Balinese Relaxation Massage
Masa berlaku gift certificate
sampai 15 November 2014. Hanya ada waktu 2 minggu! Duh, sempat gak ya?
Lokasi-nya agak jauh gitu dari tempat tinggal saya....
Alhamdulillah ,rezeki gak
kemanah...tanggal 3 November (Senin) saya mendapat tugas wawancara di
Jln.Wolter Monginsidi yang letaknya hanya beberapa meter dari salah satu cabang
spa tersebut! Sebelum berangkat saya reservasi. Siiip, seusai wawancara di NGO
saya langsung menuju lokasi bermanja diri!
Masuk ke spa tersebut disambut desk
penerima tamu. Setelah men-check buku reservasi 2 petugas memproses, tak lama
saya datang muncul 2 ibu cantik pelanggan yang datang terpisah. Saya dipersilakan
memilih oil-nya, ada 4 oil tersedia dengan aroma : Sandalwood, Lavender,
Jasmine, Lemon Grass. Saya memilih Sandalwood...supaya teringat aroma sabun
buatan Fiji yang seringkali saya pakai di Auckland dulu.
Kami bertiga menunggu dipanggil
di ruang tunggu mungil dan banyak bahan
bacaan. (Lebih senang ruang tunggu yang tenang dan tidak ada televisi). Oh ya,
saat menunggu kami telah menukar sepatu dengan “sandal hotel”.
Tak lama, seorang Therapist
memanggil nomer saya (07). Saya masuk ke pintu bertuliskan Balinese
Massage.Suasana Bali dengan musik traditional-nya menyambut tamu begitu melalui
pintu. Saya menapaki lorong bilik yang jalan setapaknya menyerupai taman di
daerah Bali. Hilanglah terik matahari, polusi udara dan suara serta kemacetan
Jakarta di ruangan tersebut. Saya masuk ke bilik bernomer 7, dan segera
mengganti pakaian dengan kimono batik yang sudah disediakan.
Pertama duduk, kaki dicuci dengan
aer kembang. Telapakan disikat. Setelah pembersihan kaki, baru deh tiduran di
bed khusus untuk therapy. Yang di bagian kepala-nya ada lobang tuh, sehingga
begitu tengkurap maka kita menghirup
aromatherapy yang menenangkan.
Pijatnya dominan memakai jempol,
telapak tangan secara penuh serta siku therapist-nya. Mendorong telapakan,
pantat, perut secara keseluruhan. Tekanannya cukup, tidak sakit. Ada perbedaan
dengan pijat Jawa. Waktu saya tinggal di Bali Cuma sempat pijat sama “Mbok2”
Bali yang dipanggil ke rumah. Saya tidak ingat pijat ala mana yang dia pakai.
Yang saya ingat waktu itu saya jejeritan kesakitan...hehehe...
Di ZEN mata dimasker dengan kapas
penyegar timun ketika dipijat menghadap atas. Rileks. Di akhir “ritual” ini
adalah totok wajah. Waaaii, asyeeek,pdhl belum ada 2 minggu saya juga totok
wajah di Duren Sawit barengan 2 kakak dan ibu saya. Yup, keluarga saya memang
“Massage Adict” dan doyan ke salon or spa. Apalagi kakak saya pertama, begitu
pensiun dari PNS kerja-nya nge-spa melulu barengan ibu. Nyetir mobil sendiri
pulak! Kebayang deh lihat nenek2 kerja-nya ke spa mulu :D
Setelah 90 menit saya menuju
shower room. Mandi. Sweegeeeeuuuur tenan, apalagi begitu kembali ke kamar sudah
tersuguh secangkir Jahe.
Indulgence Foot Relaxing
Gift Certifikate berikutnya saya
gunakan di ZEN Family Spa yang terletak di Jl.Pakubuwono VI. Masih di wilayah Kebayoran
Baru, tapi akses-nya lebih merepotkan bagi saya. Ah, mungkinkah saya trauma
oleh kejadian “dikeliling2in” ketika saya akan berkunjung ke pesta ulang tahun
teman saya di daerah sini? Mobil Mercedez orang tua saya yang dikendarai
sepupu terus berkeliling di situ-situ
saja sampai beberapa jam. Tidak menemukan “jalan keluar”, tidak ada orang yang
bisa ditanyakan padahal kami seringkali melewati area itu di siang hari.
Dengan perjalanan yang tidak
semudah ke Jl.Gunawarman akhirnya saya tiba di lokasi. Bangunannya dari luar
lebih kental nuansa interior Bali-nya, begitu membuka pintu kaca langsung
dihadapkan meja penerima tamu. Mbak Resepsionist-nya menyambut ramah dengan
senyuman yang tidak artificial :D Setelah mendapat gantungan kunci bernomer 19
saya menunggu di ruang tunggu. Ganti sepatu dengan sandal hotel bertuliskan
nama ZEN. Ruang tunggu-nya hanya “kotakan” kecil dengan 2 sofa. Hanya tersedia
beberapa majalah yang ditata kurang menarik. Untungnya seorang Mbak petugas
menawari saya minum, sehingga saya langsung memesan air putih. Lagi gak mau
minum macem-macem setelah berjalan kaki!
Muncul Therapist menangkupkan ke
dua tangannya di dada,”Selamat siang,Bu.Refleksi kaki?” . Saya tercengang,
therapist-nya cowok! Dia juga sepertinya tercengang melihat tamu-nya berjilbab
“konvensional”...yup saat itu saya memang menggunakan jilbab paris tanpa
dimodel-modelin, menutup dada en macam Ustadzah dah! Duh, saya langsung melirik
tas transparant berisikan celana pendek.
Saya bukan tipikal cewek yang
“ekstrem” menolak therapist cowok kok. Beberapa kali saya refleksi dengan
therapist cowok di tempat lain. Tetapi sebaiknya Mbak penerima tamu konfirmasi
ke saya sebelumnya atau jika ada menawarkan pilihan kepada saya yang
berkerudung apakah saya ingin di-refleksi oleh therapist cowok atau cewek.
Jika saya pergi ke tempat
refleksi bersama kakak atau saudara saya memang terkadang saya di-refleksi oleh
therapist cowok. Tapi kalau ke spa sendirian seperti saat ini....kok risih yak?
:D Saya nggak protes-lah, toch pikiran saya positif!
Saya tidak jadi mengganti dengan
celana pendek. Celana panjang saya tarik aja. Toh saat di refleksi menggunakan
selimut dan handuk. Di ruangan telah ada beberapa tamu yang hampir selesai
di-treatment.
Awalnya kaki di cuci, di rendam
dan disikat. Kemudian menuju sofa yang berjejer. Sofa atau kursi dibuat
senyaman mungkin, semi posisi tidur. Di tengkuk diletakkan bantal hangat.
Wohooo, Mas Therapist-nya refleksi-nya pas banget tekanannya. Mantap, tapi nggak sakit. Nah, ini salah satu yang
bikin saya yakin di-therapy oleh therapist cowok :)
Termasuknya suka banget deh menggunakan jasa layanan di ZEN. Therapist-nya nggak suka ngobrol , musik latarnya traditional Bali...benar-benar jadi relax! Puas banget, 90 menit di-refleksi!
Beneran deh “Spa Can Be
Everywhere, But The Best Spa Comes From The Best Therapist”
No comments:
Post a Comment