Monday 4 November 2019

“All You Can Eat” di 3 Hotel Thailand dalam 1 Hari

Saya ingin cerita saat berwisata di Thailand. Kalian pernah nonton film “Eat, Pray, Love” yang diperankan oleh Julia Robert? Atau barangkali pernah membaca novelnya yang memang diangkat dari kisah nyata penulisnya? Secara singkat seakan saya berperan seperti tokoh film atau novel tersebut. Tetapi ketika di Thailand, saya terkesan lebih banyak makannya! Berdoa sih saya diam-diam saja ya, walaupun singgah dan bertemu dengan banyak orang berdoa – sekalipun di tempat umum, seperti di space antara Siam dan MBK. Mereka berdoa di depan foto atau lukisan Raja Thailand yang terpampang nyata. Alhamdulillah, saya masih bisa mampir shalat Dhuha dan Hajat di Masjid Islamic Centre of Thailand Foundation. Kalau “love” justru terasa banget saat sudah kembali ke Jakarta...duuh, Gusti...daku jatuh cinta dengan Thailand. Nggak ada perbedaan waktu antara Thailand dan Indonesia, tetapi saya berasa “jetlag”...hahaha. Nah, sekarang akan saya ceritakan tentang gaya makan saat di negeri Gajah Putih ini, tetapi hanya saya ceritakan 1 hari saja ya di postingan ini, karena saat tanggal 6 Oktober 2019 berasa banget kenyang sampai mau pingsan (lebay!) makan 3x sehari di hotel berbintang di 2 kota dengan hidangan prasmanan atau buffet (baca : ALL YOU CAN EAT!)


Breakfast at Lai Kram Restaurant – City Beach Resort Hua Hin
Pukul 7 saya dan Erny menuju restaurant hotel di lantai 2. Seperti biasa jika akan breakfast di hotel, saya menyisir aneka makanan dan minuman di atas meja. Ternyata menu di hotel ini menyediakan makanan non-halal! Terpisah dan ditandai secara nyata. Saya langsung menyingkir! Masih percaya jika di hotel, maka secara profesional mereka memisahkan peralatan makan/masak halal dan non halal. Apalagi ini di Thailand yang “kesadaran” terhadap standard makanan minumannya tinggi, dan di area international yang full turis beragam negeri. Dibagian makanan yang non pork dan lard saya membelalakkan mata kegirangan melihat salah satu menu Thailand favorit saya tersaji disitu.Pad Kraprao Gai alias Hot Basil Chicken berhasil saya santap pagi itu. Plus Soup Ayam Bening Thailand...yang saya gak inget nama Thailandnya. Saya juga mengambil telor diacak-acak (omellet or scramble egg), makanan kebangsaan breakfast hotel berbintang diseluruh dunia sepertinya!
“Waaaw...di resto Thailand Jakarta, setidaknya saya harus membayar lebih dari Rp 80.000 untuk beberapa gram makanan ini! Kini makanan ini tersedia berkilo-kilo gram dan dapat daku makan semua....” Yang pasti sih nggak bakal sanggup saya menghabiskan 1 panci menu tersebut. Seandainya sanggup juga saya masih punya malu kok, nggak sudi bikin malu nusa dan bangsa kalau sampai celamitan di negeri orang...hahaha... Sorry yeee, daku mah turis berharga diri tinggi...hihihi...
Saat breakfast di resto hotel ini sepertinya turis dari Indonesianya hanya kami deh. Lirik kanan kiri sepertinya mereka dari Philipina, Jepang dan beberapa negara Asia lainnya. Restaurant di lantai 2 bernama Lai Kram Restaurant yang satu lantai dengan kolam renang. Kemarin sore Jeng Erny sukses berenang di sini. Di lantai bawah dekat lobby juga terdapat restaurant merangkap coffee shop.



Lunch at Picnic Hotel Bangkok
Jam 9 pagi kami meninggalkan kota Hua Hin menuju Bangkok. Begitu memasuki kota Bangkok, Afee berkata,”Kita makan siang dulu yaa...” Huaaa....ampun yee, di Hua Hin kami baru makan kenyang banget, kalap euy lihat makanan favorit di sajikan di pagi hari dan tinggal ambil aja! Perasaan ini makanan pada belum turun dari lambung deh, eh langsung kami di bawa lagi ke restaurant di Picnic Hotel Bangkok. System “all you can eat” pulak! Ampuuun, daku berasa hewan kurban yang dalam waktu dekat mau disembelih dah, jadi dikasih makan terus dari kemarin.



Perut sudah penuh, namun begitu melihat beragam menu diatas meja restaurant saya tidak tahan untuk memakannya. Berderet makanan khas Thailand bebas saya makan. Menggiurkannya lagi, Tom Yum Gai-nya menggunakan bola-bola ayam giling! Huaaa, nggak sering nih Tom Yam jenis ini di restaurant Thailand Jakarta yang sering saya kunjungi. Apalagi kuah Tom Yam Gai-nya tidak pekat, jadi segeeer sekali.... Dessertnya juga khas Thailand, semacam kolak tapi lebih “light” segar. Kebayang banget gak sih, sampai daku malas balik ke kendaraan karena kekenyangan. Ampuni hamba, Ya Allah. Restaurantnya hanya berbatas kaca dengan trotoar jalan. Depan kami hotel juga, dan terlihat banyak turis. Bikin saya teringat jika sedang nongkrong di Eropa atau Australia.
Hotel Picnic Bangkok terletak di Rang Nam Alley, Khwaeng Thanon Phya Thai – Ratchathewi. Termasuk di pusat kota.


ASIA HOTEL BANGKOK
Siang itu kami dihantar ke beberapa tempat. Menjelang waktu Ashar kami di-drop di MBK Centre Mall. Afee menanyakan kami ingin di jemput jam berapa di MBK. Tidak seperti kebanyakan cewek Indonesia, kami berdua tidak terlalu suka belanja barang konsumtif walaupun kami memiliki buanyaak uang (Sok! Biarin...fakta kok! wkwkwkw ). Di MBK kami berniat hanya sekedar oleh-oleh untuk orang terdekat kami saja, dan kalau-pun memungkinkan saya ingin merasakan pijat Thailand.
Lagi ingin memutuskan jam berapa kami di jemput, tiba-tiba Afee berbicara lagi,”Setelah ini kita langsung makan malam. Restaurantnya baru beroperasi jam 5.30.” @$%&^&%^$$@%()()?_)%^& Apaaaaa, kita udah mau makan lagi, Feeee?! Rasanya perut langsung melilit protes masih kekenyangan...Duh, gue pura-pura pingsan aja kali ya supaya nggak disuruh makan terus? ^_^
Memasuki mall MBK kami hanya melewati deretan stand kuliner disana. Lagi ada event semacam festival kuliner, Saudara-Saudara dengan menu khas Thailand Streetfood. Kita mencuri pandang ke deretan makanan-makanan yang dijual, bukan karena tidak punya uang untuk membeli tetapi (aslik!) perut kami sudah total penuh ini.
Menjelang Maghrib Afee dan driver membawa kami ke Asia Hotel Bangkok. Saya dan Erny di kursi belakang  berpandangan sambil berbisik nelangsa ,”Kita harus makan lagi ini?”
Terpaksa kami turun di depan lobby hotel yang masih di kawasan Ratchathewi, tepatnya beralamat di 296 Phayathai Road – Thanon Phetchaburi. Kami berdua langsung digiring, eh dikawal Afee menuju restaurant depan front office hotel. Lobby hotel ini lumayan besar, khas hotel berbintang klasik traditional. Sepertinya sudah lama deh nih hotel. Kategorinya bintang 3, tetapi dari luas bangunan dan kamarnya nggak kalah megah dengan hotel bintang 4 -  5 pada umumnya. Setelah saya ingat kembali, saya teringat bahwa Almarhumah Ibu pernah memiliki banyak toilletries berlogo hotel ini sepulang dari Thailand. Kalau tidak salah ingat, memang Ibu pernah  menginap di hotel ini. [ Al Fatihah buat Almarhumah Ibu]

Tivoli Coffee Shop, Asia Hotel Bangkok
Nama restaurant tempat kami dinner di Asia Hotel Bangkok adalah Tivoli Coffee Shop. Yup, coffee shop tetapi luas dan menyediakan beraneka makanan prasmanan. Makanannya lebih international, karena banyak tersedia juga makanan khas Jepang, China dan western. Disini saya menikmati Pad Thai atau Kwetiau ala Thailand lengkap dengan bumbu-bumbu asli. Saya lumayan menikmati Pad Thai malam itu, sedangkan Erny justru mengatakan rasanya biasa aja. Tergantung selera sih, lah wong saya penggemar makanan Thailand sejak kuliah di Selandia Baru, jadi semua makanan dari negeri ini saya anggap lezat. Kecuali ekstrem food-nya yang banyak dijual di street food itu, saya nggak berminat blas mencicipinya. Secara saya nggak bisa makan makanan di pinggir jalan (sekalipun senang “street food” tetapi makannya di restaurant atau hotel...hahaha...sesekali boleh deh beli makanan di gerobak pinggir jalan untuk dimakan di rumah tetapi itu-pun harus melihat kebersihan penjual dan sekitar tempat jualannya). Selain itu ekstrem food di Thailand tersebut belum ada jaminan halalnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan suatu saat jika di Bangkok saya akan kesana. Alhamdulillah saat di Hua Hin Night Market penjual dan sekitarnya bersih-bersih.

Pad Thai, Seafood Sauce Tai, Pizza Veggie
Di Asia Hotel Bangkok saya tidak banyak melahap makanan. Kebetulan banget dessertnya adalah Coconut Ice Cream. Kami merupakan pengunjung pertama makan malam saat itu, setelah itu banyak rombongan turis dari Indonesia. Entahlah dari rombangan mana, tetapi selama kami di Bangkok, kami jarang bertemu turis dari Jakarta. Beberapa kali bertemu dengan rombongan turis Indonesia dari luar kota Jakarta.
Dengan perut kenyang, kami kembali ke hotel tempat kami bermalam. Besok pagi kami sarapan di Thomson Huamark Hotel Bangkok. Dalam 24 jam kami makan di 4 restaurant hotel. Sebenarnya hal yang “biasa” di keluarga saya sih (Apalagi kali ini saya hanya di hotel berbintang 3), tetapi karena kali ini jadwalnya teratur tepat waktu, perut kami berdua cukup kewalahan menampungnya. Kapok??? Nggak sih, bersyukur malah, namun yaaa sebaiknya memang makanlah sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Katanya itu sunah Rasulullah loh. Kami memang makan sebelum lapar, tetapi saat masih kenyang kami harus makan lagi. Tanggung jawab loe, Fee! Giliran loe ke Jakarta 3 minggu setelah kedatangan kami berdua ke Bangkok, dia nggak sempat saya culik untuk mengajaknya makan...Semoga saya diberi kesempatan oleh Allah ngajak Afee makan-makan di Indonesia sampai dia kekenyangan parah ....Gue bales loe, Fee...hahaha...

No comments:

Post a Comment