Saturday 26 September 2009

Bandung,I'm Coming...(Jabar 2009)

5 Syawal 1430
Setelah melakukan wisata modern di metropolitan, 24 September 2009 saya berencana ikutan Mas Tunggal dan keluarga ke Pengalengan Bandung Selatan, menikmati suasana perkebunan teh masa lalu,niaaaattnyaaa…
Untuk mempermudah dan menghemat waktu malam sebelumnya saya dan Owien menginap di rumah Amelia, menjajal kamar yang serba baru….hhmmm setara dengan kamar hotel berbintang-lah. Hahaha…dalam beberapa bulan lagi kwalitas kerapihannya diragukan…maklumlah Bimo yang baru saja diwisuda jadi sarjana teknik, kemampuannya di dunia hospitality belum teruji…xixixix…
’20 Menit lagi tiba di Antam.’ : SMS dari nomer 0888xxxxx Mas Tunggal sampai di nomer 08888xxxx di kantong jeans saya pada pukul 10:56. Sebelum berangkat saya dan Owien menyantap Mie instant gelas dan susu cair kaleng dari kulkas Amel dan keluarga…wuikikikik…mumpung penghuninya masih pada menikmati keindahan dreamland. Sementara Mbak Lien, sang nyonya rumah sudah mulai berangkat bekerja.
Saya dan Owien menunggu Tavera tepat di depan pintu masuk gedung Antam TB Simatupang. Lebih dari waktu yang ditentukan, tetapi Tavera belum juga muncul. Saya langsung menghubungi Sekar, dan ternyata mereka masih di Radar Auri Cimanggis !
Mobil datang, kami langsung masuk – travel bag kami masukkan ke dalam bagasi. Langsung masuk ke jalan tol, melaju dan sempat mampir di Km.57. Saya, Owien dan Sekar membeli beberapa makanan dan minuman di KFC yang ada di area tersebut.
Perjalanan lancar, hingga akhirnya…..tidak sesuai rencana kami ke Pengalengan, mobil keluar di Padalarang Kab.Bandung Barat dikarenakan kondisi mobil yang tiba-tiba drop. Kami berhenti di salah satu deretan ruko di Padalarang. Ada tukang bakso tahu dan es cendol+cincau. Mas Tunggal dan Seno mencari tukang oli, sedangkan 4 cewek (plus Mbak Rita) memesan bakso tahu seharga Rp 3000,- s/d Rp 5000,- (pakai telor rebus utuh) serta memesan es cendol dan cincau yang satu gelasnya Rp 2000,-. Tukang cincau-nya bangga banget cincau-nya gak pakai pengawet, saya mah percaya-percaya ajah, tetapi kebersihan dan kehalalan sebenarnya masalah yang utama. Selezatnya makanan kalau gak bersih en gak halal mah sama aja bohong! Kalau makanan “gak sehat” masih bisa saya lawan dengan liquid chlorophyll deh….Tapi kalau gak bersih??! Huh, ngelihatnya aja dah gak selera. Lagipula kebersihan sebagian dari iman.Soal kehalalan?? Haruskah hal ini saya jabarkan? ;-)
Untuk memperkecil resiko terjadinya sesuatu , siang itu kami membatalkan rencana ke Pengalengan. Kami berbelok ke Bandung City. Di toll menjelang Bandung kami memperhatikan billboard2 hotel, langsung memencet nomer hotel – jika sudah nyambung bertanya roomrate dan ketersediaan kamar yang bisa kami pakai malam ini.


Sore ini, kami check-in di Garden Permata Hotel. Memasuki lobby masih terasa nuansa Ramadhan dan Lebaran, serta nuansa Indonesia juga terasa kental. Terdapat mini gamelan dan furniture yang juga menampakkan kekhasan Nusantara. Masuk ke kamar 320, connection door-nya unik. Hamparan kolam renang terpampang di jendela kamar yang saya tiduri bersama Owien, dan kamar tersebut terhubung di living room alias ruang tv dan meja kerja tanpa dibatasi oleh daun pintu! So, begitu Om Fakih beserta keluarga visit ke kamar, kami tidak bisa bersembunyi deh…hahahaha…Yup Om Fakih yang baru saja mendarat di Indonesia dari Jeddah menyusul kami ke Bandung. Cepat banget euy! Padahal saat anaknya, Raihan d isms oleh Sekar dan kami memberitakan bahwa kami dalam perjalana ke Bandung anaknya memberitahukan bahwa Om Fakih baru akan landing di Bandara Soekarno Hatta. Dari luar negeri coy!Loh kok tiba-tiba jam 5-an sudah ada di hotel Bandung.
Kedatangan Om Fakih dan keluarga berkah juga seh, karena mobil Tavera masih belum diperbaiki, jadi saat makan malam kami menumpang mobil yang dibawa Om Fakih. Untungnya lagi yang dibawa Om Fakih mobil Xenia, bukan Timor seperti biasanya. Jadilah kami ber-sepuluh berjejalan di Xenia tersebut. Berasa deh lebarannya…hahahaha..
Dinner ayam goreng serta gurame di belakan Gedung Sate yang ramai oleh banyak rombongan keluarga. Tempat makannya model warung berderet seperti di Blok S Jakarta, dan yang datang-pun bermobil pribadi (Halah kalau nyewa kita juga gak ngerti?! :-D). Di warung sebelahnya saya, Owien, Mas Tunggal dan Om Fakih sempat minum Badsus. Badsus = Bandrek Susu. Yang biasanya disajikan panas, kali ini saya minta ke pedagangnya untuk menyajikan dengan es.
Sebelum balik ke hotel kami mampir ke Rumah Makan TenToTen, beli Cap Cay dan Nasi Goreng untuk “mengemil” di kamar hotel. Melewati Grand Serela Hotel yang 2 tahun lalu tempat saya menginap bersama ibu dan Mas Tunggal keluarga. 2 tahun yang lalu itu kami ke Bandung di bulan September juga, sambil mengambil buku ‘I Love Cooking’-nya Sekar di Penerbit Mizan.
Malam sebelum tidur Seno sempat mencoba wifi dari kamar. Hiks…belum bisa tuh. Sebenarnya asyik juga nih hotel full-WIFI sampai kamar, tetapi kenapa gak connect giniii seeeh…

*poto diambil dari website Garden Permata Hotel.

No comments:

Post a Comment