Sunday 5 February 2017

Social Traveling To Lampung Timur

Bahagia banget deh mendapat undangan menghadiri suatu acara di Lampung. Apalagi kali ini menggunakan transportasi darat + ferry dari Pelabuhan Merak hingga Bakauheni. Yippiiii...mengulang pengalaman beberapa tahun lalu (Nggak perlu dijelasin kapan tepatnya, ntar ketahuan umur deh :p ), yang pasti saat itu sama di bulan January - beberapa hari sebelum keberangkatan ke New Zealand (Karena setelah kembali Ke Jakarta pihak Kedutaan Besar NZ nyari2 saya). Sebelum meninggalkan Indonesia saya khan mau maen dulu ke belahan Indonesia, so saya en Jeng Dion dengan pede-nya menuju Lahat Sumatera Selatan (Sumpe,Jeng, gw kagum sm diri kita yang kok yach tahan amat ke Lahat (Sumsel) naek kendaraan darat non AC. Sumpeee, skrg andai dibayar-pun msh mikir2 dah 😂

Kali ini, 20 January 2017 saya berangkat dari Filantrophy Building dengan mobil milik Dompet Dhuafa. Kami berenam dlm 1 mobil (AC ya,Buuuuk...). Melalui BSD kami menuju Pelabuhan MerakBanten , mampir bertemu dengan rombongan media di RM Berkah Bhayangkara. Makan siang, rombongan pria melakukan shalat Jumat.
Ampun deh, toilet yang hrs bayar Rp 2000 terlihat tidak terawat. Haloooo...Pak, daripada tidur njagain bayaran toilet gitu lebih baik lebih aktif membersihkan semuanya. Percaya deh, kebersihan sebagian dari iman dan bila kita semakin bersih maka rezeki juga semakin banyak berkah. Aamiin...😊🙏

Ferry Keberangkatan : Farina Nusantara
Kami masuk ke dalam kapal. Banyak cowok2 yang menawarkan diri untuk terjun ke laut asalkan di bayar dengan uang kertas. Huh, saya mah nggak peduli yang seperti itu! Lain halnya dengan teman seperjalanan saya yang "meladeni" ocehan orang-orang itu. Saya justru merasa terganggu sebenarnya, tetapi setelah dicuekin orang-orang itupun menyingkir dari hadapan saya.
Ternyata bener khaaaan, teman seperjalanan pada kena tipu. Sudah menyerahkan uang, tapi cowok2 itu malah kabur. Ya iyalah, secara kalau mereka terjun trus sampai nggak muncul lagi ke permukaan air atau kepentok besi kapal ,bisa2 kita loh yang bertanggung jawab. Secara mereka menawarkan dirinya dengan kalimat,"Ayolah Teh/Mbak/Bu Haji, untuk hiburan di kapal bayar pakek uang kertas, nanti saya nyebur." Jiaaah, boro2 kehibur kalau saya mah... mending ke laut sono,Bang!!
Peringatan aja nih buat kamu2 yang naik ferry menyebrangi Selat Sunda. Nggak usah ditanggepin kalau ada tawaran seperti ini. Justru yang harusnya ditanggepin adalah Abang Penjual Empek2 yang menawarkan 1 potongnya Rp 3000. Awalnya saya underestimate terhadap kelezatan Empek2 yang ia jual. Karena mondar-mandir dan nggak ada yang berminat beli, maka saya niatkan sedekah dengan membelinya. Cuma beli 1 potong sih, secara saya masih kenyang. Setelah saya gigit...duh saya kaget!!! Dengan kondisi kenyang, saya masih merasa Empek2 itu enak, ikannya terasa di lidah. Jualannya juga bersih, dengan plastik baru. Huaaa, sayangnya saya mengetahui hal ini terlambat. Kalau sejak awal saya coba,pastinya saya beli lebih banyaklah. Ini faktor selera ya, secara dengan harga Rp 3000 saya pikir cuma terasa kanji. Jadi jangan juga dibandingkan dengan Empek2 yang harga Rp 15.000 -  30.000/potong.
Kalau ferry Farina Nusantara ini ukuran kapalnya tidak terlalu besar, dan sepertinya kapal lama. Di cafetaria dan ruang lesehannya luas dan ada televisi-nya, tetapi...puaaannaaas, jadi mending kami berdua duduk di luar kapal sambil menikmati pandangan ke laut. Untungnya kapal angkutan tersebut tidak terlalu ramai, tetapi tetap aja kami merasa sudah nggak nyaman dan langsung ke ruang VIP yang full AC. Ruangannya biasa saja, di layar televisi tampak film jadul yang nggak ada selera untuk kami tonton. Jeng Yanti sempat tertidur, dan saya membaca surat Kahfi – kebetulan khan hari Jumat.

Welcome to Sumatera
Barangkali sekitar jam setengah 4 sore kami tiba di Pelabuhan Bakauheni - Lampung Selatan. Kemudian mampir sejenak di Indomaret Menara Bakau (Siger) membeli cemilan dan minuman, kemudian melanjutkan perjalanan. Pemukiman warga di sekitar situ banyak berdiri pura di depan rumahnya. Saya malah jadi ngerasa mendarat di Negara Bali...hahaha...Namun traffic-nya berbeda sih. Di Lampung banyak truck dan kendaraan besar yang ngebut, kendaraan pribadi jarang berpapasan dengan kami. Tak tampak pula kendaraan umum sejenis angkot. Wiiih, penduduknya pada kemana yach?
Jam 5an kami tiba di RS AKA Medika Sribhawono Dompet DhuafaLampung Timur yang sedang dipersiapkan untuk diresmikan keesokan harinya. Kami khan diundang ke Sribhawono Lampung Timur memang untuk meliput dan menyebarkan info program ini. So plis yach untuk yang niatnya plesiran gratis....jangan kebangetan deh .

Thursday 2 February 2017

Al Azhar Memorial Garden, Terminal Terakhir di Dunia

Temu Blogger di Al Azhar Memorial Garden Krawang

Beberapa tahun lampau pemakaman dianggap sebagai suatu tempat yang menakutkan, angker alias banyak setan-nya. Padahal kematian merupakan kehidupan abadi yang sesungguhnya, dan pastilah kematian adalah menuju keindahan abadi bagi kita yang beramal ibadah baik karena Allah swt selama kehidupannya di dunia. 
Merupakan fardhu kifayah, kewajiban bagi umat memandikan dan mengkafani jenazah sesama muslim. Memakamkannya di tempat yang baik, karena inilah peristirahatan terakhir bagi jasad untuk berikutnya mencapai tahap menghadap kembali kepada Sang Pemilik. Tidak perlu mewah, tetapi sangat dianjurkan makam tersebut indah. Sederhana dan indah.
“Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci. Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan,Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan...” (HR Tirmidzi)

Keindahan peristirahat terakhir ini juga dapat menjadi syiar Islam dengan mengajak peziarah untuk mengingat hari akhir, sekaligus dengan memandang indahnya taman, mengajak peziarah untuk menginat hari akhir, sekaligus  dengan memandang indahnya taman, mengajak peziarah untuk mengingat kebesaran, keagungan, kemuliaan dan keindahan Allah SWT yang telah menciptakan alam dengan sempurna.
Al Azhar Memorial Garden melalui Yayasan Pesantren Islam Al Azhar menyediakan lahan pemakaman yang memenuhi unsur keindahan tersebut, tentunya dengan menuruti syarat makam syariah.
·         Areal pemakaman hanya ditujukan untuk memakamkan dan ziarah saja, tidak  ada fasilitas lain yang dapat menimbulkan tindakan pemborosan dan berlebihan dalam pemakaman.
Berdasarkan syarat makam syariah tersebutlah maka makam di Al Azhar Memorial Garden berbentuk sederhana, tidak dibuat beraneka model dan tidak dibangun apapun, hanya gundukan tanah setinggi 10 cm yang ditanami rerumputan. Diantara makam satu dengan lainnya diberi jalan setapak agar peziarah dapat berjalan tanpa menginjak-injak atau melangkahi makam. Perawatan dan pengelolaan makam hanya dibayarkan pada awal pemakaman.