Saya memiliki
keinginan untuk berkunjung ke Hua Hin
Thailand. Alhamdulillah akhirnya keinginan tersebut mewujud pada tanggal 5 - 6 Oktober 2019.
Pagi itu kami dijemput
Afee – cowok Thailand yang sudah cakap bahasa Indonesia dengan van yang
disopiri oleh driver Thailand yang
sepertinya hanya bisa berbahasa Siam. Van ini semacam shuttle atau ‘travel car’
di Indonesia. Saya tidak memperhatikan brand kendaraan tersebut, namun dengan
kapasitas yang cukup banyak hanya kami berdua, Afee dan driver yang menaiki van tersebut. Pukul 8 seusai
sarapan di Tomson Hotel Huamark Bangkok, van langsung melaju ke Hua Hin. Saya
cukup menikmati perjalanan pagi itu, dan sempat tertidur karena semalam kami
memanfaatkan waktu makan malam di Asiatique
Waterfront Bangkok.
Tak terasa hampir 3 jam perjalanan, sampailah di Hua Hin. Tampak beberapa tempat wisata baru sepanjang jalan saat memasuki kawasan Hua Hin. Tujuan pertama kami adalah Santorini Park. Sebenarnya keinginan utama saya ke Hua Hin memang ke Santorini Park sih, karena saya pecinta theme park di seluruh dunia...hehehe....
Tak terasa hampir 3 jam perjalanan, sampailah di Hua Hin. Tampak beberapa tempat wisata baru sepanjang jalan saat memasuki kawasan Hua Hin. Tujuan pertama kami adalah Santorini Park. Sebenarnya keinginan utama saya ke Hua Hin memang ke Santorini Park sih, karena saya pecinta theme park di seluruh dunia...hehehe....
SANTORINI PARK, Miniatur ala Santorini Yunani
Kami bertiga di drop di pintu
masuk. Sementara Afee membeli tiket masuk, saya dan Jeng Erny berfoto ria deh!
Saat tiket masuk diberikan Afee mewanti-wanti agar kami sudah selesai pada
pukul 12.30 untuk makan siang dan melanjutkan plesiran kami. Waaah, saya
langsung nawar minta perpanjangan waktu dooong....Lumayanlah walaupun hanya
dikasih perpanjangan setengah jam karena masih beberapa tempat yang harus kami
singgahi.
Tanpa banyak komentar kami berdua
berfoto-foto ria di taman wisata yang ceritanya merupakan miniatur Santorini di
Yunani sana deh! Hahaha.... Santorini Park Hua Hin ini berderet toko-toko, jadi
ya ini sederetan toko/ruko yang didesain ala Santorini, khususnya dalam
pemberian warnanya.
Menurut saya
lokasinya tidak terlalu besar, pantesan saja Afee memberi waktu tak lama kepada
kami. Selain berfoto ria, saya membeli magnet kulkas bertuliskan Santorini Park
di Iyara Oriental. Relatif terjangkau kok, hanya 25 bath masih dapat bonus
postcard. Kenapa komen yang saya baca mengatakan bahwa harga-harga di sini
mahal-mahal yach?!
Souvenir lainnya juga harganya relatif terjangkau, karena
waktu yang tidak banyak saja akhirnya saya nggak banyak berbelanja disini. Dari
tiket yang dibeli, kami diperbolehkan memilih 1 wahana permainan dari beberapa
yang ada (Hanya ada 1 wahana yang harus beli tiket ekstra). Saya sih pilih naik
ferris wheel dong, khan yang memang menjadi icon theme park ini. Belum lagi puas
bermain, kami harus meninggalkan Santorini Park. See You, Santorini Park....sampai
jumpa, Insya Allah suatu saat kukembali...
THE VENEZIA, Taman Wisata ala Venice Italia
Sekitar 30 menit kemudian kami
telah tiba di depan The Venezia.
Saya agak terpana, kenapa gue malah inget perumahan-perumahan di Cibubur macem
Kota Wisata, Legenda Wisata, Ciputra World, dan lainnya yach?! Hahaha....
Kami-pun turun dari van lalu masuk ke ruang semacam lobby, souvenir shop, photoboth.
Front office masuk yang memang seperti perpaduan lobby hotel dan marketing
office property superblock di Jabotabek...hehehe. Lagi-lagi Afee yang mengurus “tiket
masuk” taman wisata yang juga pusat perbelanjaan . Tapi kali ini Afee mengajak ke restaurant yang berada di sana. Kami berdua telah disediakan tempat dan
dipersilakan duduk. Menunggu makanan yang tersedia dan telah dipesankan. Kita
berdua sih pasrah aja deh mau dipesanin apa, asalkan yang halal dan khas
Thailand. Beruntung dari 3 jenis makanan yang datang kami suka semua. Yg sayur
disukai Jeng Erny, Ayam kami berdua suka, Tom Yum Seafood-nya mantap buat saya,
disajikan di tungku api alumunium yang panas banget dan terpaksa saya minta
waiter-nya mematikan api tersebut. Afee dan driver duduk di meja terpisah di
seberang kami, awalnya kami ingin mengajak Afee duduk di tempat kami, tetapi
saya pikir barangkali SOP-nya yang memisahkan kami dengan dia. Khan dia sedang
bekerja loh, bukan piknik...hihihi
Setelah selesai makan Afee
mempersilakan kami bermain dan memberitahukan bahwa berbagai wahana berbayar
dapat ia belikan tiketnya jika ada yang berminat. Tak lupa saya menanyakan mushola
ke Afee dan ditanyakan ke petugas yang ada disana. Alhamdulillah, ternyata ada
mushola...yeaaayyy...
Jeng Erny masih “jetlag” akibat
naik kincir di Santorini Park...hahaha, ternyata dia takut ketinggian dan
kincir termasuk dianggap tinggi olehnya! Jadi dia nggak berminat menikmati
wahana berbayar di The Venezia. Saya shalat Dzuhur dulu deh di mushola.
Alhamdulillah cukup luas dan bersih, sayangnya tidak tersedia mukena.
Seusai shalat saya berpikir untuk naik gondola. Sudah sampai disini mosoq sih nggak mencoba sesuatu khas-nya?! Saya telpon Afee dan mengatakan,”Aku mau naik Gondola, Fee. Kamu dimana?” Ternyata dia duduk di depan restaurant tempat kami makan tadi, depan tempat Gondola Ride. Saya langsung ke tempatnya. Saat mau memberikan uang kepadanya saya sempat bingung karena tidak melihat lembaran 1000 Bath di dompet.
“Disini ada money changer,Fee? Atau bisa pakai US Dollar? Kartu kredit?” Tanya saya ke Afee yang memandang prihatin. Sedangkan tangan saya dengan sengaknya mengeluarkan lembaran bath yang tidak mencapai 250 Bath, 100 US Dollar dan beberapa lembar ratusan ribu rupiah.
Prasangka saya, saya memberikan uang 1000 Bath ke kasir toko untuk membayar magnet kulkas tetapi kasir mengembalikannya dengan uang yang dikiranya 100 Bath! Untungnya tak lama kemudian saya menemukan lembaran 1000 Bath di dompet lainnya – diselipan puluhan ratusan ribu rupiah dan beberapa lembar bath yang warnanya juga merah. Pyuuuh, lega deh! Saya sodorkan lembaran 1000 Bath ke Afee, sekalian “mecah” uang. Nggak jadi pakek uangnya Afee...hehehe, awalnya dia nawarin menggunakan uangnya terlebih dahulu. No, nggak akan saya biarkan diri ini untuk berhutang piutang walaupun dalam waktu sebentar pelunasannya! Malu-malu’in nusa dan bangsa deh kalau daku sampai hutang ke dia...hahaha...
Tak lama setelah menerima uang ,Afee kembali membawa selembar kertas, tiket Gondola Ride untuk saya. Saya berpesan ke Jeng Erny untuk memotret saat saya berada di Gondola. Tetapi apa daya, Jeng Erny kepanasan dan masih “jetlag” karena feeris wheel di Santorini Park tadi...hahaha...hal ini membuat hasil foto tidak maksimal. Ah, baru belakangan saya mengetahui bahwa Afee juga pintar memotret, kalau saya tahunya dari awal mah bisa-bisa dia sekalian saya jadi’in fotografer selama di sana.Sungai buatan ala Venesia-nya tidak terlalu jauh. Cuma pulang pergi aja gituh. Singkat sekali, tetapi oke deh – at least saya sudah bergondola ria di The Venezia Hua Hin yang memang mengambil konsep negeri Venesia. Selesai bergondola ria, Afee langsung mengajak kami kembali ke van. Saat sudah berada di depan, saya mengatakan ke Afee bahwa saya berniat membeli tempelan kulkas bertuliskan nama tempat wisata ini. Saat Afee menanyakan ke SPG-SPG di souvenir shop, mereka menjawab tidak ada. Aduuuh, kenapa nggak ada sih, padahal souvenir disana lucu-lucu loh! Jeng Erny sempat membeli t-shirt disana saat saya sedang shalat.
Seusai shalat saya berpikir untuk naik gondola. Sudah sampai disini mosoq sih nggak mencoba sesuatu khas-nya?! Saya telpon Afee dan mengatakan,”Aku mau naik Gondola, Fee. Kamu dimana?” Ternyata dia duduk di depan restaurant tempat kami makan tadi, depan tempat Gondola Ride. Saya langsung ke tempatnya. Saat mau memberikan uang kepadanya saya sempat bingung karena tidak melihat lembaran 1000 Bath di dompet.
“Disini ada money changer,Fee? Atau bisa pakai US Dollar? Kartu kredit?” Tanya saya ke Afee yang memandang prihatin. Sedangkan tangan saya dengan sengaknya mengeluarkan lembaran bath yang tidak mencapai 250 Bath, 100 US Dollar dan beberapa lembar ratusan ribu rupiah.
Prasangka saya, saya memberikan uang 1000 Bath ke kasir toko untuk membayar magnet kulkas tetapi kasir mengembalikannya dengan uang yang dikiranya 100 Bath! Untungnya tak lama kemudian saya menemukan lembaran 1000 Bath di dompet lainnya – diselipan puluhan ratusan ribu rupiah dan beberapa lembar bath yang warnanya juga merah. Pyuuuh, lega deh! Saya sodorkan lembaran 1000 Bath ke Afee, sekalian “mecah” uang. Nggak jadi pakek uangnya Afee...hehehe, awalnya dia nawarin menggunakan uangnya terlebih dahulu. No, nggak akan saya biarkan diri ini untuk berhutang piutang walaupun dalam waktu sebentar pelunasannya! Malu-malu’in nusa dan bangsa deh kalau daku sampai hutang ke dia...hahaha...
"Front office" The Venezia |
Tak lama setelah menerima uang ,Afee kembali membawa selembar kertas, tiket Gondola Ride untuk saya. Saya berpesan ke Jeng Erny untuk memotret saat saya berada di Gondola. Tetapi apa daya, Jeng Erny kepanasan dan masih “jetlag” karena feeris wheel di Santorini Park tadi...hahaha...hal ini membuat hasil foto tidak maksimal. Ah, baru belakangan saya mengetahui bahwa Afee juga pintar memotret, kalau saya tahunya dari awal mah bisa-bisa dia sekalian saya jadi’in fotografer selama di sana.Sungai buatan ala Venesia-nya tidak terlalu jauh. Cuma pulang pergi aja gituh. Singkat sekali, tetapi oke deh – at least saya sudah bergondola ria di The Venezia Hua Hin yang memang mengambil konsep negeri Venesia. Selesai bergondola ria, Afee langsung mengajak kami kembali ke van. Saat sudah berada di depan, saya mengatakan ke Afee bahwa saya berniat membeli tempelan kulkas bertuliskan nama tempat wisata ini. Saat Afee menanyakan ke SPG-SPG di souvenir shop, mereka menjawab tidak ada. Aduuuh, kenapa nggak ada sih, padahal souvenir disana lucu-lucu loh! Jeng Erny sempat membeli t-shirt disana saat saya sedang shalat.
Wat Huay Mongkol Temple
Perjalanan
dari sini ke Wat Huay Mongkol berapa lama,Fee?” tanya saya begitu van keluar dari
parkiran The Venezia. Pertanyaan tersebut dijawab Afee dengan “30 menit”.
Hhhmmm lumayan jauh dong ya dengan kondisi jalan lancar seperti sekarang?
Perjalanan
ke Wat
Huay Mongkol Temple melewati jalan besar seperti di pedesaan. Suasana
mirip seperti di kota kabupaten di Indonesia. Berada 15 kilometer sebelah barat
Hua Hin, kawasan Wat Huay Mongkol terlihat jelas dengan patung salah satu biksu
bernama Luang Phor Thua setinggi 12 meter dengan lebar 10 meter. Tauk nggak
jawaban Afee waktu saya tanya kita mau lihat apa di Mongkol ini? Mosoq dia
jawab di Mongkol kita mau lihat patung Budha. Yaa daku tanya lagi, patung Budha
yang mana. Maksudnya khan patung Budha ada berbagai macam di Thailand. Saya
juga masih terbayang patung Budha yang berada di dalam akar pohon, trus ada
juga patung Budha tidur, dll. Eh Afee malah menunjukkan foto Budha yang berada
di dekat kaca mobil,”Ini Budha.” Yaa Ampuuun, Fee....gue tauk itu Budha, dan
sepengetahuan gue di Wat Huay Mongkol bukan patung Budha deh. Ah dasar Afee,
biar cepet aja kali ya njawabnya....hahaha....
Sampai
di lokasi, banyak orang telah berada di dekat patung besar Luang Phor Thua.
Kami jadi “salah tingkah” deh karena saat ingin berfoto banyak yang sedang
berdoa.
Saya dan Jeng Erny langsung ke bangunan temple emas di depannya yang tampak sepi. Berfoto disana dan kemudian ke patung di depannya yang kami lihat banyak terlihat patung ayam. Di sekitar patung-patung ayam itu banyak juga yang berdoa, dan bahkan beberapa diantaranya tersenyum ramah ke saya dan mengucapkan sesuatu seperti mengajak doa bersama. Saya hanya membalas senyum dan menganggukkan kepala, mempersilakan mereka berdoa. Melihat Afee yang sedang duduk di bangku dekat situ saya menghampirinya,”Fee, itu ayam-ayam kenapa banyak patungnya gitu?” Ooo ternyata patung sosok di tengah ayam-ayam itu adalah Raja Thailand ke-5 yang sangat gemar memelihara banyak ayam.
Saya jadi
mengira bahwa ayam Bangkok yang terkenal itu barangkali karena beliau ini. Kata
Afee sejak Raja Thailand ke-5 ini bertahta maka negeri Thailand mulai ada
kemajuan, oleh karena itu beliau sangat dicintai oleh rakyatnya. Ah tapi emang
rakyat Thailand begitu mencintai raja mereka kok....Salut dah daku dengan hal
ini!
Saya dan Jeng Erny langsung ke bangunan temple emas di depannya yang tampak sepi. Berfoto disana dan kemudian ke patung di depannya yang kami lihat banyak terlihat patung ayam. Di sekitar patung-patung ayam itu banyak juga yang berdoa, dan bahkan beberapa diantaranya tersenyum ramah ke saya dan mengucapkan sesuatu seperti mengajak doa bersama. Saya hanya membalas senyum dan menganggukkan kepala, mempersilakan mereka berdoa. Melihat Afee yang sedang duduk di bangku dekat situ saya menghampirinya,”Fee, itu ayam-ayam kenapa banyak patungnya gitu?” Ooo ternyata patung sosok di tengah ayam-ayam itu adalah Raja Thailand ke-5 yang sangat gemar memelihara banyak ayam.
Beraneka patung ayam.... |
Selesai
dari Wat Huay Mongkol Temple kami diantar ke Sam Phan Nam Floating Market
yang memiliki jarak tempuh 15 – 20 menit. Sudah menjelang sore, Afee langsung
memberi instruksi ke kami untuk naik perahu sampan yang seperti mau berjalan.
Berhubung dikatakan nanti kami diturunkan di dermaga seberang, saya minta
difoto dong....eh tetapi tukang perahunya sudah memburu kami,”Kap...kap...”
ujarnya seperti nggak sabar. Waktu kami diturunkan kembali ke dermaga asal kami
naik, saya dan Jeng Erny langsung ketawa ngakak,”Pantesan aja nih tukang perahu
ngomel-ngomel, lah ntar kita juga dibalikinnya kesini, ngapain nungguin kita
berfoto-foto dulu?”
Saat
mau turun dari perahu, 2 cowok di perahu yang terlebih dahulu naik tiba-tiba
mengatakan sesuatu ke kami dalam bahasa Melayu (tapi saya nggak ingat dia
mengatakan apa). Hah, ternyata mereka sepertinya orang Malaysia! Berarti dia
ngerti dong omongan yang kita ocehin selama di perahu? Hahaha...untungnya cuma
ngomongin si tukang perahu dan beberapa pikiran kocak kami. Bisa kebalik di
tengah danau kali deh tuh perahu kalau kami ngomongin mereka.
Sebelum
kembali ke van, kami berjalan
mengelilingi floating market yang hampir tutup. Kami berdua membeli minuman
dingin seharga 35 bath/cup dan saya membeli kacamata fashion yang keren plus
murah meriah, 100 bath saja! Di ITC Jakarta aja yang model gini bisa 250
ribu-an, Paduka! Lumayaaan...bisa buat mejeng di liburan berikutnya setelah
ganti lensa atau didobelin contact lens.
Check in Hotel dan Hua Hin Night Market
Vanm ke tengah kota. Saya menyaksikan di kanan kiri jalan yang kami lewati
banyak hotel dan resort berbintang 3 – 5 dari berbagai management hotel
terkenal dunia. Saya manggut-manggut sanggup membayangkan postingan-postingan
beberapa Instagramer Thailand yang saya follow. Mereka orang-orang Thailand yang
biasa berlibur dengan luxury travel style namun gak glamour ala trilyuner.
Mereka biasa di business/first/executive class jika melakukan penerbangan,
tetapi tidak menggunakan jet pribadi. Yup, saya yang beberapa tahun lalu
memiliki impian memiliki pesawat terbang pribadi kini tidak lagi memiliki
impian tersebut karena saya cinta bumi. Nanti kalau saya dihujat netizen karena
dianggap tidak cinta lingkungan gimana dong? Seperti pangeran Hari dari Inggris
tuh yang dibully karena naik jet pribadi! Aku khan macam Leonardo di Caprio
yang cinta lingkungan.....plis, An, ngacak deh! Eh real iniiih...khan lagi
ngomongin holiday style nih, balik
lagi ke topik hotel, bahwa tadi saya mau mengatakan bahwa orang-orang yang saya
follow itu menginapnya di hotel-hotel yang saya lewati itu. Awalnya saya
berpikir hotel-hotel tersebut dekat dengan Santorini Park...oooh ternyata Hua
Hin itu luas yaa, se-kabupaten kata Afee. Entah seukuran kabupaten mana kalau
di Indonesia...hihihihi...
Di pusat kota Hua Hin kami diantar ke City Beach Resort. Check in,
istirahat sejenak dan pukul 7 kami janjian di lobby dengan Afee untuk ke Hua
Hin Night Market sekalian makan malam. Jeda sore itu Jeng Erny sempat berenang
di kolam renang hotel kami yang berada di lantai 2 dekat restaurant hotel.
Sedangkan saya ngga membawa pakaian renang walaupun kepikiran juga mau bawa
pakaian renang dari Jakarta. Berada di hotel ini beserta sekitarnya, saya jadi
teringat sedang berada di Sanur Bali. Atmosfer hotelnya seperti hotel
berbintang pertama di Sanur yang ketika kecil saya inapi disana bersama
keluarga, juga seperti hotel berbintang 5 di Nusa Dua yang saya inapi 7 tahun
lalu.
Jam
7 Afee telah menunggu di lobby hotel saat kami turun.Tetapi kali ini
tiba-tiba Afee menyodorkan uang beberapa ratus bath kepada saya dan mengatakan
bahwa itu adalah uang makan kami. Katanya biar leluasa milih makan malamnya.
Lah kami berdua terbengong-bengong dong ya menerima uang tersebut. Termasuknya
banyak kalau untuk makan di pasar, karena hitungannya standard kami di sana adalah makan di hotel berbintang 3 – 4
atau restaurant standard turis asing. Dalam perjalanan menuju Hua Hin Night
Market, kami ditanya apakah ingin ditunggu oleh mobil atau mau jalan kaki ke
hotel. Jika ditunggu dan diantar driver kembali ke hotel maka waktunya mereka
batasi. Kami berdua memilih berjalan kaki agar lebih leluasa dan nggak
cari-carian. Toch jarak pasar malam dan hotel relatif dekat. Sekalian ingin
menikmati jalan kaki di kota Hua Hin malam hari. Ternyata pilihan kami nggak
salah kok, jalan kaki di malam hari di sana sungguh asyik. Malah bisa foto-foto
di pinggir jalan.
Di
Hua
Hin Night Market kami makan di street food halal yang diberitahu oleh
Afee. Penjualnya sepasang suami istri asal Songkhla. Si suami juga dapat
berkomunikasi dengan bahasa Melayu, sedangkan istrinya yang berjilbab hanya
dapat berbahasa Siam dan sedikit bahasa Inggris. Saya memesan Tom Yum Seafood dan Es Teh Tawar. Dengan
seafood yang lumayan banyak plus rasa yang pas harga seporsi Tom Yum adalah 40
bath. Aiiih, untung banyak dah gue dari selisih uang makan
malam...hahaha....Selanjutnya kami berdua membeli Manggo Sticky Rice di tempat yang berbeda.
Mengunjungi
Hua Hin Night Market saya merasakan suasana seperti berkunjung di Pasar Semawis
Pecinan Semarang. Yang bikin nyaman, Hua Hin Night Market kios-kios makanannya
banyak mencantumkan keterangan bahwa makanan/minuman yang mereka jual halal
atau no pork no lard. Di sana kebersihannya juga lebih terjaga. Jeng Erny
sempat ke toilet, dan dia katakan toiletnya bersih dengan membayar hanya 3
bath.
Sayangnya
hanya semalam kami di Hua Hin, keesokan pagi setelah makan pagi, pukul 9 Afee
dan driver menjemput kami di hotel. Check out, kami kembali ke Bangkok.
See
You, Hua Hin – kota liburan favorit keluarga kerajaan Thailand....
No comments:
Post a Comment