Showing posts with label Sejarah dan Budaya. Show all posts
Showing posts with label Sejarah dan Budaya. Show all posts

Sunday, 14 December 2014

Alangkah Indahnya Pesta Pernikahan Indonesia

Sekarang saya semakin gembira menghadiri resepsi pernikahan loh! Hihihi....Alhamdulillah, punya kerabat beragam dari berbagai kalangan membuat saya sering di undang atau diajak menghadiri undangan pernikahan. Beberapa tahun lalu saya sempat jadi Penari, MC Resepsi Pernikahan, Penerima Tamu, Pagar Ayu sampai Pembaca Terjemahan Al Quran saat akad nikah berlangsung :) Pernah ditawarin jadi Pembawa Acara saat Akad Nikah, tapi saya tolak dengan histeris (bukan halus lagi...) karena duh, nanti yang deg deg-an justru saya, bukannya kedua mempelai :p Wong kalau saya yang nikahan aja  justru sembunyi di ruang rias...hahaha....
Kembali berbicara tentang Resepsi Pernikahan, pesta pernikahan beragam deh. Kali ini saya akan menceritakan tentang pernikahan traditional Indonesia. Weekend ini saya menghadiri 3 resepsi pernikahan dengan menggelar budaya Indonesia. (Weekend lalu khan nonton di 3 film Indonesia D)

Sabtu, 13 December 2014
Balai Sudirman - Jakarta Selatan
Panti Perwira
Siang dan Malam hari saya dan Mbak Lien menghadiri resepsi pernikahan di ruangan yang sama dengan mempelai yang berbeda. Siang hari mempelai mengenakan nuansa adat dan busana Sumatera Barat, sedangkan malam hari mempelai mengenakan nuansa adat dan busana Sulawesi Selatan.
Catering-nya sama-sama menggunakan Alfabet, catering yang digunakan pada resepsi pernikahan keponakan saya di Balai Samudera Kelapa Gading bulan September 2011

Sebelum duduk di pelaminan mempelai dan ortu-nya berdiri sampai penari menuntaskan tariannya. 

Nuansa Sumatera Barat. Tulisan kanji yang ada di foto ini ignore aja ya, saya belum sempet nanya artinya ke keponakan saya yang ngerti bahasa ini :p

Pesta Pernikahan Nuansa Bugis - Sulawesi Selatan. Bupati Pangkep Sulsel turut hadir malam tadi. Mantan Bupati Tapanuli Selatan juga hadir, karena mempelai pria orang tua-nya bermarga Hasibuan dan Harahap



Ahad, 14 December 2014
Taman Mini Indonesia Indah - Jakarta Timur
Anjungan Nusa Tenggara Barat


Kangeeen sama Lombok Nusa Tenggara Barat!! Alhamdulillah, salah satu kerabat mengundang keluarga besar saya untuk menghadiri Resepsi Ngunduh Mantu keponakannya. Melalui ta'aruf, ketemuan hanya 2x sambil menunduk malu, pernikahannya sudah dilaksanakan tanggal 6 December 2014 di Semarang Jawa Tengah, kemudian Tante dan Oom si Mempelai pria mengadakan acara Ngunduh Mantu di TMII Anjungan Nusa Tenggara Barat yang saya hadiri ini. Tante si Mempelai pria memiliki catering dan sanggar rias, jadi bukan suatu hal yang berat-lah untuk membiayai "ngunduh mantu" ini. "Sekalian syukuran...." menurut Sang Tante. Upacara adat NTB lengkap dengan tariannya di Anjungan Nusa Tenggara Barat. Ketika Tari Gandrung ditampilkan maka tamu yang diberi kipas oleh Penari harus memberi saweran dan ikut menari...hahaha...Boss Mempelai Pria yang orang Korea jadi "korban", demikian pula dengan Suami-nya Riska (Anak sepupu saya). Tetapi berhubung suami-nya Riska lulusan Universitas Mataram, jadi dia udah lumayan lancar joged gandrungnya....hahaha. 


Tanggal 20 Januari 2015 akan diselenggarakan Resepsi Ngunduh Mantu di Ampenan Mataram. Kali ini yang punya hajatan adalah orang tua kandung mempelai pria. Mbak Moel, sepupu saya tadi menanyakan apakah saya akan ke Lombok bulan depan. Hihihi....pengen banget sih ke Lombok lagi, apalagi saya sudah jatuh cinta dengan bumi Allah yang juga berjulukan "Pulau Seribu Masjid". Lihat situasi kondisi bulan depan deh, karena bulan Januari 2015 keluarga besar saya juga ada hajatan pernikahan di Jakarta, dan itu bersamaan dengan keponakan sepupu saya juga menikah di Bukit Tinggi Sumatera Barat *Sebenarnya yang ini saya juga minat datang loh...hehehe...tapi palingan datang kalau ada Ngunduh Mantu-nya di Jakarta dskt-nya.

Emang keren banget ya budaya kita, Indonesia. Bahkan di Jakarta saja kita bisa menikmati sebagian dari kebudayaan tersebut. Ini bisa berperan untuk pengembangan wisata kita di mancanegara! Sepupu saya di Kebumen Jawa Tengah melaksanakan adat pernikahan Jawa Tengah lengkap di dokumentasikan oleh orang Jepang, kemudian dokumentasi tersebut ditayangkan di negeri Matahari terbit. Ketika itu Bupati Kebumen Ibu Rustriningsih turut hadir. *Sayangnya saya nggak hadir di acara tersebut *>

Tuesday, 18 June 2013

Ketika Aku Mengelilingi Bumi Pertiwi (1)

  



                    
Perjalanan dari Cengkareng Banten ke Makassar SulSel bisa dibaca : Landing @ Sultan Hassanuddin Airport (Oh Sukhoi...)

Posting tentang perjalanan daerah ini di Bumi Khatulistiwa : Pontianak

Sunday, 15 April 2012

Imlek @ Ancol Superblock


Longweekend coming! (Yang sebenarnya gak terlalu berpengaruh untuk kehidupan saya sejak Oktober 2011 sih :D). Kakak saya no-3 sudah "memesan" beberapa hari sebelumnya (tgl 17 January 2012 saat Bimo birthday) agar saya ikut bermalam di Mercure Hotel Ancol pada longweekend kali ini. Nemenin ibu di kamar! Hhhmmmm,berarti stay overnigth at hotel kali ini bukan dengan maksud "me time" ya. Jadilah saya bersiap-siap untuk ber-longweekend Imlek tahun ini di Mercure Hotel. Baru 20 hari yang lalu saya menginap di chain hotel yang sama untuk merayakan tahun baru Masehi. 20 hari lalu kami menginap di Mercure Hotel yang di Hayam Wuruk.
Berangkat naik Innova dijemput My Sist en her husband and her son. Jam 3 check ini 3 kamar, saya and my mom menempati kamar bernomer 638, Galuh en Arif di 637 en My Sist en husband di 636. Dari jam 3 hingga menjelang Maghrib saya berinternet ria di kamar sambil nonton TV. Sekedar twitteran, FB en nulis berbagai artikel mini. Dari situ saya berkomunikasi dengan keponakan, dari yang berada di Magelang – Jogjakarta – Senayan City sampai ada yang di dekat lokasi Ancol. Maghrib-nya Sekar, Seno and their parents mampir ke hotel. Nostalgia keluarga nih, karena saat ayah saya masih bersama kami, keluarga kami seringkali menginap atau berpesta tahun baru-an di hotel yang dahulu bernama Hotel Horison Ancol.Jam 7 rombongan keluarga makan malam , masih di dalam area Ancol – yakni Bandar Jakarta.

Yang namanya Bandar Jakarta Resto pengunjungnya ampun-ampunan rame-nya. Kita harus mendaftar terlebih dahulu untuk mendapatkan tempat. Setelah mengajukan nama untuk waiting list, kami berkeliling Ancol. Ancol dahulu berbeda dengan saat ini. Beberapa tahun lalu Ancol di waktu malam, dipinggir pantainya banyak “mobil goyang”, “tenda goyang” dan wanita-wanita penjaja seks! (Huh deh, seks yang merupakan salah satu ibadah kenapa harus dijajakan sih?Please deh…), atau hal menyeramkan seperti hantu wanita legendaries yang sampai pernah disinetronkan. Tapi kini (semoga) semua-nya sirna. Sekarang berdiri gagah apartmen Ancol Mansion, perumahan mewah dan di bagian yang dulu di anggap jin buang tuyul disana aja takut, kini berdiri stage konser music plus Ancol Bay City Lifestyle Mall. Weees, Mal di dekat pantai , cuy! Jadi Ancol sekarang udah benar-benar mirip superblock. Oke banget sih, apalagi ada Dufan, Sea World ditambah Eco Park yang baru. Jarak ke area wisata shopping di Mangga 2, Cempaka Mas dan Kelapa Gading sangat mudah dijangkau. Station kereta api dan pelabuhan laut-pun dekat. Bandara mudah terjangkau (Apalagi kalau bandara masih di Kemayoran seperti di komik Tin Tin yak?hehehe).Malam imlek saya dan keluarga makan malam di Planet Bakso, disamping hotel. Siangnya area tersebut dipakai untuk acara Hip Hip Hura – nya SCTV tuh.

Oleh karena-nya selama 3 hari di Ancol kami tidak keluar dari area tersebut. Selain makan malam di Bandar Jakarta bersama (Saya, My Mom, My Sist and her Husband, Galuh en Arif, Pandu, Sekar, Seno and 2 S’s parents) , keesokan harinya kami juga makan siang di Jimbaran Resto.



Makan siang di Jimbaran Resto tanpa Sekar ,Seno and her parents, namun kali ini kami kedatangan Owin en her Mom. Kami juga member makan kepada ratusan atau bahkan ribuan ekor ikan di Eco Park dengan makanan yang dapat dibeli disana seharga @ Rp 5000,-. Sedekah untuk ikan – makhluk hidup ciptaan-NYA merupakan salah satu kegiatan yang mengasyikkan. Kami juga jalan-jalan ke Pasar Seni. Saya pribadi berharap agar Ancol tetap mempertahankan bahkan menambah seni khas budaya Indonesia – khususnya Jakarta. Emaknya Sekar berarti mengatakan bahwa Ancol sebenarnya lebih oke disbanding Sentosa Singapore! Yang langsung disanggah oleh Sekar, anaknya….hahaha. Sekar mengatakan bahwa untuk urusan perawatan dan kebersihan sangat jauh lebih baik Sentosa Singapore. Weeei, dari sini seharusnya sebagai warga Jakarta kita bantu Ancol agar tetap asri dan terawatt. Prospek bisa mengalahkan “kehebatan” tempat wisata di Singapore khan tuh ;-D Gak perlu jor-joran ngebangun seperti Esplanade or Kincir Raksasa,tapi cukup warnai Ancol dengan kekayaan budaya (petugasnya mengenakan busana Abang None, misalnya) , keramahan  dan kedisiplinan (missal : menjaga kebersihan laut dan pantainya – ayo pengelola,Ancol ,tolong beri tong sampah berbentuk khas seperti ondel-ondel,misalnya.). Lebih asoy lagi kalau Ancol membuka akademi pariwisata di area Ancol…keren dah tuh!

My Sist and her husband malah sempat bersepeda ria di sekitar Ancol. Pagi hari berjalan kaki dari hotel ke pinggir kali Jln Lodan dan Eco Park, keesokan harinya bersepeda dari samping hotel ke dekat makam pahlawan Belanda. Waduh, kok saya baru ingat bahwa saya dulu pernah ikutan Rally Sepeda dan menjadi Juara 2 se-Jakarta ya.Rally sepeda itu berlangsung di Ancol juga!

Ketika check-out, pukul 11.30 kami sempat menyaksikan Barongsai di lobby hotel. Perjalanan pulang hanya memakan waktu 17 – 18 menit dari Ancol sampai depan rumah saya, padahal gak ngebut dan gak lewat toll loh.Sehingga siangnya saya masih janjian dengan Yuli di Mal Kelapa Gading.Sempat menyaksikan boy band Max 5 yang awalnya kami kira rombongan barongsai…hahaha.

BREAKFAST @ Mercure Ancol Hotel 

Oh ya, dari di Ancol sampai MKG semuanya bagai lautan manusia. Tapi justru saya jadi jarang melihat etnis China tuh. Justru etnis Melayu yang ramai. Atau barangkali etnis China justru makan-makan saja di rumah???
Tahun baru China kali ini saya merasakan penuh keramaian bersama keluarga dan rekan. Sedangkan tahun lalu saya berada di Surabaya, berkunjung ke Pecinan Surabaya yang juga justru sepi :D Baca kisahnya DISINI

Thursday, 17 September 2009

Wisata Religi 2 Masjid Indonesia

Lebaran sebentar lagi....masjid – masjid banyak sekali....*nyanyi dengan alunan seperti lagunya Bimbo yang dijadi’in jingle salah satu partai menjelang pemilu beberapa tahun yang lalu.
Yap,kenyataannya masjid di Indonesia memang bertaburan dimana – mana, dan suatu keharusan bagi umat Nabi Muhammad SAW memakmurkan dan “menghidupkan” masjid – masjid tersebut dengan kegiatan positif dan bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Jadi masjid tersebut nggak sekedar megah bangunannya. Dimanfaatkan secara positif dong, dijadikan base sebagai agen kebaikan gituuuuhhh....Ngebangunnya secara fisik ajah udah mengeluarkan biaya yang pastinya nggak kecil.
Trend yang beberapa tahun ini terjadi adalah masjid – masjid megah ini menjadi area wisata religi. Dua diantara masjid megah tersebut adalah : Masjid Kubah Mas di Cinere Depok Jawa Barat dan Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang.

MASJID KUBAH EMAS

Begitu memasuki jalan utama menuju masjid ini, terlihat bus-bus besar rombongan Majelis Ta’lim dari berbagai kota di seputaran Jawa. Ramai karena saya dan keluarga datang ke sana ketika liburan. Saya dan keluarga datang dengan mengendarai 2 mobil. Mobil kami parkir di tempat parkir yang telah disediakan. Masih jalan menyusuri jalanan yang ramai dari pelataran mesjid yang menjadi salah satu mesjid termewah di Asia tersebut. Pedagang berjajar menawari dagangannya, dari berjualan makanan sampai mainan anak. Lengkap, sehingga mirip pasar kaget! Cenderung semrawut, tetapi memasuki pagar pembatas mesjid semuanya tertata rapi dan bersih. Pintu masuk mesjid untuk pria dan wanita dipisahkan dengan ketat, bahkan mengalahkan “keketatan” pintu masuk di Masjidil Haram. Anak balita tidak diperkenankan memasuki area mesjid, namun pengelola mesjid menyediakan semacam aula yang digunakan untuk anak – anak bermain serta menunggu orang tua mereka memasuki mesjid.
Memasuki mesjid para jemaah wanita diwajibkan mengenakan kerudung/jilbab. Harga mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Saya memasuki masjid, memandang ke atas – nampak ‘cegokan’ kubah bergambarkan awan putih kebiruan langit digelendoti oleh lampu kristal yang konon harga-nya juga selangit.
Jujur, saya tidak merasakan “nyes” di hati ketika memasuki kemewahan tersebut. Atau memang saya yang saat itu tengah bebal sehingga tidak merasakan kemewahan di dalam mesjid yang kubahnya berlapis logam mulia. Tetapi pastinya bukan karena selera saya terhadap barang mahal sedang mengendur......

Masjid Agung JAWA TENGAH

Mesjid ini membuat saya penasaran ingin berkunjung. Melihat foto-foto di berbagai media sih memang membuat tertarik, dikarenakan kompleks mesjid ini memang menjadi basis kegiatan Islamic Centre yang terbuka bagi siapapun yang berniat baik. Tidak penuh prosedural kaku dan melayani masyarakat yang ingin mendapatkan info mengenai dunia Islam. Pada kunjungan saya ke Jawa Tengah akhir tahun 2007 saya hanya sempat memandang atap dan menara mesjid ini dari jalan tol di sepanjang tol Semarang. Barulah di Oktober 2008 saya singgah sejenak di area Masjid Agung Jawa Tengah. Memang hanya singgah sejenak, karena matahari demikian terik dan keluarga sudah ingin melanjutkan perjalanan. Mereka pernah ke mesjid ini sebelumnya.
Dari bahan mesjid ini memang tidak terkesan bahan bangunan bermutu maksimal, namun saya melihat aura keeksotisan muncul dari masjid besar ini. Memang sih kita tidak perlu mubazir membangun dengan bahan bangunan yang mahal, namun kalau awet dan bertahan lama, tentunya itu lebih hemat sehingga menghemat biaya perawatannya juga.
Dari menara mesjid ini pengunjung dapat memandang kota Semarang dari ketinggiannya, terdapat perpustakaan, area bermain anak-anak, penginapan alias hotel dan saat saya kesana menurut kabar akan ada cafe yang view-nya memandang kota Semarang. Semoga saja pihak pengelola dapat menangani area ‘Islamic Centre’ ini secara profesional, sehingga wisata religi di Semarang dan sekitarnya dapat berkembang secara baik dan terarah.
Ayo Indonesia, wujudkan wisata yang bersih sehat lahir dan bathin berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa serta mengenalkan budaya traditional bangsa. Biar gak diaku bangsa lain juga seh.....;-)

Monday, 13 July 2009

PT DI & Savoy Homan Hotel Bandung [Jabar 2006]

Subuh, 26 Agustus 2006
Depart to Bandung.
Vehicle : PKWTO’s Car
Captain : Wijayanto
Flight Officer : Anna R.Nawaning S
Pax : Maherda, Yongis and Endi.



Baru saja mobil meluncur di tol arah Bekasi, Haryo dan Edo menelpon protes karena kami tinggal. Kami jalan santai kok, kecepatan hanya 80 km/jam. Tak lama mobil kami bertemu.

Anna langsung sms Mas Dani :
PKWTO’s Flight and Edo’s Flight depart from Jatiwaringin, Destination Bandung. Posisi saat ini Bekasi Timur.
Dibalas Dani :
Roger.Adrenalin flight preparation for departing.

Meluncurlah mobil kami di tol menuju Cikampek.
Tak lama Om Dani menghubungi handphone-ku. Menawarkan jalan bareng. Konvoy gituh…tapi flight-nya masih di Cilangkap.
“Oke…maintain 80 ya kendaraan lo! Supaya kita bisa nyusul.” Om Dani memberi instruksi laksana ATC yang ditinggal kabur pesawat terbang yang sudah take off saat petugas tower ketiduran.

Tak sampai 3 jam kendaraan yang kami tumpangi tiba di pekarangan Masjid Habiburrahman PT Dirgantara Indonesia Bandung. Mas Subuh (shp) menyambut kami. Disusul rekan – rekan Bandung lainnya. Mas Wijayanto mengeluarkan radio receiver-nya, “nguping” ke ATC supaya memantau lalu lintas udara Indonesia. Langsung kami berkerumun. Satu hal yang tidak biasa bagi manusia yang tidak tergila – gila pada dunia penerbangan.

Setelah kendaraan dari Jakarta dan Bandung tiba, rekan – rekan Bandung memberikan tanda panitia ke beberapa orang, termasuk aku. Sebenarnya aku nggak ngerti soal job desc panitia kali ini. Duuuhhh…harus ngapa’in nih? Tetapi begitu melihat nama Anna di cetak di name tag panitia Tri Dasa Warsa PT Dirgantara Indonesia aku langsung manggut – manggut. Lumayan,,,name tag-nya bisa nambahin koleksi pribadi. Hehehe…apalagi keluaran PT DI. Cita – cita lama tuh….bisa bekerja menjadi ahli pesawat terbang. Waktu aku ngerja’in project-nya BJ Habibie khan gak sempat ke IPTN. Beberapa tahun kerjanya justru ngatur tamu – tamunya BJ Habibie ke IPTN tapi aku hanya “mupeng” karena tamu lainnya banyak yang minta diurus

Kendaraan rombongan kami masuk ke area PT DI. Barang bawa-an diperiksa satu persatu dengan ketat. Kami langsung berfoto ria. Saat kita pasang ancang – ancang difoto, tiba – tiba pesawat dengan livery Citilink rotate, sangat dekat. Langsung gaya kita bubar histeris…hahaha….
Dua fotografer (kalau gak salah Hendra en Viqie) langsung lompat membalik bermaksud memotret Citylink tersebut, tapi….keburu jauh-lah! Langsung deh pada mengeluh,”Aduuh, kecolongan nih!” Hihihi …dari tadi nguping ATC dapet apa, Om???

Setelah pemeriksaan selesai, beberapa diantara kami langsung memasuki ruang mock up N 250, salah satu jenis pesawat terbang bikinan Indonesia. Wuiiihh…keren deh! Etis gak kalau daku bandingin N 250 dengan Fokker 27 – Fokker 28 ?
Masih dengan gaya histeris kami “membongkar” mock up N 250. Puaaasss…seperti bermain sinetron. Music dan lampu – lampu di “N 250” tidak lepas dari keisengan kami. Eitsss…keisengan kami bermanfaat loh. Karena kecintaan kami dengan pesawat terbang maka kami benar – benar menjaga walaupun kita pakai.
“Jumpseat di N 250??? Kapan lageeee???!!!”
Pokoknya lengkap deh (kecuali jadi barang cargo yaaa ;-p)….jadi pax, pramugari/a, co-pilot dan captain N 250 kami coba satu persatu. Ayo adakah cockpit dan cabin crew yang memiliki rating N 250 tahun ini??? Cuma kami yang bisaaaa…hehehe…

Puas bermesraan dengan mock up N 250 aku bergabung dengan rekan – rekan yang tengah demonstrasi. Demontrasi flight simulator yang disambut sangat antusias oleh pelajar – pelajar Bandung. Ramaaaaaiiii….kira’in demo menuntut penurunan harga BBM doang yang ramai.
“Hayoooo….hayooo…siapa diantara kalian yang ingin menjadi pilot?!” Mas Wijayanto demikian komunikatif menjadi narrator.

Malam hari kami berkunjung ke rumah keluarganya Om Rian dan Om Arianda (yang malam itu merupakan malam midadoreni-nya) di Jalan Dipati Ukur. Rumahnya asyiiiik deh, bergaya zaman dahulu…daaaan aku berhasil memotret piano di salah satu sudut rumahnya. Entah kenapa ada chemistry tersendiri saat aku melihat foto piano tersebut di handphone-nya Rian bulan January 2006. Kali ini aku dapat memotret-nya langsung! Pengennya sih memencet – mencet sekalian, tapi lagi banyak tamu euy!

Hari ini aku sukses berat mendapatkan 2 benda yang menurutku terindah di dunia, yaitu : PESAWAT TERBANG dan PIANO.
Cinta tidak harus memiliki namun Cinta pasti dapat dinikmati oleh hati.

Ahad, 27 Agustus 2006

Semalam aku tidur pukul 22.00 karena malam sebelumnya tidak tidur. Thanks a lot untuk Inu yang sudah meminjamkan kamar kost-nya untukku. Sebenarnya aku bisa saja tidur di hotel dengan beberapa rekan lainnya, tetapi nggak enak hati-lah. Lah Mas Wijay yang mobilnya Anna tumpangin saja bermalam di rumahnya Mas Andon.Kebetulan kost Inu yang dilingkungan ITB (Inu kuliah di ITB Teknik Penerbangan) nggak menentukan jenis kelamin penghuninya, so asyik – asyik aja tuh! Inu pindah ke kamarnya Fajri bersama Endi.

Pukul 8-an Inu menghampiri kamarnya.”Che, bangun!”Sejak pagi aku memang sudah bangun dan shubuhan tetapi berhubung udara membuat aku ingin terus meresapi kedamaian, jadilah aku malas keluar kamar.

Jam 10 lewat kami sampai di PT Dirgantara Indonesia. Demonstrasi Flight Simulator telah berlangsung. Pengunjung membludak dengan antusias. Kali ini open house PT DI terbuka untuk umum (family). Kemarin hanya untuk undangan dan sekolah – sekolah di daerah Jawa Barat.


Jam 12 aku ikut Kia Matrix-nya Haryo ke resepsi pernikahannya Arianda dan Farina di Hotel Savoy Homann. Kami berangkat berlima : Haryo, Edo, Yongis dan Rizuki (member IF yang kuliah di ITB Teknik Elektro 2004) dengan mobilnya Haryo. Sementara Inu dan Fajri berboncengan naik motor. Tak lama kami telah sampai di Jalan Asia Afrika Bandung. Parkir di pelataran parkir Hotel Savoy Homann Bidakara (ternyata manajemen-nya sekarang dikelola Bidakara toh??!). Memasuki area resepsi kami harus melewati lorong penuh dengan kain dan pepohonan setelah mengisi buku tamu. Ruang resepsi sengaja ditutup rapat hingga pesta terkesan di malam hari. Tampak Arianda dan Farina menggunakan pakaian daerah masing – masing, Ari memakai pakaian Tapanuli Selatan dan Farina memakai pakaian Sunda. Lah kok yang mendampingi ibunya Arianda Om Rian sih?!


Setelah bersalaman Edo dan Yongis yang siap dengan camera-nya memotret Om Rian. Yang dipotret kok malah Om Rian? Bukannya pengantinnya? Hahaha....Sebelum ‘buffet session’ aku ke ‘makanan gubug’ yang menyediakan ‘Nasi Chicken Hainan’. Catering hotel tersebut lumayan enak buat ukuran catering hotel lain yang biasanya rasanya agak ajaib untuk resepsi.Setelah foto bersama kami kembali ke PT Dirgantara Indonesia.


Jam 16 acara kami di PT DI usai. Mama-nya Adnan mengajak kami menyaksikan Aeromodelling di Bandara Husen Sastranegara. Maaauuuu....Kendaraan kami (ada 6 – 7 mobil) berjalan beriringan. Tiba – tiba mobil yang ditumpangi rekan – rekan Bandung berhenti di sisi runway.

“Sepuluh menit lagi Citilink landing!” Mereka memberi informasi kepada kita. Pasti mereka mencuri dengar komunikasi ATC dari radio receiver. Kompak kami turun dari mobil dan menenteng camera. Mirip pejuang yang turun dari kendaraannya, bersiaga dengan senjata karena mendengar musuh siap menyerang. Hahaha....

“Yang membawa camera DSLR dan camera besarnya tolong diumpetin dong! Bisa dilihat provost dan ditegor loh!” Rekan – rekan dari Bandung mengingatkan. Aku yang hanya membawa camera digital Exlim tenang – tenang saja. Mata dan leher kami menengadah ke langit, berputar – putar mencari pesawat yang akan landing. Belum terlihat.

Melihat beberapa rekan memanjat – manjat tembok, aku ikutan memanjat di bantu Azmi. Tak lama dari balik awan muncul pesawat terbang yang seperti berbalik arah menjauh dari runway dihadapan kami.

“Itu diaaaaa....lagi downwind!” teriak seorang rekan.

“Iyaaa....downwind! Siap – siap, sebentar lagi landing!”

Pesawat downwind, justru menghilang dari penglihatan kami. Kalau orang awam pasti sudah meninggalkan lokasi dan mengira bahwa pesawat terbang telah pergi, tetapi buat kami yang sangat mengerti...tentu saja mengerti arti apa yang terjadi jika pesawat downwind.

Tak lama....aku terpaku dan terlena...melongo tak percaya. Pesawat dengan livery Citilink itu dengan gerakan “seksi”-nya mengeluarkan landing gear...menyentuh lembut aspal runway. Aku terpaku, tidak mau melewatkan ‘golden moment’ ini. Pesawat landing, aku langsung memencet tombol camera. Aaaaarrggghhh....pesawat terbang landing hanya berjarak beberapa meter dari tempat kami berdiri. Aku benar – benar takjub. Setiap gerakannya demikian indah...uuuh,,begitu pesawat parkir aku tersadar. Barangkali seperti orang yang orgasme. Lega,,puas...nikmat! hehehe...

Kami segera kembali masuk mobil dan melanjutkan perjalanan ke bandara. Masuk ke “daerah terlarang” TNI AU dengan “menjual” nama mama-nya Adnan yang WARA (Wanita Angkatan Udara).

Waaaawww...mobil – mobil yang kami tumbangi parkir di dalam airport. Dengan leluasa kami menikmati udara sore di taxiway bandara Husen Sastranegara. Mengamati Adnan dan komunitas Aeromodelling menerbangkan pesawat terbang mungilnya. Pesawat terbang mini itu benar – benar takeoff dan landing di taxiway pesawat – pesawat commercial. Tentu saja kami sambil memantau traffic airport melalui radio receiver. Jangan sampai deh kami masuk media massa dan terkenal karena kesamber pesawat terbang disaat kita bermain di landasan pacu pesawat terbang. Ih, kalau dipikir – pikir kami tuh benar - benar nggak waras deh...hehehe....Jadi ingat Hari yang pernah menabrak kambing di airport Adi Sucipto Jogjakarta dengan pesawat Fokker 28 Merpati-nya.

Aku sempat tandem Aeromodelling. Lumayan bermanfaat untuk melatih feeling terbang. Apalagi di real airport. Maherda dan mama-nya Adnan memotret aku yang sedang terbang tandem Aeromodelling,”Nanti kita kirim ke majalah yah!” ujar Mamanya Adnan.Oke deh, Tante,tapi majalah Angkasa dong.Jangan majalah Bobo

Oh iya, pesawat Citilink yang tadi kami tunggu – tunggu saat landing kembali takeoff. Taxi –nya di tempat kami Aeromodelling. Captainnya melambaikan tangan, dadahdadahan kepada kami yang bersorak – sorak melihat pesawat terbang berjalan sangat dekat dengan kami. Pesawat Citilink takeoff menuju Batam. “Have a nice flight, Captaint!!!” teriak kami melambaikan tangan dibalas cockpit crew didalamnya ketika pesawat bersiap rotate.

Memasuki waktu Maghrib kami meninggalkan lokasi airport. Pintu hanggar di hadapan kami terbuka.

“Wah, itu ada Colibri yah!?” Mas Wijay tiba – tiba menunjuk pintu hanggar. Setelah berteriak ke Adnan yang sudah duduk di mobilnya dan Adnan menjelaskan secara detail pesawat dan helicopter apa saja yang ada di hanggar tersebut, mobil kami melaju ke rumah Adnan yang tak jauh dari bandara di PT DI.

Makan malam di rumah Adnan bersama – sama. Pukul 20 lewat pasukan Jakarta kembali ke Jakarta. “Kalau kalian ke Bandung jangan lupa mampir kemari lagi yah!” pesan mama-nya Adnan yang tadi juga menawarkan kami untuk berkunjung ke Lanud Iswahyudi Madiun.

“Terima kasih, Tante ....” Ucap kami, “teman-teman” Adnan yang usianya lebih cocok sebagai Om dan Tante Adnan.

Bumi Khatulistiwa : Pontianak




Bukan karena pas film ‘Kuntilanak Beranak’ tayang di bioskop di Jabodetabek saya pergi ke Pontianak ;-p. Sebagai warganegara Indonesia rasanya masih nelangsa kalau sudah berkunjung ke aneka tempat/negara di dunia ini tetapi belum berkunjung ke Pontianak. Kenapa? Karena waktu SD dulu saya selalu digembar – gemborkan bahwa kita harus bangga dengan negeri tercinta, Negeri Khatulistiwa – Zambrud Khatulistiwa. Satu negara yang ‘beruntung’ dilintasi oleh titik equator. Karena terlalu luasnya, saya yang di Jawa masih belum melihat dengan mata kepala sendiri ‘titik tepat’ garis khatulistiwa kebanggaan guru IPS zaman SD.

Hiks...nelangsa khan kalau udah berkunjung dan melihat dengan mata kepala sendiri aneka landmark di dunia, namun belum melihat landmark Khatulistiwa secara langsung? Lah...daku khan orang Indonesia, negeri yang dikaruniakan oleh-Nya permata Khatulistiwa yang tidak semua negara memiliki karunia ini.

So begitu dapat info kakak en ibu ingin berkunjung ke kota salah satu pulau terbesar di dunia ini, saya langsung samber koper. Anggaran untuk jadi turis koper (bukan backpacker) memang nggak ada...hehehe...justru itu mumpung ada yang mau kesana saya ikutan dengan modal dengkul. Tiket Garuda nomer penerbangan GA504 baru didapatkan beberapa jam di bandara. Kakak dan ibu saya yang sudah memegang tiket terlebih dahulu terbang, sedangkan saya melintasi selat Karimata tanpa didampingi oleh keluarga.


Yes, This Is Capital City of West Borneo
Sampai airport Supadio sempat melongo nggak ngerti mau ngapa’in karena nggak ngerti tempat menginap dan kakak saya belum menjemput. Hape kakak saya tidak aktif. Baru deh setengah jam kemudian kakak saya kelihatan, dan kami langsung menuju Hotel Kini (*3) di Jln Nusa Indah Pontianak. Hanya berdiam sejenak di hotel, saya dan Mbak Lien (kakak saya) langsung keluar hotel untuk menelusuri daerah sekitar hotel sambil mencari makan malam. Ibu sih nyantai aja di kamar hotel sambil menikmati sinetron kesayangannya.

Menelusuri jalan Patimura terdapat deretan kios penjual cinderamata/souvenir, makanan, kaos dan semua khas Kalimantan Barat – Jalan Patimura ini memang merupakan pusat penjualan oleh – oleh di Pontianak. Hanya menyeberang jalan hotel yang kami tinggali malam itu.

Makan malam di Cafetaria Segar Ria yang terletak beberapa meter dari pusat penjualan souvenir. Disana memang berderet tenda – tenda dan rumah makan permanen. Yang banyak dan khas di deretan penjual makanan tersebut adalah Mie Tiaw dari yang disiram sampai di goreng. Saya sih pesan Mie Atom Rebus alias mie kuning yang direbus dengan daging sapi dari beberapa jenis. Sebelum balik ke hotel kami berdua membeli roti di Kaisar Bakery yang sepertinya terkenal di Kalimantan Barat. “Bread Talk” lokal-nya Pontianak kaliiii....

Kalau mau makan biasanya memang di sekitar Jln Patimura, Jln Gajah Mada dan Jalan Diponegoro. Di hari kedua daku makan disekitar Jln Diponegoro, seberang Hotel Santika.


Hotel *3 to Hotel*3- Kriteria *3 yang Tak Standard

Karena satu sebab kami pindah ke Hotel Kapuas di Jln Gajah Mada. Dari luar hotel ini tampak lebih mewah dibandingkan hotel sebelumnya, apalagi hotel ini memang seringkali digunakan oleh para pejabat en katanya sih Presiden SBY pernah menginap di hotel ini ketika berkunjung ke Pontianak. Bahkan ketika saya menginap disini berbarengan dengan para gubernur se-Kalimantan yang akan mengadakan acara. Mobil dinas para gubernur terparkir di tempat parkir yang sebelumnya diparkiri oleh mobil full dempul yang mengantar kami...hahaha...soalnya sebelumnya Mbak Lien memang belum menghubungi pejabat setempat, jadi kami charter kendaraan se-adanya Nggak ngerti deh ada acara apa, saya sih sempat dijelaskan oleh pejabat PU dan pejabat Pemda yang mengantar dan menjemput kami, tetapi saya nggak terlalu menyimak. Urusan pemerintahan yang singkatannya bikin orang gak napsu ngapalinnya kalau gak ada urusannya langsung...hehehe....

Selama menginap di hotel tersebut ada 2 acara resepsi pernikahan, pertama pernikahan adat Jawa dan dihari berikutnya resepsi “adat” China International di pinggir kolam renangnya. Saat persiapan acara resepsi pernikahan di kolam renang tersebut, daku sempat melongok en poto2an di lokasi acara. En yang nggak saya kira adalah....siangnya di Function Hall 2 ada BOP Synergy! Hahaha...nggak ngira banget deh, dunia kecil....apalagi saat breakfast bareng dokter Hardjanto dari Solo. Padahal biasanya kami ketemuan di Jakarta.

Terus terang ajah, untuk aneka fasilitas dan service saya lebih nyaman di hotel sebelumnya walaupun secara kasat mata hotel yang pertama lingkungannya seperti pasar. Di hotel yang langganannya para pejabat pusat ini justru sempat membuat saya 3 kali terkurung di dalam lift. Sudah pencet alarm ‘call’ dalam lift...tetap aja nggak ada respon. Alhamdulillah hape masih aktif, jadi saya langsung menghubungi resepsionis yang justru akan menghubungkan ke bagian teknisi dan meminta agar saya menceritakan keberadaan kami yang terkurung di dalam lift. Haaalllaaahhh....orang lagi terkurung di lift diminta cerita! Telmi banget sih, Mas! Walaupun udah ada korban, tetap aja lift dioperasionalkan tanpa ditulisi bahwa lift rusak, karena sore-nya ada lagi 2 anak kecil dan polisi yang terjebak di lift tersebut. Anak2 kecilnya sampai teriak-teriak dan terdengar sampai luar lift, ketika lift terbuka kami langsung menyarankan mereka pindah ke lift lain. Hehehe..polisinya sampai pucat tuh....mungkin dia sedang diminta menjaga 2 anak atasannya. Selain itu, saya dibuat mangkel benggel dugel saat battery hape mati! Saat ingin nge-charge....saklar kontak listriknya berlobang pipih 3....aammmppuuuunnn, ini di NZ or Pontianak seh?! Padahal di hotel sebelumnya saya leluasa mengisi battery. Pokoknya selama di hotel pertama kami tidak pernah menelpon resepsionist atau roomservice karena semua kebutuhan kami terpenuhi, sedangkan di hotel kedua dalam sehari kami bisa beberapa kali menelpon resepsionist, roomservice atau housekeeping. Menyalakan telivisi aja harus manggil teknisi, trus kami dijelaskan cara menyalakan tv tersebut. Berasa gaptek dah gue! Sandal kamar dan penyumbat bathup aja harus diminta terlebih dahulu!!! Mbak Lien sampai menunda niatnya untuk berendam di bath-up, sedangkan saya menggunakan bath up sebagai KBU wartel! Hehehe...Mr.D nelpon dari Jakarta minta cerita aktifitas saya seharian ini, en kalau nelpon di kamar khan ada nyokap en Mbak Lien...jadinya saya masuk kamar mandi en nangkring di bath up sambil telpon-telponan deh. Please, walaupun nangkring di bath up daku sungguh berbeda dengan bintang iklan kartu GSM yang saat itu kami pakai, yang nangkring di pohon tuh...;-p

Menu breakfastnya juga lebih mantap di hotel pertama. Aaaah...untungnya sih gak ada angket or quis’ner penilaian hotel tersebut. Kalau ada bisa ancur dah tuh nilai yang daku kasih! Hhhmmm...kalau secara pribadi sih sebenarnya staff hotel-nya sama seperti masyarakat Pontianak kebanyakan, helping ...namun sebaiknya level kecepatan kerja-nya harus pada di tingkatkan deh! Salutnya sih selama di Pontianak saya nggak pernah lihat orang bersikap kasar.



Ibu Kota namun Bukan Pusat Wisata

Secara umum sebenarnya ibu kota di Indonesia merupakan sarana pariwisata. Makanya saya menyayangkan banget melihat kondisi Kraton Kadariah Kasultanan Pontianak dan Tugu Khatulistiwa yang potensi-nya tidak didongkrak secara maksimal.

Di Kraton Kadariah, kami ditemani oleh pengurus kraton yang menyambut kami dengan ramah, seorang ibu yang merupakan salah satu cucu dari Sultan ke-VI. Disalah satu kamar terdengar jeritan tangis bayi, cicit dari Sultan – menurut ibu tersebut yang mendampingi kami selama di kraton. Dari sini saya jadi “mengenal” desainer lambang negara kita, Garuda Pancasila yang sering nampang di kantor pemerintahan didampingi oleh RI1 dan RI2. Yang merancang adalah Sultan Hamid II, keluarga Kraton Kasultanan Pontianak...hhmmm,lumayan ganteng loh-pantes jadi aktor...hehehe...

Sama hal-nya seperti ketika saya bepergian ke suatu tempat, saya pasti meniatkan untuk kembali lagi suatu saat nanti. Insya Allah suatu saat saya kembali ke Pontianak – sekaligus laju ke Kuching – Malaysia plus Brunei Darusalam melalui jalur darat. Selama di Pontianak kami berpapasan dengan kendaraan pribadi registrasi Malaysia, bahkan ketika keluar dari Kraton. Sempat juga berpapasan dengan bus umum Pontianak – Kuching yang nomer registrasi-nya luar negeri. Saya pikir ini merupakan hal langka, selain di Pontianak dan beberapa wilayah Kalimantan serta (mungkin) di Papua. Selama di Batam sih saya nggak pernah lihat kendaraan pribadi beregistrasi Singapore/luar negeri, kalau kendaraan pribadi build up sih beberapa kali lihat deh di Batam.

Sekarang saya siap – siap untuk packing lagi....Kemana???? Hhmmm...nyoba kereta eksekutif baru...heheheh...nggak ngerti deh sampainya kemana ;-p