Wednesday, 10 November 2010

Bantimurung : Dimana Kupu Kupu Mengalir Sampai Jauh

Setahun yang lalu, tepatnya 7 November 2009 – saya berkunjung ke Bantimurung yang terkenal dengan air terjun dan pendaran kupu-kupu cantik yang beterbangan. Teringat lagu saat kanak-kanan nan indah...

♪“Kupu Kupu yang lucu...kemana engkau terbang...hilir mudik mencari bunga-bunga yang kembang..........................................Tidakkah sayapmu merasa lelah?”♫

Berlatar Taman Nasional Bantimurung
Dari Jln Sultan Hasanuddin Makassar menuju lokasi Bantimurung buat ukuran orang yang terbiasa tinggal di wilayah Jabotabek tidaklah terlalu jauh. Sekitar 45 kilometer dari pusat kota Makassar. Saya mendapat pinjaman Daihatsu Taruna dari rekan kakak saya, salah seorang Kepala Dinas Daerah Takalar. Kami bertiga, Ardian Y dan Laode dalam satu mobil belum ada yang pernah kesana, sedangkan kami bertiga juga pendatang dari Jakarta, Bekasi dan Surabaya. Tanpa peta pemandu apalagi GPS kami hanya nekad mengikuti petunjuk dari rekan sekerjanya Ardian dan Laode. Sempat juga bertanya ke satu warung sekalian membeli minuman.
Melalui tol dalam waktu yang tidak memakan waktu 1.5 jam kami tiba di lokasi, kecamatan Bantimurung – Kabupaten Maros. Terpampang jelas di dinding bukit nama taman wisata Bantimurung. Wah, nampaknya mau menyamakan dengan tulisan Holywood di Amrik sana nih...hehehe. Dengan mudah pula menemukan tempat parkir di depan pintu gerbang masuk lokasi wisata. Tiket masuk juga relatif murah, @ Rp 5,000 ,- untuk dewasa dan @ Rp 4,000 ,- untuk anak – anak. Begitu melintasi pintu gerbang kami langsung membaca papan pengumuman dan peta lokasi wisata. Wahana utama adalah Air Terjun Bantimurung yang letaknya tidak terlampau jauh dari peta lokasi, kemudian ada beberapa goa – yakni Goa Mimpi dan Goa Batu yang jaraknya hampir 1 kilometer. Tetapi sebelumnya kami mampir ke Museum Kupu Kupu yang terdapat tak jauh dari tempat kami berjalan. Sayang sekali, ruang museum yang hanya seruangan tersebut kurang terawat secara baik. Deretan jenis kupu – kupu cantik tampak dibiarkan begitu saja. Padahal kalau ditata dengan seksama dan didesain dengan benar kupu – kupu tersebut maka ruangan museum tersebut dapat menimbulkan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Ada kupu – kupu yang bermotif aneka batik, biru dan hijau toska...aaaiiih cantik sekali deh!

Didekat pintu masuk terdapat barang dagangan dihamparkan, ada t-shirt, gantungan kunci kupu – kupu dan beberapa benda lagi khas Bantimurung. Ditata ala kadarnya. Padahal kalau di tata secara apik seperti toko souvenir profesional ruangan tersebut dapat memiliki nilai jual juga khan. Jelas, bahwa sesungguhnya Bantimurung memiliki prospek yang bagus dalam bagian pengembangan pariwisata nusantara, diantaranya tercetus oleh Alfred Russel Wallace (1823 – 1931) dalam bukunya ‘The Malay Archipelago” menyebut bahwa Bantimurung adalah “The Kingdom of Butterfly” pada kunjungannya ke sini di tahun 1857. Konon Bantimurung yang terletak 12 kilometer dari ibukota kabupaten Maros ini memiliki kurang lebih 150 species kupu – kupu. Bayangkan....hal yang seharusnya kita jaga kelestariannya. Kekayaan yang mewarnai keindahan nusantara ini terasa kurang disadari oleh kita sehingga berangsur beberapa jenis spesies kupu – kupu itu musnah.
Keluar dari ruangan museum kupu – kupu seorang pedagang gantungan kunci menawarkan barang dagangannya ke kami. Saya memang berminat untuk membelinya tetapi saya pikir lebih baik nanti saja setelah saya menjelajah kawasan wisata Bantimurung ini. Tanpa memaksa membeli dagangannya pedagang tersebut mengikuti kemanapun kami berjalan. Kami sih tidak merasa terganggu, apalagi sekali – sekali kami sempat bertanya beberapa hal kepadanya sesuatu yang kami tidak mengerti, termasuk lokasi pasti dan isi dari goa – goa yang terdapat disana.

Air Terjun Bantimurung. Ngebasahin kaki doang..hehe
Akhirnya pedagang gantungan kunci itu menjadi guide tak resmi. Menjelaskan jalan dan obyek yang terdapat di Bantimurung. Kami memutuskan ke goa Batu. Tentunya sebelum ke sana kami ke Air Terjun Bantimurung terlebih dahulu. Memang rute jalannya harus melewati sih.....
Tampak air terjun pendek menyusun di hamparan kami. Memang sayang sekali jika ke Bantimurung tanpa merasakan berenang atau menikmati derasnya air yang mengalir. Waduh, tetapi hari itu benar – benar wardrobe yang sedang saya gunakan adalah wardrobe untuk para window shopper di mall city ...hahaha....Jadilah saya hanya menciprat – cipratkan air dengan tangan. Itu-pun sudah merasa kesegaran air yang mengalir. Di tepi air terjun terdapat karang – karang , seperti pintu masuk gua memanjang, disana terdapat hamparan tikar. Bagi pengunjung Bantimurung yang tidak berenang maka dapat menikmati hidangan yang mereka bawa disana. Kami berfoto sejenak, kemudian melanjutkan jalan setapak ke Goa Batu.

Tak jauh sebelum memasuki goa Batu kami menyewa senter untuk penerang dalam goa. Terlihat ada sebuah makam di dekat sana, ternyata mereka menyatakan bahwa itu adalah makam Raja Bantimurung. Kalau melihat kondisi makam yang seperti tidak dipedulikan berarti berbeda dengan kondisi di beberapa bagian pulau Jawa, yang makam saja bisa dijadikan “wahana wisata”. Di mulut goa juga ada meja yang menyewakan lampu penerang (senter). Yang bikin saya bengong ada rombongan yang membawa petromax...hahaha...Kondisi goa memang gelap pekat andai kita tidak menyalakan lampu penerang.

Penjual gantungan kunci yang sejak di museum kupu – kupu menjelaskan kepada kami mengenai cerita dan kondidsi goa. Di dinding ada batu yang membentuk monyet khas Bantimurung. Oh ya, ketika memasuki lokasi wisata kita memang akan disambut oleh patung besar monyet Bantimurung. Jadi menurut saya, ciri khas Bantimurung adalah Kupu Kupu dan Monyet. Hhmmm...keindahan yang saling melengkapi.

Di dalam goa juga terdapat batu yang konon jika seseorang memohon sesuatu maka akan dikabulkan. Caranya dengan mengikat seutas tali pada batu tersebut. Saya tidak minat untuk mencoba, termasuk tidak minat membasuhkan air ke wajah yang terdapat di dalam goa tersebut yang konon bisa membuat awet muda. Memohon sesuatu dimanapun pasti akan dikabulkan-Nya, asalkan permohonan kita tulus untuk kebaikan. Soal air awet muda, saya percaya saja asalkan membasuhnya tidak hanya saat itu – harus rutin setiap hari. Air tersebut khan tidak terkena polusi kotoran kimia, secara di dalam gua gituh, jadi kebersihannya pasti menyegarkan dan membuat kulit kita bersih alami. Logis khan kalau dikatakan air tersebut membuat kita awet muda?! Di dalam goa kami juga ditunjukkan sebuah cekungan batu yang biasa digunakan Raja Bantimurung untuk melaksanakan shalat.

Puas menyusuri kami keluar. Di dalam goa cukup licin, jikalau mau berkunjung dan masuk goa sebaiknya memang menggunakan sepatu yang nyaman untuk menyusuri jalan batu/tanah licin yang tidak rata.

Versi majalah KARTIKA - Sahabat Wanita Muda Edisi Juli 2010 : Pegunungan Karst Bantimurung - Sulsel masuk dalam '50 Tempat Liburan Terindah dan Murah : Must Visit Before You Die!'

2 comments:

  1. Wah,.....Mbak Anna, sayang sekali loh kalau main-main ke Air Terjun tapi ga mencicipi airnya. hehehe...

    soal Gua Batu dan Makam Raja Bantimurung, tempatnya seperti berbeda alam dengan air terjunnya yach. Kalau di Air terjun cukup hingar bingar dan ramai, di sisi ujung sana malah sepi dan cukup membuat bulu kuduk agak merinding. Saya sendiri cukup jiper waktu main-main ke dalam sana. Akhirnya, saya memutuskan untuk tidak memasuki makam Raja Bantimurung itu.

    Salam!

    ReplyDelete
  2. Nyicip...tapi dikit...hehehe...
    Yup emang sih alamnya sptnya berbeda,yang satu segar dan satunya emang gelap pekat, tapi saya berusaha menjelajah bahkan nyiprat-nyiprat air di dalam gua yang katanya tempat Raja Bantimurung mengambil air wudhu. Waktu masuk cukup banyak wisatawan yang masuk ke gua Batu, sampai ada yang bawa petromaks segala ;-)

    ReplyDelete