perjalanan hape memang aku silent total, tp kali ini aku berhasil menjawab panggilan telepon dari Mbak Hen yang juga lagi plesiran di Blitar. Mbak Hen baru besok ke Surabaya dan janji mau bertemu dengan Mas Al dan Bang Ron sebelum Mbak Hen balik ke Singapore.

Alhamdulillah akhirnya daku bisa membeli baju “you can see”. Kalau dilihat sekilas motifnya tidak kelihatan seperti batik, tapi itu batik kok.

Perjalanan dilanjutkan setelah kami shopping batik Pekalongan. Dinner kali ini kami memilih satu resto bernama : D’Pawon Seafood & Fastfood di Jln Kolonel Sugiyono – Tegal.Tempatnya asyik, resto tapi terbuka gitu deh, pengunjungnya juga kebanyakan bermobil pribadi dan family...namun pelayanannya luuuaaaammmaaaa. Kami hampir mati lemas kelaparan euy! Kasihan juga sih sama mbak yang ngelayanin karena menurutnya teman2nya lagi pada pulang kampung dan saat itu pengunjung sedang banyak. Orang Tegal pulang kampungnya kemana yak?! Rasa makanan sebenarnya lumayan enak, apalagi nasi bakar yang daku pesan. Gurih dan wangi. Nasi bakar tersebut digulung di dalam daun pisang, sebelumnya dikasih bumbu dan kemudian dibakar.

Awalnya Mas Tunggal mau laju dan istirahat di Cirebon, tetapi Sekar, Mbak Rita dan daku lebih memilih kami istirahat di Tegal. Jadilah kami malam itu check in di Hotel Pasific (*3). Walau hanya berlantai 3 hotel ini memiliki lift yang tembus pandang, baik pintunya maupun “dinding” disekitarnya sehingga kalau kita berada di lift kita dapat melihat jalanan, dan orang di jalan juga bisa melihat kita. Hotel berbintang 3 ini baru ada 3 tahun yang lalu. Pelayanannya top banget deh, bahkan petugas-nya cepat tanggap, khususnya petugas saat kami breakfast. Seno saja komentar,”Harga minimum pelayan maksimum!”. Rate menginap disini nggak sampai Rp 300.000 ,-/malam. 200ribu aja sih lebih! Kamar AC, TV Cable...nggak kalah deh dengan hotel bintang 3 di kota besar. Bahkan ada Karaoke dan Mini Theater-nya pula. Room service-nya muraaaahhhhh, masih banyak yang dibawah Rp 30.000 per-porsi makanannya. Usai breakfast dengan kepuasan tersendiri kami check out.

Mampir Brebes untuk beli telor asin khas Brebes. Telor asin zaman sekarang variant-nya juga macem-macem. Bayangin dah...ada Telor Asin Rasa Udang! Konon itu telor dari bebek yang makanannya udang. Wuuuiiiihh...kalau tuh bebek makanannya gado-gado mungkin rasa telor asinnya juga rasa gado-gado dong? Kata Mbak Rita di televisi pernah ada info tentang telor asin rasa jeruk atau strawberry loh. Lucu juga ya, kalau mau telor asin rasa jeruk or strawberry bukannya lebih enak makan buah jeruk or strawberry-nya sekalian???

Mbak Rita beli Telor Asin Rasa Udang dan daku beli Telor Asin Bakar. Perjalanan berlanjut ke arah Kuningan. Kami tidak melewati jalur Utara karena mau nengok lokasi wisata pemandian air panas dan spa di Kuningan.

KUNINGAN – SUMEDANG

Siang hari kami tiba di Kuningan. Mbak Rita ingin melihat Grage Hotel Spa yang seringkali diliput oleh media. Namun belum sampai lokasi kami tertarik dengan satu area, yakni Resort Prima Sangkanhurip.Di resort ini terdapat Perkampungan Wisata Cilimus 1928 yang merupakan replika perkampungan Kuningan di tahun 1928. Yang sejarah Indonesia-nya jago pasti ngerti deh “apa dan bagaimana” Kuningan di tahun 1928. Perjanjian Linggar Jati masih ingat dooonnnggg...Pelajaran SD gitu looohh....

Kami menanyakan roomrate menginap di resort tersebut, dengan tekad liburan mendatang kami menginap di sini. Suasana khas Indonesia-nya asyik banget!

Barulah kami menyusuri jalan Sangkanhurip, yang diujungnya terdapat obyek wisata Sangkanhurip Alami. Pemandian air panas dengan harga terjangkau. Kami hanya melewati obyek wisata tersebut, berbelok ke kanan...dan barulah mampir ke Grage Sangkan Hotel Spa yang memproklamirkan diri sebagai ‘The Best Aquamedic Spa in Java’. Daku dan Mbak Rita sempat masuk ke area spa yang air-nya kehijauan dan hangat. Dia atas kolam renang biasa (Teratai Pool Side) telah berdiri panggung dan disekitar kolam renang juga sudah tersusun meja dan kursi untuk acara tahun baru nanti malam. Hotel tersebut mengadakan : ‘New Year 2008 Hawaiian Nite’ – dinner – live band – dance – hawaiian dance. Kenapa nggak menampilkan perayaan khas Indonesia aja siiiiiihhh??????

Perjalanan berlanjut. Di sepanjang jalan kami melihat penjual ember. Toko makanan menjual ember??? Untungnya Mbak Rita “cepat tanggap, ingat bahwa itu adalah salah satu oleh-oleh khas Kuningan yang pernah diceritakan temannya. Tape ketan dibungkus daun jambu yang kemudian dimasukkan kedalam ember! Karena Mas Tunggal juga senang dengan tape, kami-pun berhenti dan membeli ember, eh makanan khas tersebut. Aku bilangnya,”Beli tape gratis ember!” hahaha...

Mobil melaju ke Sumedang. Kotanya penyanyi Rossa, yang kebetulan saat kami sampai di Sumedang tape di mobil lagunya “Atas Nama Cinta”. Kami lunch di ‘Rumah Makan Joglo Sumedang’ yang baru dibuka 3 hari dan bangunannya keren banget, rumah Joglo ala Kraton. Kami makan di gazebo yang berada di pekarangan bangunan. Kami pesan makanan khas-nya Ayam Goreng Spesial Bumbu Kraton.Ckckck...koleksi mobil antik owner-nya okeh banget looowwhh ;-)

Suasana akan tahun baru mulai daku rasakan lagi ketika sudah banyak sms masuk ke hape-ku mengucapkan selamat tahun baru. Pak Aswin, direktur Finance di salah satu BUMN juga sudah mengirimkan sms ke aku. Duh, Pak...maafkan “anakmu” yang kurang ajar ini. Selalu kedahuluan jika ingin mengucapkan selamat ke bapak. Salut daku sama beliau, direktur BUMN ,kerjanya keliling dunia bahkan sampai naik Concorde saja pernah tapi low profile-nya ampun-ampunan.

Jam 7-an malam Mas Alief, leader-ku di Surabaya mengirim sms agar aku membuat keyakinan pada tengah malam nanti mengenai peringkat-ku di Konvensi Nasional tanggal 23 Agustus 2008 di Hailai Restaurant. Yup lebih dari 20 tahun aku melewati tengah malam dengan hingar bingar kemewahan tahun baru, merayakan di hotel mewah, pesta bahkan di Bali seringkali aku lakukan. Oleh karena itu malam ini aku mau mengadakan resolusi 2008 dalam kelelapan malam. Walaupun disekitar rumah Sekar udah jedar jedor kembang api! Bentaaar-lah lihat kembang api.