Wednesday 10 November 2010

Bantimurung : Dimana Kupu Kupu Mengalir Sampai Jauh

Setahun yang lalu, tepatnya 7 November 2009 – saya berkunjung ke Bantimurung yang terkenal dengan air terjun dan pendaran kupu-kupu cantik yang beterbangan. Teringat lagu saat kanak-kanan nan indah...

♪“Kupu Kupu yang lucu...kemana engkau terbang...hilir mudik mencari bunga-bunga yang kembang..........................................Tidakkah sayapmu merasa lelah?”♫

Berlatar Taman Nasional Bantimurung
Dari Jln Sultan Hasanuddin Makassar menuju lokasi Bantimurung buat ukuran orang yang terbiasa tinggal di wilayah Jabotabek tidaklah terlalu jauh. Sekitar 45 kilometer dari pusat kota Makassar. Saya mendapat pinjaman Daihatsu Taruna dari rekan kakak saya, salah seorang Kepala Dinas Daerah Takalar. Kami bertiga, Ardian Y dan Laode dalam satu mobil belum ada yang pernah kesana, sedangkan kami bertiga juga pendatang dari Jakarta, Bekasi dan Surabaya. Tanpa peta pemandu apalagi GPS kami hanya nekad mengikuti petunjuk dari rekan sekerjanya Ardian dan Laode. Sempat juga bertanya ke satu warung sekalian membeli minuman.
Melalui tol dalam waktu yang tidak memakan waktu 1.5 jam kami tiba di lokasi, kecamatan Bantimurung – Kabupaten Maros. Terpampang jelas di dinding bukit nama taman wisata Bantimurung. Wah, nampaknya mau menyamakan dengan tulisan Holywood di Amrik sana nih...hehehe. Dengan mudah pula menemukan tempat parkir di depan pintu gerbang masuk lokasi wisata. Tiket masuk juga relatif murah, @ Rp 5,000 ,- untuk dewasa dan @ Rp 4,000 ,- untuk anak – anak. Begitu melintasi pintu gerbang kami langsung membaca papan pengumuman dan peta lokasi wisata. Wahana utama adalah Air Terjun Bantimurung yang letaknya tidak terlampau jauh dari peta lokasi, kemudian ada beberapa goa – yakni Goa Mimpi dan Goa Batu yang jaraknya hampir 1 kilometer. Tetapi sebelumnya kami mampir ke Museum Kupu Kupu yang terdapat tak jauh dari tempat kami berjalan. Sayang sekali, ruang museum yang hanya seruangan tersebut kurang terawat secara baik. Deretan jenis kupu – kupu cantik tampak dibiarkan begitu saja. Padahal kalau ditata dengan seksama dan didesain dengan benar kupu – kupu tersebut maka ruangan museum tersebut dapat menimbulkan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Ada kupu – kupu yang bermotif aneka batik, biru dan hijau toska...aaaiiih cantik sekali deh!

Didekat pintu masuk terdapat barang dagangan dihamparkan, ada t-shirt, gantungan kunci kupu – kupu dan beberapa benda lagi khas Bantimurung. Ditata ala kadarnya. Padahal kalau di tata secara apik seperti toko souvenir profesional ruangan tersebut dapat memiliki nilai jual juga khan. Jelas, bahwa sesungguhnya Bantimurung memiliki prospek yang bagus dalam bagian pengembangan pariwisata nusantara, diantaranya tercetus oleh Alfred Russel Wallace (1823 – 1931) dalam bukunya ‘The Malay Archipelago” menyebut bahwa Bantimurung adalah “The Kingdom of Butterfly” pada kunjungannya ke sini di tahun 1857. Konon Bantimurung yang terletak 12 kilometer dari ibukota kabupaten Maros ini memiliki kurang lebih 150 species kupu – kupu. Bayangkan....hal yang seharusnya kita jaga kelestariannya. Kekayaan yang mewarnai keindahan nusantara ini terasa kurang disadari oleh kita sehingga berangsur beberapa jenis spesies kupu – kupu itu musnah.
Keluar dari ruangan museum kupu – kupu seorang pedagang gantungan kunci menawarkan barang dagangannya ke kami. Saya memang berminat untuk membelinya tetapi saya pikir lebih baik nanti saja setelah saya menjelajah kawasan wisata Bantimurung ini. Tanpa memaksa membeli dagangannya pedagang tersebut mengikuti kemanapun kami berjalan. Kami sih tidak merasa terganggu, apalagi sekali – sekali kami sempat bertanya beberapa hal kepadanya sesuatu yang kami tidak mengerti, termasuk lokasi pasti dan isi dari goa – goa yang terdapat disana.

Air Terjun Bantimurung. Ngebasahin kaki doang..hehe
Akhirnya pedagang gantungan kunci itu menjadi guide tak resmi. Menjelaskan jalan dan obyek yang terdapat di Bantimurung. Kami memutuskan ke goa Batu. Tentunya sebelum ke sana kami ke Air Terjun Bantimurung terlebih dahulu. Memang rute jalannya harus melewati sih.....
Tampak air terjun pendek menyusun di hamparan kami. Memang sayang sekali jika ke Bantimurung tanpa merasakan berenang atau menikmati derasnya air yang mengalir. Waduh, tetapi hari itu benar – benar wardrobe yang sedang saya gunakan adalah wardrobe untuk para window shopper di mall city ...hahaha....Jadilah saya hanya menciprat – cipratkan air dengan tangan. Itu-pun sudah merasa kesegaran air yang mengalir. Di tepi air terjun terdapat karang – karang , seperti pintu masuk gua memanjang, disana terdapat hamparan tikar. Bagi pengunjung Bantimurung yang tidak berenang maka dapat menikmati hidangan yang mereka bawa disana. Kami berfoto sejenak, kemudian melanjutkan jalan setapak ke Goa Batu.

Tak jauh sebelum memasuki goa Batu kami menyewa senter untuk penerang dalam goa. Terlihat ada sebuah makam di dekat sana, ternyata mereka menyatakan bahwa itu adalah makam Raja Bantimurung. Kalau melihat kondisi makam yang seperti tidak dipedulikan berarti berbeda dengan kondisi di beberapa bagian pulau Jawa, yang makam saja bisa dijadikan “wahana wisata”. Di mulut goa juga ada meja yang menyewakan lampu penerang (senter). Yang bikin saya bengong ada rombongan yang membawa petromax...hahaha...Kondisi goa memang gelap pekat andai kita tidak menyalakan lampu penerang.

Penjual gantungan kunci yang sejak di museum kupu – kupu menjelaskan kepada kami mengenai cerita dan kondidsi goa. Di dinding ada batu yang membentuk monyet khas Bantimurung. Oh ya, ketika memasuki lokasi wisata kita memang akan disambut oleh patung besar monyet Bantimurung. Jadi menurut saya, ciri khas Bantimurung adalah Kupu Kupu dan Monyet. Hhmmm...keindahan yang saling melengkapi.

Di dalam goa juga terdapat batu yang konon jika seseorang memohon sesuatu maka akan dikabulkan. Caranya dengan mengikat seutas tali pada batu tersebut. Saya tidak minat untuk mencoba, termasuk tidak minat membasuhkan air ke wajah yang terdapat di dalam goa tersebut yang konon bisa membuat awet muda. Memohon sesuatu dimanapun pasti akan dikabulkan-Nya, asalkan permohonan kita tulus untuk kebaikan. Soal air awet muda, saya percaya saja asalkan membasuhnya tidak hanya saat itu – harus rutin setiap hari. Air tersebut khan tidak terkena polusi kotoran kimia, secara di dalam gua gituh, jadi kebersihannya pasti menyegarkan dan membuat kulit kita bersih alami. Logis khan kalau dikatakan air tersebut membuat kita awet muda?! Di dalam goa kami juga ditunjukkan sebuah cekungan batu yang biasa digunakan Raja Bantimurung untuk melaksanakan shalat.

Puas menyusuri kami keluar. Di dalam goa cukup licin, jikalau mau berkunjung dan masuk goa sebaiknya memang menggunakan sepatu yang nyaman untuk menyusuri jalan batu/tanah licin yang tidak rata.

Versi majalah KARTIKA - Sahabat Wanita Muda Edisi Juli 2010 : Pegunungan Karst Bantimurung - Sulsel masuk dalam '50 Tempat Liburan Terindah dan Murah : Must Visit Before You Die!'

Friday 3 September 2010

Obat Pening Bernama Rawa Pening




Sebagai anak yang seringkali diajak berpetualang ke daerah Jawa Tengah dan memiliki basecamp di Semarang dan Kebumen, maka sejak kecil saya seringkali melewati area wisata 'Rawa Pening' yang terletak di Jalan Raya Semarang - Salatiga di Ambarawa Kabupaten Semarang.
Saya tak ingat untuk keberapa kalinya saya berkunjung ke daerah ini. Memang seringkali melewati tetapi jarang menyempatkan diri untuk menikmati Rawa Pening lebih lama. Area wisata ini terasa mistis - apalagi ditambah dengan legenda-nya yang berhubungan dengan naga. Aaah, kaya rayanya negeriku!
Tahun 2008 saya dan Mas Tunggal keluarga sempat mampir ke area wisata ini. Menyewa perahu dan berkeliling di danau...or rawa kali yaaa, yang kenikmatannya justru jitu sebagai obat pening. Nggak percaya?!...Coba aja.Nggak ampuh?!...nyebur ajah! ;-D


Friday 27 August 2010

Kenangan dari Anak Gunung Krakatau


Ternyata kemarin (27 Agustus) merupakan perayaan meleduknya Gunung Krakatau di Selat Sunda. Meluduk kok diraya'in yak?! Ya,ada hikmahnya sih bagi dunia pariwisata di Indonesia. Kebayang gak sih kalau ledukannya kedengeran sampai 4.600 kilometer dan didengar oleh seperdelapan penduduk bumi. Itu selevel dengan 200 megaton bom TNT atau 13.000 kali lebih dahsyat dari bom yang meleduk di Hiroshima Jepang. Dalam waktu 2 hari bikin 7 tsunami en meluluh lantakkan 165 desa dan kota sepanjang Lampung dan pesisir Banten. Ini sih katanya paman Simon Winchester ahli geologi dari University of Oxford di Inggris sono. Kok ngerti'an dia daripada kita yang orang Indonesia yak?
Btw saya juga pernah memilih Krakatau sebelum 7 Keajaiban Alam diluncurkan untuk dipilih oleh penduduk dunia. Yang masuk nominasi akhirnya Pulau Komodo.
Saya juga punya tragedi story di daerah ini. Serem-nya sih gak ada apa-apanya dibandingkan saat Krakatau meleduk! Bahkan jika mengenang kisah ini saya suka tersenyum...indah jadinya kenangan itu ;-) Kejadian di tahun 1991 tersebut adalah saat kami ingin berkunjung ke Pulau Gunung Anak Krakatau. Kami bertolak dari Pulau Peucang seberang Ujung Kulon Pulau Jawa dengan kapal motor yang kami carter. Di kapal hanya ada saya, ibu saya, Luthi (teman seperjuangan di Ujung Kulon – Hi Luthi Ismira, dimana kamu sekarang? Terakhir saya mengerti keberadaannya saat ia menjadi pemenang utama Pemilihan Gadis Sunsilk.), Yos (cowok Bogor lulusan FMIPA UI yang sedang saat itu sedang cuti dari pekerjaannya di Sclumberger Oman...Timur Tengah sono!), Pak Ateng (Tour leader kami) dan 2 (or 3) petugas kapal motor.
Kapal motor kami mengalami kerusakan tak seberapa jauh dari gugusan kepulauan Krakatau. Kapal kami mengapung-apung selama 2 hari di hadapan Pulau Gunung Anak Krakatau. Tak ada daratan berpenghuni yang kami lihat, tak ada kapal yang bisa menolong kami. Mutlak hanya Allah swt merupakan Sang Penolong. Malam hari memang terlihat kapal tongkang besar melintas beberapa meter dari kapal kami, namun mereka sepertinya tidak melihat kami. Malam hari begitu pekat...ditengah lautan hanya berpemandangan Anak Gunung Krakatau yang ingin kami jangkau terpatri di hadapan kami berkilau memantulkan cahaya bulan. Ketika ombak mengombang-ambingkan kapal ibu saya muntah-muntah. Alhamdulillah, ada persediaan makanan yang tidak membuat kami kelaparan. Siang hari saya, Luthi (yang saat itu sedang liburan dari Sekolah Menengah Pariwisata) dan Yos duduk di dek kapal sambil mengobrol. Ibu saya beristirahat di ruang kecil kapal, dan para pekerja kapal membenahi mesin motor kapal agar kami dapat kembali ke daratan dengan selamat.
Alhamdulillah, kami bisa kembali ke Labuhan Banten dengan selamat setelah 2 hari mengapung-apung di Selat Sunda walaupun kami tidak menjejakkan kaki di Kepulauan Krakatau.Mobil travel yang menjemput kami telah meninggalkan kami dari Labuhan. Pak Ateng segera mengambil tindakan mencarter angkot untuk mengantar kami ke Jakarta. Memang tidak seimbang dengan fee dollar yang kami bayarkan...bayangin tour bayar pakai dollar US tapi dipulangin naik angkot ke Jakarta?! Ibu saya sempat menggerutu, tapi akhirnya beberapa bulan kemudian ibu saya tertawa senang ketika saya memenangkan Lomba Karya Tulis Pariwisata TMII se-ASEAN kategori Laporan Perjalanan karena saya menulis tentang perjalanan ke Ujung Kulon dengan judul 'Ujung Kulon Menebar Pesona ke Penjuru Dunia' dengan beraneka ragam hadiah yang nilainya lebih dari paket tour ke Ujung Kulon – Krakatau tersebut, termasuk tiket dari Garuda Indonesia Jakarta – Jogjakarta pulang pergi.

Sunday 11 July 2010

(Spa) Nyalon yuuukk...


Berapa tahun ya saya off sebagai “cewek salon”?! Mungkin setelah pakai jilbab? Ah ,tapi tahun 2000 saya sempat “keluar masuk” salon saat tinggal di Kuta BALI. Beberapa salon di Denpasar yang memiliki pelayanan mandi susu sempat saya coba. Sebelum memakai jilbab setidaknya 2 – 3kali perminggu saya ke salon – dari catok rambut sambil memberi nuansa burgundy pada rambut...minimal ngoles Proteline ..hahhaha.

Tahun 2010 saya bertekad untuk menjadi ‘cewek salon/spa’ kembali. Positif? Pemborosan?! Gak tuh! Justru menguntungkan karena saya bisa menambah wawasan tentang service dan teknik pegembangan usaha kesehatan dan kecantikan yang sedang saya jalani.
Menggigil di Salon
Sabtu, 19 Jni 2010 sepulang lunch dari Sate Blora Cirebon di Rawamangun saya dan Galuh menuju salon yang jaraknya sekitra 500 meter dari rumah saya. Jalan kaki?! No,dengan gaya princess-nya kami berdia naik Toyota Altis yang dikendarai Galuh. (Maafkan kami,Bumi...)
‘Body Fresh Salon & Reflexology’ : kami langsung dilayani dengan sigap. Saya en Galuh langsung ke masing-masing bilik bercat ungu dengan tirai kain ala Pekalongan bermotif kupu-kupu pink. Chick deh...Saya ganti baju dengan kemben untuk creambath dan Galuh body massage.
Saya pilih creambath menggunakan susu yang konon dapat menghaluskan rambut. Hahaha..baru saya coba neh ‘creambath susu’. Dulu sih saya biasa coba dengan kemiri yang menghitamkan ramput atau alpukat. Plus Proteline! Tidak terlalu aneh dibanding ibu sahabat saya yang kalau creambath “semua isi dapur” nemplok di kepalanya (alpukat, kemiri, ginseng, telor ayam,dan sebagainya.Asli, bukan cream olahan pabrik.) Sapai saya pernah bilang,”Tambahin minyak goreng, nggak sekalian digoreng tuh kepala,Tante?!”
Coba kali ini tanpa hair steamer (Ini yang kusuka! Emangnye kepala gue boneless chicken?! ;-p). Rambut ditutup dengan handuk hangat lalu saya langsung ke bilik ungu tempat ganti kemben tanpa dicuci rambutnya. Selesai? Nggak dong karena berikutnya saya dilulur. Masih dengan therapist yang sama,pijatannya mantap. Therapist menanyakan lulur apa yang sya inginkan. Saya pilih lulur coklat...hiiiyyaaa..keluar dari salon rasa gue ‘susu coklat’ dung!? ;-p
Ritual pijat dan lulur selesai. Saya digiring ke ruang steam seukuran 1 KBU wartel berisi mesin body steam. Hhhmmm..beneran dimasak neh body. Brrr...sebelum saya masuk steam, saya menggigil antara kedinginan dan ngebayangin nanti saya bakal diuber sama kucing di rumah neh. Saya wanti-wanti agar tak terlalu lama di alat steam. Keluar dari alat steam masih menggigil...langsung mandi. Selesai mandi body saya lumri dengan milk goat lotion. Galuh yang sudah selesai di blow catok menanti gelisah, takut kehabisan nonton...deeeuuu!

Saturday 10 July 2010

Postcard Indonesia...Dimana Gerangan?

Ini cerita tentang kekesalan kakakku yang 11 - 28 Juni 2010 berlibur ke Indonesia setelah 17 tahun bermukim di negeri yang tahun ini masuk final Worldcup...halah ngomong negeri Belanda aja kok muter-muternya pakek ke Worldcup segala? hehehe...
Sejak kecil kami sekeluarga memang gemar menulis, at least menulis postcard dan dikirim ke kerabat , teman-teman atau sahabat pena yang belum pernah bertemu. Jikalau kami berlibur ke suatu tempat, dipastikan kami akan mengirim postcard bergambar destinasi kami. Kebiasaan ini terkikis oleh kemajuan zaman, dimana orang-orang banyak yang lebih memanfaatkan email, sms atau network social lain yang lebih "canggih".
Hohoho...karena inilah kakak saya "ngamuk-ngamuk" ketika dia ingin mengirimkan postcard bergambar keindahan Jakarta ke teman-temannya di negeri kincir angin tersebut. Sekedar 'say hello' dan mengabarkan bahwa dia telah berada di Indonesia tercinta. Kami membantunya mencari postcard tersebut di beberapa toko buku terbesar di Indonesia (bahkan salah satunya toko buku terbesar se-Asia Tenggara!), tetapi dengan kecewanya kami mendapat jawaban yang tidak kami harapkan. Jangankan menemukan postcard bergambarkan kota Jakarta yang sedang berulang tahun, para penjaga toko tersebut saja kebingungan dan tiada mengerti apa yang namanya postcard!!! Kami diantar ke bagian 'post it' alias kertas-kertas kecil, biasa untuk menulis pesan singkat yang di tempel.
Oooohh, God...kata kakak saya masyarakat Indonesia umumnya sudah banyak yang keblinger oleh teknologi! Seharusnya bisa memilah-milah mana yang harus dilestarikan dan mana yang tidak....Negara-negara di Eropa saja tetap mempertahankan kebiasaan berkiriman postcard bergambar keindahan negeri mereka ke teman atau kerabatnya. "Bagaimana dunia pariwisata Indonesia dapat berkembang secara pesat kalau gini caranya?!"
Ketika kami menginap di hotel berbintang-pun lagi-lagi kami tidak menemukan postcard yang diharapkan oleh kakak saya. Ketika kami katakan bahwa "Toch, kamu lebih dulu sampai ke Belanda dibandingkan postcard yang kamu kirim....", kakak saya tetap tidak peduli. Ia sangat geregetan dengan hal ini...demikian pula dengan saya.
Aaaarrghhh...saya jadi ingat kebiasaan saya dahulu, mengoleksi aneka postcard yang dikirimkan oleh teman-teman atau sahabat pena. Sebagian masih saya simpan, bahkan jika saya menginap disuatu tempat, maka saya akan mengirimkan postcard bergambar tempat tersebut ke diri saya sendiri yang saya tuliskan sekelumit pengalaman saya di tempat tersebut- di kirim melalui post. Sehingga disaat saya sudah sampai di tempat tinggal, dan menerimanya, saya tersenyum-senyum mengingat kenangan indah selama saya traveling di tempat tersebut.
Apabila saya menerima kiriman postcard dari teman atau kerabat...ah alangkah gembiranya, wawasan saya tentang tempat tersebut bertambah dari perangko dan goresan tulisan yang ditulis dengan perasaan.
Memang teknologi telah canggih...tetapi postcard masih tetap dibutuhkan. Kalau kita memiliki impian, tulislah impianmu dengan tulisan tangan...yaaah, energi melalui tulisan tangan memang berbeda dengan ketikan di keyboard komputer atau keypad handphone.
Kini...saya mengirim PM atau YM ke banyak teman saya yang berada di luar negeri, meminta agar mereka mengirimkan postcard melalui post. Alhamdulillah mereka mengirimkannya dengan ketulusan. Mulai saat ini saya akan mengirimkan postcard ke teman-teman serta berkirim surat melalui post...dan lebaran nanti saya akan ke Pasar Baru, memesan kartu lebaran untuk mengucapkan lebaran dan permohonan maaf ke kerabat dan teman-teman.
Berkirim surat dan postcard juga bisa memajukan pariwisata Indonesia...Yuk kirim-kirim postcard bergambar keindahan Indonesia ke teman-teman di luar negeri! Biar Pak Post mereka juga bisa melihat keindahan Indonesia...kalau via internet khan hanya orang-orang tertentu yang bisa melihatnya.
Tukeran postcard yuuk!! ;-)

http://copicopi.wordpress.com/2008/03/09/koleksi-postcard-qu/
Oh ya...saya lihat ada lagi nih cewek Indonesia yang koleksi postcard.Foto koleksinya saya cantumin sementara disini deh, sebelum saya memotret koleksi postcard yang saya miliki ;-)


http://firabas.multiply.com/journal/item/189
Fira Basuki yang penulis itu juga koleksi postcard. Artikelnya bisa dibaca di multiply-nya.


Sunday 16 May 2010

Parahyangan, Riwayatmu Duluuu....



Anna memang bukan orang yang rutin ke Bandung, dan juga bukanlah orang yang gemar dengan kota Bandung. Memang sih di tahun 1999 Anna sempat laju Jakarta - Bandung bersama Titis, Dian dan Erni karena kami sempat menjadi salah satu suplier bed cover di depstore terkenal di kota tersebut, dan kendaraan yang kami pakai adalah Kereta Api Parahyangan yang tanggal 27 April 2010 menghentikan operasionalnya. Banyak orang yang sedih, khususnya yang menyimpan kenangan dalam kereta tersebut. Saya memang tidak memiliki banyak kenangan di kereta tersebut, namun Anna memiliki beberapa kesan kenangan terhadap kereta Parahyangan ini.
Terakhir kali Anna menggunakan jasa transportasi Parahyangan adalah 5 tahun lalu, dibulan Mei 2005, Jakarta - Bandung - Jakarta bersama Wawan, pengurus FLP. Ketika itu kami ke Bandung dalam rangka Musyawarah Kerja FLP Pusat.
Alhamdulillah, ternyata kenangan tersebut masih tersimpan dalam tiket kereta api 'Parahyangan'. Foto ini adalah tiket kami berdua.....
Parahyangan,,,,riwayatmu duluuu....

Saturday 8 May 2010

1st Indonesian Hot Air Balloon Adventure


Tanggal 28 Maret 2010 seusai acara di Pasar Rebo, Anna,Ibu, Mbak Lien, Mbak Nana dan Owien ke Sentul. Bukan berniat nengok ruko yang lagi dikontrakkin ke Een, tapi di Sentul lagi ada acara 1st Indonesian Hot Air Balloon Adventure. Acaranya tanggal 26 - 28 Maret 2010. Rameee banget. Mobil kami parkir di depan Mesjid Andalus , masih di kawasan Sentul City. Daerahnya sendiri bagi Anna nggak "asing" karena beberapa waktu Anna pernah tinggal disini.
Acara gede dan pertama di Indonesia ini sayangnya tidak maksimal. Banyak pengunjung yang kecewa dengan ketiadaannya aneka baloon tersebut. Katanya sih faktor cuaca yang menghalangi. Anna aja cuma bisa nyengir doang gak kebagian jatah menyaksikan baloon tersebut, tapi malah tambah cengar cengir mengingat aneka kejadian bersama Mr.AY dan Mr.Di disekitar Sentul City....Ah, Sentul City,tempat yang pada tanggal 26 - 28 Maret 2010 macet dan padat itu ternyata dapat "menyembunyikan" aneka kejadian antara saya dan 2 manusia itu...hehehe...
Selametlah si Owien karena baloon-nya gak terbang...di mobil tadi Anna ngomong ke dia,"Win, nanti aku mau motret kamu dengan gaya seperti Russel di film animasi UP yaaa....". Pastinya Owin ogahlah. Ngerti khan gayanya si Russel, anak pramuka di film UP??? Film yang Anna tonton berdua Rahyudhy di La Piazza Kelapa Gading.



Sunday 14 March 2010

Wisata (nganter) Belanja


Anchee..Ktemuan di tamini yuks jm 1an.bisa ga?Skalian jln2. (SMS dari Dian Sadewa pukul 11.20) yang merupakan susulan dari SMS : “Ance aku pesen jam time piece set 198.900 (ref.CPU 1) sama tas lonie 159.900 (ref.lt 557k)” yang semalam dikirim.
Pesenan produk Sophie Paris, salah satu brand MLM Fashion No.1 di Indonesia yang aku masuki. Sophie Paris memang memiliki 3 showroom di Jakarta, di Plasa Semanggi Jakarta Selatan, Tamini Square Jakarta Timur dan Citraland Jakarta Barat. Setekah “kasak kusuk” dengan Dian dan Gege yang sedang di Bintaro, akhirnya kami sepakat bertemu di Plasa Semanggi. Hhhmmm..mereka naik mobil pribadi dari Bintaro dan melaju duluan ke Plasa Semanggi, sedangkan aku yang harus ‘memakai jilbab’ plus naik busway dari Rawamangun beberapa menit setelah mereka melaju justru sampai 10 di Plangi lebih cepat dibanding mereka.
Setelah sejenak melihat kondisi showroom yang lumayan luas, kami menyodorkan barang pesanan yang akan dibeli. Saya membeli Sophie Lipstick Ice Pink, sedangkan Dian membeli sepasang jam tangan untuk pria dan wanita. Sekalian beli Bienvenue Sophies Kit alias starter kit untuk mendaftar sebagai member Sophie Paris. Hari itu juga Gege bergabung menjadi member Sophie Martin. Dian belanja lagi deh, tas, setelah saya menikmati makan siang Soup Ikan Batam di foodcourt Plangi. Menuju parkiran mobil, kami mampir ke Giant – Dian en Gege belanja belanji,khususnya untuk keperluan Hana. Di Giant Bimo sempat menelpon dan menawari saya sambil menyuruh saya agar merayu Gege untuk mau diajak ke pameran komputer dan Islamic Book Fair di Senayan. Gege nggak bisa ikutan, karena meninggalkan Hana dengan mertuanya. Sedangkan saya jika ikutan mobilnya Bimo juga gak memungkinkan karena Bimo membawa mobil Starlet dan sudah ditumpangi oleh Fajar, temannya Bimo, Mbak Nana dan Owien.Kata Bimo,”Makanya ajak Gege,Nce, supaya muat orangnya, khan kalau di APV muat banyak tuh.”
Sore itu saya ikutan APV menuju Buaran. Niat hati seh mau ber-spa ikan di Buaran Plaza – tapi keasyikan ngenet pakai Mobie di Blok Z and maen sama Kany...nggak jadi deh!

Ke Senayan??Olah Raga??!
Keesokan harinya, Ahad 07.03.10 Galuh dan Mbak Yoen bersama Altis Hitam-nya sudah “membuat keributan” di depan rumah Pulo Mas. Benerannya Mbak Yoen udah nelpon ke hape saya,tapi saya yang sedang di toilet tidak dengar. Maksudnya Mbak Yoen nelpon, memberitahu bahwa mereka mau menjemput ibu dan saya untuk mengajak ke Plasa Senayan. Jadinya saya dan ibu “heboh” berganti baju, dari baju rumah ke baju yang lebih layak untuk jalan-jalan! Repotnya saya adalah memadu padankan baju en jilbab, karena beberapa baju en jilbab masih di laundry! Aaarrrgghhh...cuek dah, toh gue bukan Miss Indonesia yang harus tampil “layak” (meskipun saya beberapa kali masuk finalis en menang di kompetisi yang membutuhkan performance total seh! ;-p). Begitu pinggul mendarat di jok belakang Altis, Galuh dari balik kemudi komentar : “Jilbab loe kok megar-megar gituh sih,Nce?!”...Yaaa,gimana dung, emang belum sempet disetrika secara baik dan benar.Tuh jilbab juga tadi masih ada label ‘Rabanni’-nya....hiiii,alias belum pernah dipakek!
Di parkiran Plasa Senayan, dengan mudah kami menemukan tempat parkir. Masuk ke Plasa Senayan dan masuk ke showroom Kate Spade. Saya seneng lihat produk Kate Spade yang full colours dan segar (ruuujjjaaaakkk kaleeee segar!). Dari Kate Spade, kami menuju ke Metro. Di Metro beraneka ragam tas bertumpuk-tumpuk di-discount hingga 50%, ada yang merek-nya Guess,Toscano,Nine West, les Catino, Pere Cardin, dan aneka brand level “menengah” yang harganya sekitar 1 juta hingga 3 juta rupiah belum termasuk discount. Semula ibu saya berminat membeli salah satu tas yang ada disana,eh tapi justru saya komporin untuk membeli tas Sophie Paris yang saya pasarkan...whehehe....or mendingan beli emas aja dah,Bu, supaya bisa diwarisin ke kami nanti..whihihihihi....*dikutukjadibatu.com, Malin Kundang aja gak gini-gini banget. Perjalanan dari Metro berlanjut ke showroom Zara sambil melirik-lirik aneka showroom brand, seperti LV dan sejenisnya (baca : merek “menengah keatas”). Di showroom Zara saya sempat mupeng dengan beberapa dress. Bahannya itu looooh, nyaman banget kalau untuk witness Interviewer saya ke responden! Sorry dah kalau cuma buat gaya-gaya-an di kantor. Buat apa tampil modis kalau harus “sadis” terhadap diri ndiri?! Justru kalau kerja di lapangan dress yang kita kenakan sebaiknya yang nyaman.
Galuh membeli 2 t-shirt di showroom Zara, dan dikomentarin oleh ibu,”Kaos seperti itu di (pasar kaget) Pacuan Kuda pagi2 harganya limabelas ribu dapet dua.” Bwahahaha....Galuh nyengir kuda dah kaos Zara-nya disama’in sama yang di Pasar Kaget. Dosqi “bela diri” bahwa bahannya berbeda dengan yang murah, dan dia suka dengan bahan seperti itu (baca : kaos Zara). Saya mah santai aja nyahutin,”Aku dulu kaos Esprit, Beneton, Guess,Naf Naf aku pakai untuk tidur. Original loh.”. Hhmmm..emang “surga” banget deh dulu, bahkan kakak saya yang di Belanda pernah ngirim produk ber-brand hingga berkoper-koper!!! Saya sih cuek aja memakainya, lah parfum original Chanel No.5 aja saya pakai untuk senam pagi...hihihi...”norak” gak seeeh????
Dalam urusan belanja ibu saya dan bapak saya memang “berbeda”. Bapak saya selalu membeli produk dengan brand kelas premium, sedangkan ibu saya gak terlalu peduli dengan brand (kecuali untuk parfum, yang harus beli di luar negeri , brand tertentu dan asli!).
Dari Zara Plaza Senayan kami menyeberang ke Senayan City. Melintasi beberapa toko bermerk, diantaranya Botega yang memajang produk aneka tas yang sempat saya komentarin,”Seperti motif tikar dikasih warna!” Huiiii...pengrajin Indonesia, tingkatkan mutu produk kalian menjadi kwalitas premium dan ciptakan brand kalian! (Belajar deh ke Hermawan Kartajaya ;-D).
Sampailah kami di Debenhams, department import yang jadi favorit pembelanja di Indonesia. Mbak Yoen bolak balik mematutkan diri di cermin dengan tas – tas yang akan dibelinya. Menurut Galuh, emaknya udah bolak balik ke Dabenham untuk nyobain tas yang ditaksirnya itu. Akhirnya terbawa juga satu tas merk Bonia ke kasir, yang pastinya langsung dibayar dengan kartu kredit oleh Mbak Yoen.
Dari Debenham, kami menuju ke lantai atas. Cari makan. Masuklah kami ke Urban Kitchen. Btw saya udah lama juga ya gak ke Urban Kitchen ini, terakhir waktu ketemuan dengan Rinaldi, Pak Aswin, Dani dan Hendra untuk merancang acara penerbangan. Di Urban Kitchen saya memilih makanan Thailand di Thai by Sup Sip. Pelayanannya payah, saya nunjuk makanan eh tanpa melihat pelayannya bilang kalau itu adalah mie apa gituuuuhhh...padahal udah jelas makanan tersebut gak ada mie-nya! Sampai 3x tuh pelayan cewek salah nyebutin nama makanan yang saya tunjuk tanpa mau melihat dulu apa yang saya tunjuk! Huh!
Di tengah keasyikan menikmati makanan saya mengisi form promo yang tadi diberikan kasier Debenhams, undian dapet sepatu “bermerk” dan produk Lancome. Untuk promo Lancome-nya gak jadi kami pakai karena Galuh yang mau nuker harus didandanin dulu, katanya sih supaya ngerasa sensasinya pakai produk tersebut. Laaah, anak umur 20-an kok disuruh nyoba produk untuk orang dewasa. Merek ini justru dulu jadi salah satu favorit ibu saya, tapi sekarang ibu saya jarang pakai kosmetik yang selevel dengan produk tersebut. Kata ibu, kalau pakai kosmetik atau perawatan yang mahal sekarang bikin kulit ibu saya berminyak. Hebat yeee emak gue, usia 70-an aja masih lembab kulitnya....
Sebelum Maghrib kami-pun pulang. Menyeberang ke Plasa Senayan lagi – tempat Altis terparkir. Hhhmmm....olah raga jalan kaki di Senayan sekarang agak sulit ya? Yang ada “olah raga” mata menyaksikan barang branded, menyebrang antara SenCy dan Plasa Senayan aja kita udah kewalahan melihat laju kencangnya kendaraan!