Bahagia banget deh mendapat
undangan menghadiri suatu acara di Lampung. Apalagi kali ini menggunakan
transportasi darat + ferry dari Pelabuhan Merak hingga Bakauheni.
Yippiiii...mengulang pengalaman beberapa tahun lalu (Nggak perlu dijelasin
kapan tepatnya, ntar ketahuan umur deh :p ), yang pasti saat itu sama di bulan
January - beberapa hari sebelum keberangkatan ke New Zealand (Karena setelah
kembali Ke Jakarta pihak Kedutaan Besar NZ nyari2 saya). Sebelum meninggalkan
Indonesia saya khan mau maen dulu ke belahan Indonesia, so saya en Jeng Dion
dengan pede-nya menuju Lahat Sumatera Selatan (Sumpe,Jeng, gw kagum sm diri
kita yang kok yach tahan amat ke Lahat (Sumsel) naek kendaraan darat non AC.
Sumpeee, skrg andai dibayar-pun msh mikir2 dah 😂)
Kali ini, 20 January 2017 saya
berangkat dari Filantrophy Building dengan mobil milik Dompet Dhuafa. Kami berenam dlm 1 mobil (AC ya,Buuuuk...). Melalui
BSD kami menuju Pelabuhan Merak – Banten , mampir bertemu dengan
rombongan media di RM Berkah Bhayangkara.
Makan siang, rombongan pria melakukan shalat Jumat.
Ampun deh, toilet yang hrs bayar
Rp 2000 terlihat tidak terawat. Haloooo...Pak, daripada tidur njagain bayaran
toilet gitu lebih baik lebih aktif membersihkan semuanya. Percaya deh,
kebersihan sebagian dari iman dan bila kita semakin bersih maka rezeki juga semakin
banyak berkah. Aamiin...😊🙏
Ferry Keberangkatan : Farina Nusantara
Kami masuk ke dalam kapal. Banyak
cowok2 yang menawarkan diri untuk terjun ke laut asalkan di bayar dengan uang
kertas. Huh, saya mah nggak peduli yang seperti itu! Lain halnya dengan teman
seperjalanan saya yang "meladeni" ocehan orang-orang itu. Saya justru
merasa terganggu sebenarnya, tetapi setelah dicuekin orang-orang itupun
menyingkir dari hadapan saya.
Ternyata bener khaaaan, teman
seperjalanan pada kena tipu. Sudah menyerahkan uang, tapi cowok2 itu malah
kabur. Ya iyalah, secara kalau mereka terjun trus sampai nggak muncul lagi ke
permukaan air atau kepentok besi kapal ,bisa2 kita loh yang bertanggung jawab.
Secara mereka menawarkan dirinya dengan kalimat,"Ayolah Teh/Mbak/Bu Haji,
untuk hiburan di kapal bayar pakek uang kertas, nanti saya nyebur."
Jiaaah, boro2 kehibur kalau saya mah... mending ke laut sono,Bang!!
Peringatan aja nih buat kamu2
yang naik ferry menyebrangi Selat Sunda. Nggak usah ditanggepin kalau ada
tawaran seperti ini. Justru yang harusnya ditanggepin adalah Abang Penjual
Empek2 yang menawarkan 1 potongnya Rp 3000. Awalnya saya underestimate terhadap
kelezatan Empek2 yang ia jual. Karena mondar-mandir dan nggak ada yang berminat
beli, maka saya niatkan sedekah dengan membelinya. Cuma beli 1 potong sih,
secara saya masih kenyang. Setelah saya gigit...duh saya kaget!!! Dengan
kondisi kenyang, saya masih merasa Empek2 itu enak, ikannya terasa di lidah.
Jualannya juga bersih, dengan plastik baru. Huaaa, sayangnya saya mengetahui
hal ini terlambat. Kalau sejak awal saya coba,pastinya saya beli lebih
banyaklah. Ini faktor selera ya, secara dengan harga Rp 3000 saya pikir cuma
terasa kanji. Jadi jangan juga dibandingkan dengan Empek2 yang harga Rp 15.000
- 30.000/potong.
Kalau ferry Farina Nusantara ini
ukuran kapalnya tidak terlalu besar, dan sepertinya kapal lama. Di cafetaria
dan ruang lesehannya luas dan ada televisi-nya, tetapi...puaaannaaas, jadi
mending kami berdua duduk di luar kapal sambil menikmati pandangan ke laut.
Untungnya kapal angkutan tersebut tidak terlalu ramai, tetapi tetap aja kami
merasa sudah nggak nyaman dan langsung ke ruang VIP yang full AC. Ruangannya
biasa saja, di layar televisi tampak film jadul yang nggak ada selera untuk
kami tonton. Jeng Yanti sempat tertidur, dan saya membaca surat Kahfi –
kebetulan khan hari Jumat.
Welcome to Sumatera
Barangkali sekitar jam setengah 4
sore kami tiba di Pelabuhan Bakauheni - Lampung
Selatan. Kemudian mampir sejenak di Indomaret
Menara Bakau (Siger) membeli cemilan dan minuman, kemudian melanjutkan
perjalanan. Pemukiman warga di sekitar situ banyak berdiri pura di depan
rumahnya. Saya malah jadi ngerasa mendarat di Negara Bali...hahaha...Namun
traffic-nya berbeda sih. Di Lampung banyak truck dan kendaraan besar yang
ngebut, kendaraan pribadi jarang berpapasan dengan kami. Tak tampak pula
kendaraan umum sejenis angkot. Wiiih, penduduknya pada kemana yach?
Jam 5an kami tiba di RS AKA Medika Sribhawono Dompet Dhuafa –
Lampung Timur yang sedang
dipersiapkan untuk diresmikan keesokan harinya. Kami khan diundang ke
Sribhawono Lampung Timur memang untuk meliput dan menyebarkan info program ini.
So plis yach untuk yang niatnya plesiran gratis....jangan kebangetan deh .
Ferry Sekembalinya ke Pulau Jawa :
Ferry Sekembalinya ke Pulau Jawa :
Sebelum
menceritakan tentang RS AKA Medika Sribhawono Dompet Dhuafa dan Kunjungan ke
Taman Nasional Way Kambas , sekilas saya ingin menuliskan tentang kapal
penyeberangan alias ferry yang membawa kami kembali ke Pulau Jawa.
Ba’da Maghrib,
21 Januari 2017 kami tiba di daerah Pelabuhan Bakauheni dan langsung menuju
Rumah Makan Padang (yang saya tidak ingat namanya). Saya memesan nasi rendang. Maaf
tidak tuntas saya habiskan karena saya melihat kondisi rumah makan dan
kebersihannya relatif kurang “sehat”.
"Lobby" Portlink 3 |
Usai makan
kami beserta mobil masuk ke kapal. Begitu turun dari mobil dan masuk ke ruang
kapal ferry bernama Portlink 3 kami sempat terpana “semi norak”. Kami kira
kapal yang akan kami tumpangi mirip kapal ferry saat berangkat. Ternyata ferry
Portlink 3 ini memiliki ruang-ruang kamar privat. Jadi malah berasa masuk
lorong hotel deh...hehe...trus ada ruang karaoke, ruang pijat dan berbagai
ruang lainnya. Ruang duduk cafetaria-nya juga seperti lobby hotel berbintang. Kami
naik ke lantai 3 untuk shalat, dan di lantai tersebut ternyata ada masjidnya!
Keren euy! Ada tempat wudhu khusus pulak, mukena-nya banyak dan ada mimbar
masjid. Kami melaksanakan shalat Isya berjamaah. Uniknya nih, begitu shalat
ingin dilaksanakan kami diminta untuk menghadap ke arah pintu masuk masjid
(bukan ke mimbar masjid seperti biasanya). Tentunya ini dikarenakan kita shalat
harus menghadap kiblat, nah kapal ferry khan arahnya tergantung kemana
berlayarnya, jadi mimbar tidak selalu berada sama dengan arah
kiblat...hehehe..unik!
Masjid di dalam ferry (Dok.Pribadi) |
Menurut
cerita yang kami peroleh kapal ferry Portlink 3 ini yang digunakan oleh Jokowi
ketika ke Lampung beberapa waktu lalu. Mungkin ini eks kapal pesiar kali yak?
Waktu saya iseng browsing, sempat terbaca bahwa kapal ini dirakit di tempat
yang sama dengan kapal pesiar termewah Titanic. Termewah dimasanya sih, lebih
dari 100 tahun lampau....😁😀
Cerita
selanjutnya selama di Lampung??? Next yach...yang pasti malam itu saya bobo di Hotel Cempaka Indah Sribhawono Lampung Timur...zzzZZZzzzZ 😴😴😴
💭 Kalau untuk cerita mengenai peresmian RS-nya, silakan dibaca di : RS Aka Medika Dompet Dhuafa Sribhawono, RS Berbasis Wakaf
💭 Kalau untuk cerita mengenai peresmian RS-nya, silakan dibaca di : RS Aka Medika Dompet Dhuafa Sribhawono, RS Berbasis Wakaf
Dulu sering naik feri aku Palembang-Yogya he encook, mau kuliah lagi ya mba? Barakallah semoga lancar yaa aamiin
ReplyDeletePalembang - Yogya naik ferry? Wuuuiiih seruuuu....tulis dong pengalamannya :)
ReplyDeleteIyaaaa, pengen kuliah lg...hehe, Aamiin.