Cirebon bukanlah kota asing bagi saya. Saat
kecil, orangtua sering mengajak plesiran di kota ini. Rata-rata dalam setahun
bisa 2 - 3x saya berkunjung ke Cirebon sebagai kota yang kami lalui jika orang
tua ingin menjenguk kakek nenek kami di Jawa Tengah. Jika telah tiba di Cirebon
maka kami akan bersorak gembira karena merupakan tanda bahwa kami telah
menempuh setengah perjalanan dari Jakarta. Tugu perbatasan Jawa Barat - Jawa
Tengah merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Ketika kecil saya seringkali
difoto dan di-shot video oleh camera Ayah. Oleh karenanya tidak heran jika
orang tua sekarang sering melakukan hal yang dilakukan Ayah lebih dari 25 tahun
lalu. Jika telah sampai Cirebon pula, Ayah seringkali mampir bersilaturahmi
dengan kerabatnya yang tinggal di kota udang ini. Sekejap, hanya bersalaman,
menanyakan kabar dan saya dipersilakan untuk numpang buang air kecil di
toilet-nya...hahaha...
Tahun 1997 saya dan keluarga kakak juga
"terpaksa" bermalam di Cirebon selama 2 malam karena mobil mengalami
kerusakan, sedangkan bengkel resmi brand mobil tersebut tidak beroperasi di
hari Minggu, sehingga kami harus menginap di salah 1 hotel di Cirebon. Selama
menunggu mobil di service saya dan keponakan berwisata keliling Cirebon dengan
menyewa becak. Sungguh bahagia!
Tahun 2007 kunjungan ke Cirebon untuk
kesekian kalinya. Mengantar sepupu lamaran ke keluarga calon istrinya,beberapa
waktu kemudian kunjungan berikutnya saya hadir ke resepsi pernikahannya yang
berlangsung di Hotel Patra Jasa Cirebon. Saya dan beberapa kakak dengan mobil
pribadi berangkat pagi dari Jakarta, kembali ke Jakarta setelah resepsi siang
hari.
Tahun 2017 kunjungan ke Cirebon tanpa
bermalam kembali saya lakukan. Kali ini tidak bersama keluarga, namun bersama
members Indonesia Lifestyle Digital Influencers serta difasilitasi oleh Big
Bird.
Kami berkumpul pukul 6 pagi di Blue Bird
Headquarter yang terletak di Mampang Jakarta Selatan. Rombongan terbagi dalam 2
Big Bird yang masing-masing berkapasitas 25 orang. Awal 2017 saya mengetahui
informasi program Big Bird Jalan Jalan ke berbagai daerah di Indonesia. Saya
mengetahui program tersebut dari media social, kota Bandung dan Cirebon adalah
2 kota yang masuk dalam program ini. Ketika menaiki Big Bird saya menemukan
lembaran kertas putih, notebook hitam dan pulpen di setiap seat yang akan kami
duduki. Ternyata kertas berukuran HVS A4 tersebut memaparkan program Big Bird
Jalan Jalan tujuan Jogjakarta.
Makan Siang
: Nasi Jamblang Ibu Nur
Perjalanan
memakan waktu hingga 5 jam karena tersendat di toll Cikarang - Krawang.
Memasuki kota Cirebon waktu telah mendekati jam makan siang, Big Bird mengantar
kami ke Nasi Jamblang Ibu Nur.
Ya ampuuun, penuh dan masih banyak pula tamu
antri berbaris mengambil makanan. Metode-nya memang semi self service ala
Indonesia. Kami berbaris sambil mengambil makanan yang diinginkan dan diujung
antrian seorang kasir mencatat makanan yang kami ambil. Kami hanya menyebutkan
"Rombongan Mbak Widya Blue Bird" , tanpa mengetahui harga yang harus
dibayarkan.
Ciri khas Nasi Jamblang Cirebon adalah
disajikan dengan berlapiskan daun Jati, secelumit nasi pulen serta berbagai
lauk pauk khas daerah. Untuk lauk pauk saya memilih Tauco Hitam, Sate Telor
Puyuh, Pepes Tahu, Telor Dadar , Sambal Merah dan Pepes Rajungan. Ada lauk unik
berwarna hitam, yakni Cumi Balakutak yang hitam pekatnya berasal dari tinta
cumi . Saya tidak memilihnya, irisan cumi-nya terlalu besar , dan saya
memfavoritkan Pepes Tahu serta Pepes Rajungan. Pepes Tahu yang lembut menyentuh
langit-langit mulut, dan Pepes Rajungan yang empuk serta sulit ditemukan di
warung makan di Jakarta. Semua rasa
terasa pas, tidak ke asinan dan tidak terlalu gurih. Tahu Sayur konon menjadi
ciri nasi Jamblang, tapi saya sudah "kepentok" dengan lauk yang sudah
termakan.
Sayangnya udara yang panas tidak dapat
"dipadamkan" oleh AC di warung makanan ini. Saya bergegas kembali ke
Big Bird setelah makanan habis. Selain karena masih banyak tamu yang menunggu
kursi dan meja kami, saya ingin cepat-cepat menyejukkan diri. Masjid Sang
Cipta Rasa dan Keraton Kasepuhan.
Kunjungan berikutnya adalah Keraton
Kasepuhan. Saya dan beberapa rekan melaksanakan shalat Dzuhur di Masjid Sang
Cipta Rasa yang terletak di depan sisi kiri kompleks Kraton Kasepuhan. Hhhmmm,
jujur aja nih...sebenarnya masjid dan sekitarnya dapat lebih terawat dan dibuat
nyaman untuk beribadah.
Masuk ke gerbang Kraton Kasepuhan pengunjung
dewasa dikenakan tiket masuk seharga @ Rp 20.000. Kami ditemani oleh tour guide
yang ramah, dan asyik menjelaskan sejarah dan kondisi keraton. Pria tersebut
mengenakan beskap...eh apa yach namanya kalau di Cirebon? Kalau di Jawa Tengah
dan Jawa Timur sepengetahuan saya disebutnya ya beskap.
Banyaknya pengemis di sekitar kraton sungguh
sangat mengganggu. Entahlah,,,bahkan beberapa pria yang mengenakan kaos sama
(seperti seragam) tidak jengah menadahkan tangan dan bibirnya terucap harapan
agar kami memberikan uang untuknya. Ah,ternyata di Cirebon masih banyak
pengemis dari berbagai kalangan usia. Ketika saya berkunjung di Makam Sunan
Gunung Jati belasan tahun lalu, tak segan anak berusia sekitar 10 tahun
membuntuti kami agar diberi uang. Hingga saya bertanya,"Ibu dan Bapak kamu
kemana? Kalau minta uang untuk makan, minta saja makan ke Ibu kamu."
Mereka menatap saya, tapi tatapannya justru tidak menimbulkan iba. Sungguh
justru saya memiliki empati dan ingin mendidik mereka. Janganlah berjiwa
peminta yang memohon belas kasihan. Bekerjalah karena bekerja adalah ibadah,
dan agar orang tua mereka menjalankan amanah yang dititipkan Allah kepadanya.
Belum mampu? Loh bukankah "menikahlah maka kamu akan menjadi kaya"?
Buktikan itu...!
Makan Sore
di Empal Gentong H.Apud Lalu Belanja
Sore menjelang, kami menuju Rumah Makan Empal
Asem Empal Gentong H.Apud. Ini bukan pertama kali saya makan Empal Gentong khas
Cirebon. Tetapi seingat saya, ini pertama kalinya saya makan Empal Gentong
langsung ke tempat penjualnya. Saya tidak pernah membeli makanan ini, tetapi
saya makan Empal Gentong saat ada acara khusus, termasuk saat resepsi
pernikahan sepupu di Hotel Patrajasa Cirebon. Ternyata Empal Gentong H.Apud
memiliki cabang juga di Jakarta....hooo
Ba'da Maghrib kami menuju Toko Oleh Oleh.
Saya membeli beberapa kudapan, salah satunya adalah Tape Ketan. Saya baru ngeh
melihat tape ketan tersebut. Waktu saya pamit ingin ke Cirebon dan menawarkan
Ibu ingin dibelikan apa, Ibu saya menjawab,"Tape." Yang segera saya
sahutin,"Tape mah klau ke Puncak atau Bandung. Peyeum mah adanya
disitu..." Oooh, ternyata di Cirebon juga ada tape, tape ketan di ember.
Inget deh waktu saya di Kuningan dan membeli tape di ember...hehe...yg ini
nih,..... Oleh Oleh : Semarang, Pekalongan, Brebes, Kuningan, Sumedang [2007]
Pada akhir perjalanan kami mampir di Batik
Trusmi. Di toko tersebut saya hanya membeli celana model balibol. Untunglah gak
terlalu lama disini karena ternyata banyak barang yang saya
taksir...hehe...selamat deh limit kartu kredit...hihihi...
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih banyak
untuk Blue Bird yang telah menjadi fasilitator jalan-jalan, makan-makan dan
belanja ke Cirebon. Selanjutnya saya akan ikut jalan-jalan yang diselenggarakan
oleh Blue Bird lagi deh...Tenang, argonya nggak gerak kok. Tarifnya flat untuk
jalan-jalan ke luar Jakarta menggunakan Big Bird.
No comments:
Post a Comment