Nggak ada prediksi bahwa suatu
saat saya bermalam di hotel berbintang 3 yang terletak di kawasan Blok M
Jakarta Selatan. Bermula dari My Lovely yang datang dari negeri seberang ingin
menikmati waktu-nya di salah satu hotel. Saya mempertimbangkan hotel di Kemang
dan Menteng, hotel berbintang 3, dia memberi alternatif hotel di Puri Indah
Jakarta Barat, Tendean dan The Falatehan Hotel by Safin. Karena Puri Indah
sulit saya akses jika tidak membawa kendaraan pribadi dan saya pernah menginap
di hotel yang terletak di Tendean – itupun belum sampai 2 bulan yang lalu.
Akhirnya saya menuruti-nya untuk booking di The Falatehan Hotel by Safin,
walaupun saya agak jiper melihat lokasi lingkungannya. Hihihi, bisa juga ya
saya jiper? Ya bisa-lah, karena ada pengalaman yang tidak diharapkan terjadi di
area itu beberapa tahun yang lalu. Karena My
Lovely merasa lebih minat di hotel
tersebut, maka saya booking melalui internet, survey antara Agoda dan
booking.com – jadilah tanggal 18 February 2015 saya booking untuk tanggal 20-21
February 2015.
Tumben ya saya “ngalah” dengan
kemauan seseorang? Yap, karena soal waktu, waktu saya bersama My Lovely terasa sangat mahal. Kedua dia
yang bayar...hehehe, bukan karena saya nggak mampu loh ya, saya bertekad kok
akan membayar-nya suatu saat nanti di suatu tempat yang pastinya pernah saya
impikan. Ketiga, warna biru yang menjadi ornamen tempat tidur-nya terlihat
fresh.
Jumat, 20 February 2015 – setelah
saya menyelesaikan berbagai amanah, saya menuju ke hotel. Hanya menyebut
nama-tanpa memperlihatkan voucher hotel. Saat diminta KTP saya kelimpungan
karena sepertinya KTP tertinggal di tas kerja. Membayar deposit Rp 100.000 ,-
yang saya bayarkan menggunakan debet card, kemudian diberikanlah key card kamar 336 dengan catatan saat My Lovely sampai hotel harus registrasi
menyerahkan KTP-nya. Saya wanti-wanti agar memberikan KTP Indonesia-nya agar
tidak dikenakan tariff turis asing...hehe, tadinya dia berniat memakai driver license dari negeri tempat
tinggalnya sekarang.
Kamar Tanpa Jendela
Ingat cerita saya tentang KamarTanpa Jendela? Kali ini terjadi kembali. Front
Officer sudah mengatakan bahwa kamar yang kami tempati di lantai 2 tidak
memiliki akses lift. Saya harus bisa melalui tangga, melewati rest room dan pintu kitchen resto hotel. Dikatakan juga bahwa kamar tidak memiliki
jendela. Hadeuh, di internet memang tertulis di keterangannya “no view”, saya
pikir sekedar view mentok tembok, jadi gak kebayang deh tuh kalau tanpa
jendela. Kalau mau jendela saya bisa up grade ke kamar deluxe dengan menambah
Rp 100.000,-. Ah, sudahlah...malam ini justru kami tidak memerlukan jendela
bukan? ;D
Akses ke kamar memang “nggak
banget” seperti yang saya tulis di atas. Ada 8 kamar yang kondisi-nya seperti
itu. Kami mendapat kamar di pojok.
Bersyukur begitu membuka kamar
saya melihat kamar-nya bersih dan rapih. Nggak terlalu “melenceng” dengan yang
ada di foto website promo-nya. Luas kamar-nya pas. Terdapat lemari berpintu
lengkap dengan gantungan baju dan safe
deposit box, coffee/tea maker
dilengkapi 2 air mineral ukuran kecil merk Oasis (Disediakan juga air mineral
ukuran 1.5 liter yang jika kita membuka-nya dikenakan biaya Rp 20.000,-),
cermin ukuran seluruh badan tergantung di dinding dengan desk untuk sepatu atau koper, tv flat dan cermin dinding yang lebih
sebagi hiasan. Ada sofa baca di sisi tempat tidur, selain desk untuk
menulis/makan.
Bathroom-nya nggak ada bathub ya J . Tidak ada tube di shower, hanya ada tirai. Relatif bersih
dan walaupun bukan dari material yang nomor 1 tapi kondisi dan model-nya baru.
Dinner & Breakfast @ Hotel
Awalnya saya berniat membelikan My Lovely makanan “Ceker Ayam” di resto
China Muslim yang terletak di Pasaraya. Melihat lingkungan kehidupan malam di
sekitar hotel membuat saya mengurungkan niat tersebut. Sebenarnya saya sudah
lapar, demikian pula dengan My Lovely yang masih dalam perjalanan. Akhirnya dia
menyarankan saya memesan di “Room Service” 5 menit menjelang dia datang. Tapi
jadi-nya pesan justru saat dia sudah sampai di kamar....
My Lovely memesan Rawon dan
untuk saya Nasi Goreng Seafood. Yang menerima pesanan dia, ternyata sekalian
bayar. Rasa makanannya termasuk lezat untuk ukuran hotel. Atau memang karena
saya lapar ya? Hehehe...
Untuk makanan Room Service tidak sempat diambil
foto-nya, keburu di makan dalam sekejab habis :D
Pagi jam 7-an kami menuju resto
hotel untuk breakfast. Baru 1 meja yang terisi. Sebelumnya kami berputar melihat makanan yang tersedia. Saya hanya
mengambil Bubur Ayam, Cereal dan secangkir kopi. Sedangkan dia sudah memenuhi
piring-nya dengan Nasi Kebuli, Sosis...entah apa lagi! Kenapa jadi terbalik
gini sih “sistem” makanannya?! Dia yang sudah lebih dari 20 tahun di negeri
bulek justru sarapan yang bikin para bulek mendelik, sedangkan saya yang sudah
lama meninggalkan negeri itu justru pilih yang ringan.
Usai sarapan kami kembali ke
kamar. Pukul setengah 12-an kami check
out, saya mengambil uang deposit, sementara dia ke lounge khusus.
Artikel yang bagus, bagi bro n sis yg pengen nyobain oleh2 khas kota medan bisa order dimari www.medanpoenya.com
ReplyDelete