Saturday 19 October 2019

Wisata Semalam di Hua Hin Thailand

Saya memiliki keinginan untuk berkunjung ke Hua Hin Thailand. Alhamdulillah akhirnya keinginan tersebut mewujud pada tanggal 5 - 6 Oktober 2019.

Hua Hin terletak sekitar 200 kilometer Selatan Bangkok, merupakan salah 1 dari 8 distrik di Provinsi Prachuap Khiri Khan. Kota wisata pantai terkenal di bagian utara Semenanjung Malaysia.

Pagi itu kami dijemput Afee – cowok Thailand yang sudah cakap bahasa Indonesia dengan van yang disopiri oleh driver Thailand yang sepertinya hanya bisa berbahasa Siam. Van ini semacam shuttle atau ‘travel car’ di Indonesia. Saya tidak memperhatikan brand kendaraan tersebut, namun dengan kapasitas yang cukup banyak hanya kami berdua, Afee dan driver  yang menaiki van tersebut. Pukul 8 seusai sarapan di Tomson Hotel Huamark Bangkok, van langsung melaju ke Hua Hin. Saya cukup menikmati perjalanan pagi itu, dan sempat tertidur karena semalam kami memanfaatkan waktu makan malam di Asiatique Waterfront Bangkok.
Tak terasa hampir 3 jam perjalanan, sampailah di Hua Hin. Tampak beberapa tempat wisata baru sepanjang jalan saat memasuki kawasan Hua Hin. Tujuan pertama kami adalah Santorini Park. Sebenarnya keinginan utama saya ke Hua Hin memang ke Santorini Park sih, karena saya pecinta theme park di seluruh dunia...hehehe....


SANTORINI PARK, Miniatur ala Santorini Yunani
Kami bertiga di drop di pintu masuk. Sementara Afee membeli tiket masuk, saya dan Jeng Erny berfoto ria deh! Saat tiket masuk diberikan Afee mewanti-wanti agar kami sudah selesai pada pukul 12.30 untuk makan siang dan melanjutkan plesiran kami. Waaah, saya langsung nawar minta perpanjangan waktu dooong....Lumayanlah walaupun hanya dikasih perpanjangan setengah jam karena masih beberapa tempat yang harus kami singgahi.


Tanpa banyak komentar kami berdua berfoto-foto ria di taman wisata yang ceritanya merupakan miniatur Santorini di Yunani sana deh! Hahaha.... Santorini Park Hua Hin ini berderet toko-toko, jadi ya ini sederetan toko/ruko yang didesain ala Santorini, khususnya dalam pemberian warnanya.



Menurut saya lokasinya tidak terlalu besar, pantesan saja Afee memberi waktu tak lama kepada kami. Selain berfoto ria, saya membeli magnet kulkas bertuliskan Santorini Park di Iyara Oriental. Relatif terjangkau kok, hanya 25 bath masih dapat bonus postcard. Kenapa komen yang saya baca mengatakan bahwa harga-harga di sini mahal-mahal yach?! 

Souvenir lainnya juga harganya relatif terjangkau, karena waktu yang tidak banyak saja akhirnya saya nggak banyak berbelanja disini. Dari tiket yang dibeli, kami diperbolehkan memilih 1 wahana permainan dari beberapa yang ada (Hanya ada 1 wahana yang harus beli tiket ekstra). Saya sih pilih naik ferris wheel  dong, khan yang memang menjadi icon theme park ini. Belum lagi puas bermain, kami harus meninggalkan Santorini Park. See You, Santorini Park....sampai jumpa, Insya Allah suatu saat kukembali...




THE VENEZIA, Taman Wisata ala Venice Italia
Sekitar 30 menit kemudian kami telah tiba di depan The Venezia. Saya agak terpana, kenapa gue malah inget perumahan-perumahan di Cibubur macem Kota Wisata, Legenda Wisata, Ciputra World, dan lainnya yach?! Hahaha.... Kami-pun turun dari van lalu masuk ke ruang semacam lobby, souvenir shop, photoboth. Front office masuk yang memang seperti perpaduan lobby hotel dan marketing office property superblock di Jabotabek...hehehe. Lagi-lagi Afee yang mengurus “tiket masuk” taman wisata yang juga pusat perbelanjaan . Tapi kali ini Afee mengajak ke restaurant yang berada di sana. Kami berdua telah disediakan tempat dan dipersilakan duduk. Menunggu makanan yang tersedia dan telah dipesankan. Kita berdua sih pasrah aja deh mau dipesanin apa, asalkan yang halal dan khas Thailand. Beruntung dari 3 jenis makanan yang datang kami suka semua. Yg sayur disukai Jeng Erny, Ayam kami berdua suka, Tom Yum Seafood-nya mantap buat saya, disajikan di tungku api alumunium yang panas banget dan terpaksa saya minta waiter-nya mematikan api tersebut. Afee dan driver duduk di meja terpisah di seberang kami, awalnya kami ingin mengajak Afee duduk di tempat kami, tetapi saya pikir barangkali SOP-nya yang memisahkan kami dengan dia. Khan dia sedang bekerja loh, bukan piknik...hihihi

Setelah selesai makan Afee mempersilakan kami bermain dan memberitahukan bahwa berbagai wahana berbayar dapat ia belikan tiketnya jika ada yang berminat. Tak lupa saya menanyakan mushola ke Afee dan ditanyakan ke petugas yang ada disana. Alhamdulillah, ternyata ada mushola...yeaaayyy...
Jeng Erny masih “jetlag” akibat naik kincir di Santorini Park...hahaha, ternyata dia takut ketinggian dan kincir termasuk dianggap tinggi olehnya! Jadi dia nggak berminat menikmati wahana berbayar di The Venezia. Saya shalat Dzuhur dulu deh di mushola. Alhamdulillah cukup luas dan bersih, sayangnya tidak tersedia mukena.


Seusai shalat saya berpikir untuk naik gondola. Sudah sampai disini mosoq sih nggak mencoba sesuatu khas-nya?! Saya telpon Afee dan mengatakan,”Aku mau naik Gondola, Fee. Kamu dimana?” Ternyata dia duduk di depan restaurant tempat kami makan tadi, depan tempat Gondola Ride. Saya langsung ke tempatnya. Saat mau memberikan uang kepadanya saya sempat bingung karena tidak melihat lembaran 1000 Bath di dompet.
“Disini ada money changer,Fee? Atau bisa pakai US Dollar? Kartu kredit?” Tanya saya ke Afee yang memandang prihatin. Sedangkan tangan saya dengan sengaknya mengeluarkan lembaran bath yang tidak mencapai 250 Bath, 100 US Dollar dan beberapa lembar ratusan ribu rupiah.
Prasangka saya, saya memberikan uang 1000 Bath ke kasir toko untuk membayar magnet kulkas tetapi kasir mengembalikannya dengan uang yang dikiranya 100 Bath! Untungnya tak lama kemudian saya menemukan lembaran 1000 Bath di dompet  lainnya – diselipan puluhan ratusan ribu rupiah dan beberapa lembar bath yang warnanya juga merah. Pyuuuh, lega deh! Saya sodorkan lembaran 1000 Bath ke Afee, sekalian “mecah” uang. Nggak jadi pakek uangnya Afee...hehehe, awalnya dia nawarin menggunakan uangnya terlebih dahulu. No, nggak akan saya biarkan diri ini untuk berhutang piutang walaupun dalam waktu sebentar pelunasannya! Malu-malu’in nusa dan bangsa deh kalau daku sampai hutang ke dia...hahaha...

"Front office" The Venezia 

Tak lama setelah menerima uang ,Afee kembali membawa selembar kertas, tiket Gondola Ride untuk saya. Saya berpesan ke Jeng Erny untuk memotret saat saya berada di Gondola. Tetapi apa daya, Jeng Erny kepanasan dan masih “jetlag” karena feeris wheel di Santorini Park tadi...hahaha...hal ini membuat hasil foto tidak maksimal. Ah, baru belakangan saya mengetahui bahwa Afee juga pintar memotret, kalau saya tahunya dari awal mah bisa-bisa dia sekalian saya jadi’in fotografer selama di sana.Sungai buatan ala Venesia-nya tidak terlalu jauh. Cuma pulang pergi aja gituh. Singkat sekali, tetapi oke deh – at least saya sudah bergondola ria di The Venezia Hua Hin yang memang mengambil konsep negeri  Venesia. Selesai bergondola ria, Afee langsung mengajak kami kembali ke van. Saat sudah berada di depan, saya mengatakan ke Afee bahwa saya berniat membeli tempelan kulkas bertuliskan nama tempat wisata ini. Saat Afee menanyakan ke SPG-SPG di souvenir shop, mereka menjawab tidak ada. Aduuuh, kenapa nggak ada sih, padahal souvenir disana lucu-lucu loh! Jeng Erny sempat membeli t-shirt disana saat saya sedang shalat.


Wat Huay Mongkol Temple
Perjalanan dari sini ke Wat Huay Mongkol berapa lama,Fee?” tanya saya begitu van keluar dari parkiran The Venezia. Pertanyaan tersebut dijawab Afee dengan “30 menit”. Hhhmmm lumayan jauh dong ya dengan kondisi jalan lancar seperti sekarang?
Perjalanan ke Wat Huay Mongkol Temple melewati jalan besar seperti di pedesaan. Suasana mirip seperti di kota kabupaten di Indonesia. Berada 15 kilometer sebelah barat Hua Hin, kawasan Wat Huay Mongkol terlihat jelas dengan patung salah satu biksu bernama Luang Phor Thua setinggi 12 meter dengan lebar 10 meter. Tauk nggak jawaban Afee waktu saya tanya kita mau lihat apa di Mongkol ini? Mosoq dia jawab di Mongkol kita mau lihat patung Budha. Yaa daku tanya lagi, patung Budha yang mana. Maksudnya khan patung Budha ada berbagai macam di Thailand. Saya juga masih terbayang patung Budha yang berada di dalam akar pohon, trus ada juga patung Budha tidur, dll. Eh Afee malah menunjukkan foto Budha yang berada di dekat kaca mobil,”Ini Budha.” Yaa Ampuuun, Fee....gue tauk itu Budha, dan sepengetahuan gue di Wat Huay Mongkol bukan patung Budha deh. Ah dasar Afee, biar cepet aja kali ya njawabnya....hahaha....
Sampai di lokasi, banyak orang telah berada di dekat patung besar Luang Phor Thua. Kami jadi “salah tingkah” deh karena saat ingin berfoto banyak yang sedang berdoa.



Saya dan Jeng Erny langsung ke bangunan temple emas di depannya yang tampak sepi. Berfoto disana dan kemudian ke patung di depannya yang kami lihat banyak terlihat patung ayam. Di sekitar patung-patung ayam itu banyak juga yang berdoa, dan bahkan beberapa diantaranya tersenyum ramah ke saya dan mengucapkan sesuatu seperti mengajak doa bersama. Saya hanya membalas senyum dan menganggukkan kepala, mempersilakan mereka berdoa. Melihat Afee yang sedang duduk di bangku dekat situ saya menghampirinya,”Fee, itu ayam-ayam kenapa banyak patungnya gitu?” Ooo ternyata patung sosok di tengah ayam-ayam itu adalah Raja Thailand ke-5 yang sangat gemar memelihara banyak ayam.

Beraneka patung ayam....
Saya jadi mengira bahwa ayam Bangkok yang terkenal itu barangkali karena beliau ini. Kata Afee sejak Raja Thailand ke-5 ini bertahta maka negeri Thailand mulai ada kemajuan, oleh karena itu beliau sangat dicintai oleh rakyatnya. Ah tapi emang rakyat Thailand begitu mencintai raja mereka kok....Salut dah daku dengan hal ini!

Sam Phan Nam  Floating Market

Selesai dari Wat Huay Mongkol Temple kami diantar ke Sam Phan Nam Floating Market yang memiliki jarak tempuh 15 – 20 menit. Sudah menjelang sore, Afee langsung memberi instruksi ke kami untuk naik perahu sampan yang seperti mau berjalan. Berhubung dikatakan nanti kami diturunkan di dermaga seberang, saya minta difoto dong....eh tetapi tukang perahunya sudah memburu kami,”Kap...kap...” ujarnya seperti nggak sabar. Waktu kami diturunkan kembali ke dermaga asal kami naik, saya dan Jeng Erny langsung ketawa ngakak,”Pantesan aja nih tukang perahu ngomel-ngomel, lah ntar kita juga dibalikinnya kesini, ngapain nungguin kita berfoto-foto dulu?”
Saat mau turun dari perahu, 2 cowok di perahu yang terlebih dahulu naik tiba-tiba mengatakan sesuatu ke kami dalam bahasa Melayu (tapi saya nggak ingat dia mengatakan apa). Hah, ternyata mereka sepertinya orang Malaysia! Berarti dia ngerti dong omongan yang kita ocehin selama di perahu? Hahaha...untungnya cuma ngomongin si tukang perahu dan beberapa pikiran kocak kami. Bisa kebalik di tengah danau kali deh tuh perahu kalau kami ngomongin mereka.
Sebelum kembali ke van, kami  berjalan mengelilingi floating market yang hampir tutup. Kami berdua membeli minuman dingin seharga 35 bath/cup dan saya membeli kacamata fashion yang keren plus murah meriah, 100 bath saja! Di ITC Jakarta aja yang model gini bisa 250 ribu-an, Paduka! Lumayaaan...bisa buat mejeng di liburan berikutnya setelah ganti lensa atau didobelin contact lens.

Check in Hotel dan Hua Hin Night Market
Vanm ke tengah kota. Saya menyaksikan di kanan kiri jalan yang kami lewati banyak hotel dan resort berbintang 3 – 5 dari berbagai management hotel terkenal dunia. Saya manggut-manggut sanggup membayangkan postingan-postingan beberapa Instagramer Thailand yang saya follow. Mereka orang-orang Thailand yang biasa berlibur dengan luxury travel style namun gak glamour ala trilyuner. Mereka biasa di business/first/executive class jika melakukan penerbangan, tetapi tidak menggunakan jet pribadi. Yup, saya yang beberapa tahun lalu memiliki impian memiliki pesawat terbang pribadi kini tidak lagi memiliki impian tersebut karena saya cinta bumi. Nanti kalau saya dihujat netizen karena dianggap tidak cinta lingkungan gimana dong? Seperti pangeran Hari dari Inggris tuh yang dibully karena naik jet pribadi! Aku khan macam Leonardo di Caprio yang cinta lingkungan.....plis, An, ngacak deh! Eh real iniiih...khan lagi ngomongin holiday style nih, balik lagi ke topik hotel, bahwa tadi saya mau mengatakan bahwa orang-orang yang saya follow itu menginapnya di hotel-hotel yang saya lewati itu. Awalnya saya berpikir hotel-hotel tersebut dekat dengan Santorini Park...oooh ternyata Hua Hin itu luas yaa, se-kabupaten kata Afee. Entah seukuran kabupaten mana kalau di Indonesia...hihihihi...
Di pusat kota Hua Hin kami diantar ke City Beach Resort. Check in, istirahat sejenak dan pukul 7 kami janjian di lobby dengan Afee untuk ke Hua Hin Night Market sekalian makan malam. Jeda sore itu Jeng Erny sempat berenang di kolam renang hotel kami yang berada di lantai 2 dekat restaurant hotel. Sedangkan saya ngga membawa pakaian renang walaupun kepikiran juga mau bawa pakaian renang dari Jakarta. Berada di hotel ini beserta sekitarnya, saya jadi teringat sedang berada di Sanur Bali. Atmosfer hotelnya seperti hotel berbintang pertama di Sanur yang ketika kecil saya inapi disana bersama keluarga, juga seperti hotel berbintang 5 di Nusa Dua yang saya inapi 7 tahun lalu.
Jam 7 Afee telah menunggu di lobby hotel saat kami turun.Tetapi kali ini tiba-tiba Afee menyodorkan uang beberapa ratus bath kepada saya dan mengatakan bahwa itu adalah uang makan kami. Katanya biar leluasa milih makan malamnya. Lah kami berdua terbengong-bengong dong ya menerima uang tersebut. Termasuknya banyak kalau untuk makan di pasar, karena hitungannya standard kami  di sana adalah makan di hotel berbintang 3 – 4 atau restaurant standard turis asing. Dalam perjalanan menuju Hua Hin Night Market, kami ditanya apakah ingin ditunggu oleh mobil atau mau jalan kaki ke hotel. Jika ditunggu dan diantar driver kembali ke hotel maka waktunya mereka batasi. Kami berdua memilih berjalan kaki agar lebih leluasa dan nggak cari-carian. Toch jarak pasar malam dan hotel relatif dekat. Sekalian ingin menikmati jalan kaki di kota Hua Hin malam hari. Ternyata pilihan kami nggak salah kok, jalan kaki di malam hari di sana sungguh asyik. Malah bisa foto-foto di pinggir jalan.

Di Hua Hin Night Market kami makan di street food halal yang diberitahu oleh Afee. Penjualnya sepasang suami istri asal Songkhla. Si suami juga dapat berkomunikasi dengan bahasa Melayu, sedangkan istrinya yang berjilbab hanya dapat berbahasa Siam dan sedikit bahasa Inggris. Saya memesan Tom Yum Seafood dan Es Teh Tawar. Dengan seafood yang lumayan banyak plus rasa yang pas harga seporsi Tom Yum adalah 40 bath. Aiiih, untung banyak dah gue dari selisih uang makan malam...hahaha....Selanjutnya kami berdua membeli Manggo Sticky Rice di tempat yang berbeda.
Mengunjungi Hua Hin Night Market saya merasakan suasana seperti berkunjung di Pasar Semawis Pecinan Semarang. Yang bikin nyaman, Hua Hin Night Market kios-kios makanannya banyak mencantumkan keterangan bahwa makanan/minuman yang mereka jual halal atau no pork no lard. Di sana kebersihannya juga lebih terjaga. Jeng Erny sempat ke toilet, dan dia katakan toiletnya bersih dengan membayar hanya 3 bath.
Sayangnya hanya semalam kami di Hua Hin, keesokan pagi setelah makan pagi, pukul 9 Afee dan driver menjemput kami di hotel. Check out, kami kembali ke Bangkok.
                See You, Hua Hin – kota liburan favorit keluarga kerajaan Thailand....

No comments:

Post a Comment